RI dan Swiss Kolaborasi Kembangkan Pendidikan Vokasi Dual System untuk SDM Industri Siap Kerja

0
302
Foto: Kemenperin

(Vibizmedia – Jakarta) Kementerian Perindustrian menegaskan bahwa sumber daya manusia (SDM) yang kompeten memegang peran penting dalam membangun sektor industri manufaktur yang kuat dan berdaya saing global. Untuk mewujudkan hal tersebut, Kemenperin terus mengembangkan program pendidikan dan pelatihan vokasi guna mencetak tenaga kerja industri yang siap pakai, salah satunya melalui kerja sama strategis dengan pemerintah Swiss yang memiliki pengalaman dalam sistem pendidikan vokasi berbasis dual system.

Dalam upaya memastikan pendidikan vokasi yang diselenggarakan dapat memenuhi dan mengantisipasi kebutuhan industri, Kemenperin berkomitmen untuk menyesuaikan kurikulum dengan dunia usaha dan industri, baik untuk kebutuhan saat ini maupun di masa mendatang. Kementerian juga memberikan apresiasi terhadap pelaksanaan Skills in Action Forum: Advancing Competitiveness, sebuah kegiatan yang diinisiasi oleh Pemerintah Swiss melalui State Secretariat for Economic Affairs (SECO). Forum ini merupakan bagian dari kerja sama antara Kemenperin dan Swiss dalam program Skills for Competitiveness (S4C), yang telah berjalan sejak 2018 dan diimplementasikan oleh Swisscontact Indonesia.

Program kerja sama tersebut terbagi dalam dua fase, di mana fase pertama yang seharusnya selesai pada 2022 diperpanjang hingga 2024 akibat pandemi Covid-19. Sementara itu, fase kedua dimulai pada 2024 dan akan berlangsung hingga 2027. Kemenperin berharap cakupan kerja sama ini dapat diperluas ke seluruh unit pendidikan yang berada di bawah naungannya agar model pendidikan vokasi yang diterapkan dapat diadopsi secara lebih luas dalam sistem pendidikan nasional.

Pemerintah Swiss juga menekankan bahwa kerja sama ini bertujuan untuk meningkatkan kualitas tenaga kerja Indonesia serta memperkuat daya saing sektor swasta. Pendekatan dual system dalam pendidikan vokasi dinilai mampu menjembatani kesenjangan antara dunia pendidikan dan industri, memastikan lulusan siap kerja, serta memberikan akses kepada perusahaan untuk mendapatkan tenaga kerja yang terampil, khususnya di sektor industri dan pariwisata.

Sebagai hasil dari kerja sama ini, Kemenperin telah melakukan pengembangan sekolah dan penguatan sistem di empat unit pendidikannya, yakni Politeknik Industri Logam Morowali, Politeknik Industri Kayu dan Pengolahan Kayu Kendal, Akademi Komunitas Industri Manufaktur Bantaeng, serta Politeknik Industri Petrokimia Banten. Selain itu, model pendidikan vokasi berbasis praktik juga diakui sebagai strategi yang efektif dalam mencetak tenaga kerja yang kompetitif di pasar global.

Saat ini, Kemenperin mengelola berbagai satuan pendidikan vokasi, termasuk 13 perguruan tinggi vokasi (11 politeknik dan dua akademi komunitas), 9 Sekolah Menengah Kejuruan (SMK), serta 7 Balai Diklat Industri (BDI), yang semuanya berperan dalam penyediaan dan pengembangan SDM industri berkualitas. Pendidikan vokasi di lingkungan Kemenperin telah menerapkan sistem dual system dan terbukti berhasil menarik minat masyarakat serta menghasilkan lulusan yang siap kerja.

Data menunjukkan bahwa animo calon siswa dan mahasiswa terhadap unit pendidikan Kemenperin melalui Jalur Penerimaan Vokasi Industri (JARVIS) pada tahun 2024 mencapai rasio 1:12,2. Sementara itu, tingkat serapan lulusan dalam dunia industri dalam rentang waktu 2-4 bulan setelah wisuda mencapai 86,82 persen untuk pendidikan tinggi dan 96,38 persen untuk SMK. Kemenperin menargetkan tingkat serapan ini dapat mencapai 100 persen dalam enam bulan setelah kelulusan.

Dengan pencapaian ini, Kemenperin optimistis dapat berkontribusi dalam mewujudkan visi Indonesia Emas 2045. Oleh karena itu, kementerian terus mendorong kolaborasi dengan berbagai pihak agar pengembangan pendidikan vokasi di Indonesia dapat terus berlanjut dan semakin berkembang di masa depan.