
(Vibizmedia-Nasional) Setiap musim penghujan tiba, warga Desa Ketitang Wetan, Kecamatan Batangan, Kabupaten Pati, Jawa Tengah, selalu dihantui kekhawatiran yang sama: banjir. Sungai Widodaren yang mengalir memeluk desa itu tak lagi mampu menahan derasnya air hujan yang turun tanpa henti, terutama ketika hujan mengguyur wilayah hulu Pegunungan Kapur Utara.
Bencana kembali melanda pada Kamis (23/10), ketika curah hujan tinggi selama tiga hari menyebabkan delapan titik tanggul jebol. Air bah meluap dan menenggelamkan hampir seluruh desa. Lebih dari 2.500 jiwa terdampak, dengan ketinggian air antara 50 hingga 100 sentimeter. Aktivitas warga lumpuh—anak-anak tak bisa bersekolah dan petani kehilangan kesempatan untuk bekerja.
Melihat kondisi tersebut, Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Letjen TNI Dr. Suharyanto, atas arahan Presiden Republik Indonesia Prabowo Subianto, memerintahkan jajarannya untuk turun langsung ke lokasi. Direktorat Dukungan Sumber Daya Darurat (DSDD) BNPB yang dipimpin oleh Agus Riyanto hadir di Desa Ketitang Wetan pada Selasa (28/10) untuk meninjau situasi sekaligus mendengarkan aspirasi warga.
Dalam dialog hangat di Balai Desa Ketitang Wetan, warga menyampaikan dua harapan utama: pembangunan tanggul permanen sebagai pelindung permukiman dan normalisasi Sungai Kaligedong, yang kini mengalami pendangkalan berat akibat sedimentasi.
Menanggapi hal itu, Direktur DSDD Agus Riyanto menegaskan komitmen BNPB untuk menindaklanjuti kebutuhan masyarakat melalui tiga tahap penanganan: jangka pendek, menengah, dan panjang.
Pada tahap jangka pendek, BNPB bersama pemerintah daerah memberikan dukungan pemenuhan kebutuhan dasar, memperbaiki serta memperkuat tanggul yang rusak, dan menyediakan sarana prasarana penunjang. Perbaikan tanggul dilakukan secara bertahap oleh Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) Serang, Lusi, dan Juana. Selain itu, BNPB juga mengoperasikan Modifikasi Cuaca (OMC) untuk mengurangi intensitas hujan di wilayah terdampak maupun di hulu sungai agar proses perbaikan tanggul dapat berjalan optimal.
Tahap jangka menengah akan difokuskan pada langkah-langkah mitigasi, baik struktural seperti penguatan tanggul permanen dan normalisasi sungai, maupun non-struktural melalui peningkatan kapasitas masyarakat lewat program Desa Tangguh Bencana (Destana).
Sementara dalam jangka panjang, BNPB menekankan pentingnya mitigasi berbasis ekologi. Wilayah hulu Sungai Widodaren yang kini terdegradasi akibat alih fungsi lahan dan eksploitasi berlebihan akan direstorasi menjadi daerah resapan air. Upaya ini akan dilakukan secara terpadu bersama kementerian dan lembaga terkait, serta melibatkan peran aktif masyarakat.
Sebagai bentuk dukungan langsung, BNPB menyerahkan bantuan logistik kepada warga terdampak berupa selimut, beras, hygiene kit, kebutuhan bayi, dan sembako.
“BNPB bersama pemerintah daerah berkomitmen untuk memulihkan kondisi warga Ketitang Wetan secara menyeluruh. Penanganan tanggul, normalisasi sungai, hingga pemulihan lingkungan hulu akan dilakukan secara berkelanjutan,” ujar Agus Riyanto.
Melalui sinergi lintas sektor dan kesadaran bersama, BNPB berharap masyarakat Ketitang Wetan dapat bangkit lebih tangguh. Tanggul bukan hanya akan berdiri di tepian sungai, tetapi juga di hati setiap warganya—sebagai simbol kekuatan dan ketahanan dalam menghadapi risiko bencana di masa depan.








