(Vibimedia – Jakarta) Industri Air Minum Dalam Kemasan (AMDK) terus mencatat kinerja positif dan memainkan peran penting dalam memperkuat sektor manufaktur nasional. Selain memenuhi kebutuhan masyarakat akan air minum berkualitas, sektor ini juga menjadi bagian strategis dalam rantai nilai industri makanan dan minuman yang semakin kompetitif di kancah global.
“Industri AMDK memiliki posisi signifikan dalam ekosistem manufaktur nasional karena turut menopang sektor makanan dan minuman yang menjadi kontributor utama pertumbuhan industri pengolahan nonmigas,” ujar Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita saat membuka Musyawarah Nasional ke-XI Perkumpulan Perusahaan Air Minum Dalam Kemasan Indonesia (ASPADIN) di Jakarta, Selasa (12/11).
Data Badan Pusat Statistik (BPS) Triwulan III 2025 menunjukkan bahwa industri pengolahan nonmigas tumbuh 5,58 persen (yoy), melampaui pertumbuhan ekonomi nasional sebesar 5,04 persen. Sektor ini menyumbang 1,04 persen terhadap pertumbuhan ekonomi dan menjadi penyumbang terbesar PDB dengan kontribusi 17,39 persen serta menyerap 20,31 juta tenaga kerja. Sejalan dengan itu, subsektor makanan dan minuman mencatat pertumbuhan kuat sebesar 6,49 persen.
Agus menambahkan, industri AMDK menjadi salah satu subsektor yang mampu menjaga kinerja stabil. Dari hanya satu pabrik pada 1973 dengan kapasitas enam juta liter per tahun, kini jumlahnya meningkat menjadi 707 pabrik dengan kapasitas terpasang 47 miliar liter per tahun dan menyerap sekitar 46 ribu tenaga kerja langsung.
“Selama lima tahun terakhir, tingkat utilisasi industri AMDK konsisten di atas 70 persen, menunjukkan ketahanan industri ini terhadap berbagai dinamika ekonomi,” jelasnya.
Sektor AMDK juga berkontribusi terhadap ekspor makanan dan minuman dengan pertumbuhan rata-rata 11,4 persen per tahun. Sebanyak 1.348 sertifikat SNI untuk produk AMDK telah terbit sebagai bentuk komitmen terhadap kualitas dan standar nasional.
Dalam transformasi menuju industri 4.0, dua pabrik AMDK—PT Tirta Investama Plant Pandaan dan Banyuwangi—telah ditetapkan sebagai National Lighthouse Industry 4.0. “Dari jumlah yang masih di bawah satu persen tersebut, saya menantang ASPADIN untuk menambah pabrik yang bisa menjadi Lighthouse Industry 4.0,” ujarnya.
Menperin juga menyoroti tuntutan industri AMDK untuk lebih adaptif terhadap isu lingkungan dan keberlanjutan, mengingat sektor ini merupakan pengguna besar kemasan berbahan PET. Ia mendorong pelaku industri untuk memperluas penggunaan bahan baku daur ulang dan menerapkan prinsip ekonomi sirkular.
“Saya mengajak seluruh pelaku industri AMDK untuk lebih inovatif dalam menggunakan PET daur ulang, mengurangi sampah plastik, serta memastikan pengelolaan sumber air baku dilakukan secara berkelanjutan,” tegas Agus.
Dalam pengembangan industri halal, industri AMDK turut berperan penting mendukung ekosistem makanan dan minuman halal nasional. Berdasarkan State of The Global Islamic Economy Report (SGIER) 2024/2025, Indonesia menempati peringkat ketiga dunia dalam ekosistem industri halal setelah Malaysia dan Arab Saudi, dengan peningkatan skor tertinggi dibanding tahun sebelumnya.
“Industri AMDK berkontribusi strategis dalam memperkuat sektor makanan dan minuman halal yang menjadi unggulan Indonesia di pasar global,” lanjutnya.
Agus menekankan pentingnya sinergi pemerintah dan pelaku industri untuk memastikan seluruh proses produksi memenuhi standar halal. Ia mengapresiasi penyelenggaraan Munas ASPADIN ke-XI sebagai momentum memperkuat kolaborasi dan merumuskan arah pengembangan industri AMDK ke depan.
“Kolaborasi antara pemerintah, asosiasi, dan dunia usaha adalah kunci keberlanjutan serta kemajuan industri AMDK. Semoga Munas ini menjadi langkah strategis dalam memperkuat daya saing sektor AMDK menuju Indonesia Emas 2045,” tutupnya.









