Stabilitas Perbankan, Fondasi Penting Pertumbuhan Ekonomi Nasional

0
336
Sejumlah pelajar menunjukkan buku rekening Simpanan Pelajar (SimPel) Bank Jatim dalam acara Cerdas Menabung untuk Indonesia Emas dan Gemilang yang digelar di pelataran Gua Selomangleng, Kota Kediri, Jawa Timur, Selasa (12/8/2025). Kegiatan yang merupakan kolaborasi antara Otoritas Jasa Keuangan (OJK), Bank Jatim, dan pemerintah daerah ini bertujuan mendorong budaya menabung di kalangan pelajar. Program tersebut diwujudkan melalui gerakan satu rekening satu pelajar serta penetapan hari Rabu sebagai hari menabung.

(Vibizmedia – Jakarta) Di tengah ketidakpastian global, stabilitas sektor perbankan kian menjadi sorotan sebagai penopang utama pertumbuhan ekonomi Indonesia. Perbankan diharapkan tidak hanya menjaga kepercayaan publik, tetapi juga berperan aktif dalam menyalurkan kredit, mengelola risiko, serta mendorong investasi dan produktivitas sektor riil.

Hingga kuartal II 2025, Bank Indonesia mencatat ketahanan perbankan tetap terjaga. Rasio kecukupan modal (CAR) berada di atas 22 persen, sementara kredit bermasalah (NPL) masih rendah, di bawah 2,5 persen. Meski demikian, gejolak nilai tukar, tekanan suku bunga, dan perlambatan ekonomi global masih menjadi tantangan.

Kinerja intermediasi perbankan pun menunjukkan tren positif. Kredit tumbuh 7,77 persen (yoy) pada Juni 2025 menjadi Rp8.059,79 triliun. Kredit investasi mencatat pertumbuhan tertinggi, diikuti kredit konsumsi dan modal kerja. Dari sisi sektor, pertambangan, jasa, transportasi, serta listrik, gas, dan air mencatat pertumbuhan kredit dua digit.

Likuiditas perbankan juga berada di level aman, dengan rasio alat likuid jauh di atas ambang batas minimum. Sementara itu, suku bunga kredit dan simpanan terus menurun seiring penurunan BI Rate, memperkuat intermediasi.

Untuk menjaga kepercayaan masyarakat, Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) memastikan simpanan masyarakat tetap aman, dengan aset mencapai Rp250 triliun. Menabung di bank disebut tidak hanya aman, tetapi juga menjadi bagian penting dalam memperkuat pembiayaan domestik.

Tren menabung masyarakat pun meningkat, meski masih terdapat tantangan inklusi keuangan di daerah terpencil. Dana Pihak Ketiga (DPK) tumbuh 6,96 persen yoy menjadi Rp9.329 triliun, dengan kenaikan signifikan pada tabungan di atas Rp5 miliar.

Menabung bukan sekadar kebiasaan finansial, melainkan kontribusi nyata terhadap perekonomian. Dana masyarakat yang dihimpun bank akan kembali ke sektor produktif, mendukung UMKM, infrastruktur, hingga industri manufaktur. Dengan memperkuat stabilitas perbankan dan mendorong tabungan masyarakat, Indonesia diyakini mampu menjaga ketahanan ekonomi sekaligus mempercepat target pertumbuhan 5,4 persen pada 2025.