Tiga Pilar Utama Perkuat Resiliensi Berkelanjutan Asia-Pasifik Dibahas di ADEXCO 2025

0
261
Resilience
Diskusi tentang Operationalizing Sustainable Resilience in Asia and the Pacific: Governance, Finance, and Local Leadership dalam The 4th Asia Disaster Management & Civil Protection Expo & Conference (ADEXCO) di Jakarta International Expo (JIExpo) Jakarta Pusat, pada Kamis, 12 September 2025. FOTO: BNPB

(Vibizmedia-Nasional) Tata kelola inklusif, pembiayaan inovatif, dan kepemimpinan lokal dinilai menjadi tiga pilar utama dalam membangun resiliensi berkelanjutan di kawasan Asia dan Pasifik. Ketiga pilar itu menjadi fokus pembahasan dalam sesi dialog regional Asia Disaster Management and Civil Protection Expo and Conference (ADEXCO) 2025 di Jakarta International Expo (JIExpo) Kemayoran, Kamis (11/9).

Deputi Bidang Sistem dan Strategi BNPB, Dr. Raditya Jati, menekankan pentingnya kolaborasi lintas sektor dan negara untuk mewujudkan ketangguhan berkelanjutan. Menurutnya, tata kelola, pembiayaan, dan kepemimpinan lokal tidak bisa berjalan sendiri, melainkan harus saling melengkapi.

“Resiliensi berkelanjutan, tata kelola inklusif, dan kepemimpinan lokal yang berdaya tidak dapat berdiri sendiri. Mari kita wujudkan wawasan hari ini sebagai komitmen regional membangun masa depan yang lebih aman, lebih hijau, dan lebih tangguh,” ujar Raditya.

Dalam panel pertama, Executive Director Asian Disaster Preparedness Center (ADPC) Aslam Perwaiz menegaskan tata kelola sebagai pondasi utama resiliensi kawasan. Ia mencontohkan penerapan ASEAN Leaders’ Declaration on Sustainable Resilience serta integrasi kebijakan lintas sektor di negara-negara anggota.

Panel kedua membahas pentingnya mobilisasi sumber daya yang bergeser dari pendekatan reaktif ke arah inovatif. Raditya Jati menyebut perlunya instrumen baru seperti pooling fund dan insentif sektor swasta agar pendanaan tidak hanya fokus pada pemulihan pascabencana, tetapi juga pencegahan risiko.

“Tidak ada yang lebih merusak keberlanjutan daripada bencana. Kita harus beralih dari menghabiskan triliunan dolar untuk pembangunan kembali menjadi berinvestasi pada pencegahan,” tegasnya.

Panel ketiga menyoroti peran komunitas sebagai garda terdepan. Pengalaman dari Indonesia, Filipina, Kamboja, dan Myanmar menunjukkan bahwa lokalisasi adalah kebutuhan mendesak. Aktor lokal dianggap paling memahami konteks wilayah sekaligus menghubungkan kebijakan dengan kebutuhan masyarakat.

Dalam sesi tambahan, peserta juga membahas inovasi lokal seperti sistem peringatan dini SMS di Semarang dan climate catalytic fund dari IOM, serta solusi berbasis alam (Nature-Based Solutions/NbS) seperti restorasi ekosistem di Thailand yang melibatkan masyarakat dan swasta.

Diskusi melibatkan berbagai lembaga nasional, regional, dan internasional, termasuk Kementerian PPN/Bappenas, ASEAN Secretariat, IOM, UNEP, GGGI, hingga Wetlands International Indonesia.

ADEXCO 2025 merupakan bagian dari Indonesia Energy & Engineering Series 2025 (IEE Series 2025) bersama Construction Indonesia, Concrete Show South-East Asia – Indonesia, dan Water Indonesia.