(Vibizmedia – Investasi & Uang) – Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) langsung menguat di awal perdagangan hari ini. Kamis (18/12/2025) pukul 09.05 WIB, IHSG menguat 40,845 poin atau 0,47% ke 8.718,189.
Berdasarkan pengamatan terdapat 330 saham naik, 102 turun, dan 526 tidak bergerak. Nilai transaksi pagi ini mencapai Rp 558,7 miliar, melibatkan 841,4 juta saham dalam 91.070 kali transaksi.
Perlu diketahui, penguatan IHSG ini ditopang hampir seluruh indeks sektoral. Sektor dengan penguatan terbesar dicetak IDX Sektor Infrastruktur yang menguat 1,71% di pagi ini.
Selanjutnya, IDX Sektor Transportasi dan Logistik, IDX Sektor Keuangan, IDX Sektor Barang Konsumen Non-Primer dan IDX Sektor Energi.
Berikutnya ada IDX Sektor Barang Konsumen Primer, IDX Sektor Barang Baku, IDX Sektor Kesehatan. Diikuti IDX Sektor Perindustrian dan IDX Sektor Properti dan Real Estate.
Sementara itu, IDX Sektor Teknologi menjadi satu-satunya sektoral yang melemah setelah turun 0,12% di pagi ini.
Tiga emiten yang mengalami top gainers pagi ini adalah PT Alamtri Resources Indonesia Tbk (ADRO) naik 6,61%. Diikuti PT Merdeka Battery Minerals Tbk (MBMA) yang naik 3,74% dan PT XLSMART Telecom Sejahtera Tbk (EXCL) naik 3,38%.
Pelaku pasar perlu mencermati sejumlah sentimen yang bergerak pada hari ini. Sentimen terbesar akan datang dari Inflasi AS yang akan diumumkan pada Kamis malam ini.
Dari dalam negeri, sentimen akan datang dari keputusan BI dan konferensi pers APBN KiTa yang digelar sore hari ini atau beberapa jam sebelum pengumuman inflasi AS.
Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia bulan Desember 2025 kemarin memutuskan untuk mempertahankan suku bunga acuan (BI-Rate) di level 4,75%.
Keputusan ini diambil sebagai langkah antisipatif (pre-emptive) dan berwawasan ke depan (forward looking). Hal ini untuk memastikan inflasi tetap terkendali dalam sasaran 1,5-3,5% pada tahun 2025 dan 2026.
Selain itu, kebijakan ini menegaskan fokus BI dalam menjaga stabilitas nilai tukar Rupiah. Di tengah ketidakpastian pasar keuangan global yang masih tinggi.
Dalam perkembangan terpisah, Bursa Efek Indonesia (BEI) mengambil langkah proaktif dengan melakukan lobi tingkat tinggi ke penyedia indeks global, MSCI. Direktur Utama BEI terbang langsung ke New York untuk bernegosiasi terkait aturan free float yang dinilai merugikan emiten Indonesia.
Bursa menekankan bahwa definisi free float di Indonesia sebenarnya lebih ketat (batas kepemilikan 5%) dibandingkan standar bursa lain (10%). Sehingga penerapan aturan MSCI dirasa tidak adil jika memukul bobot saham-saham big cap Indonesia.
BEI juga mendesak MSCI agar metodologi yang diterapkan bersifat universal dan non-diskriminatif. Langkah diplomasi ini sangat krusial untuk mencegah potensi keluarnya dana asing (outflow) yang bisa menekan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG).
Belinda Kosasih/ Partner of Banking Business Services/Vibiz Consulting









