(Vibizmedia – Nasional) Sebagai negara agraris dan negara kepulauan terbesar di Asia Tenggara, Indonesia pernah mendapatkan julukan negara swasembada pangan karena telah mengekspor beras terbaik di dunia karena tanah subur, baik untuk bercocok tanam.
Tetapi seiring dengan menurunnya produksi pertanian yang diakibatkan rendahnya minat masyarakat pada sektor ini disamping itu juga terbatasnya lahan pertanian yang ada menjadi kendala bagi tercapainya swasembada pangan.
Tahun ini, pemerintah menargetkan total produksi padi sebesar 73 ton per tahun, sedangkan total konsumsi nasional sekitar 28 juta ton per tahun, guna tercapainya swasembada pangan. Ironisnya, saat ini Indonesia merupakan pengimpor beras terbanyak di dunia, dengan indeks ketahanan pangan menduduki peringkat ke 72 dari 109 negara kalah dibanding negara tetangga seperti Malaysia berada pada peringkat ke 34, Thailand peringkat ke 49, Vietnam peringkat ke 67.
Pemerintah berencana untuk buka lahan pertanian baru, agar pasokan pangan ke pasar bisa dikendalikan dan supply sebanyak-banyaknya untuk menekan harga menjadi lebih murah. Lahirnya harapan melalui pemerintahan Jokowi JK yang memiliki tekad untuk melakukan swasembada pangan dalam tiga tahun kedepan.
Beberapa aspek yang menjadi perhatian dalam mewujudkan swasembada pangan yaitu aksesibilitas, ketersediaan, kualitas dan keamanan pangan. Dalam kunjungannya ke Merauke, Papua Presiden Jokowi menceritakan pengalamannya tersedianya lahan seluas 4,6 juta hektar yang datar dan dekat dengan air.
Tahun ini akan segera dimulai, selain pada beras juga komoditas lainnya. 1 hektar dapat menghasilkan 8 ton beras, jika 8 ton dikali 4,6 hektar menghasilkan 36,8 juta ton, jika dalam setahun panen 3 kali akan menghasilkan 110,4 juta ton dalam setahun, sedangkan total produksi beras sebesar 73 juta ton setahun.
Pemerintah optimis, masalah pangan bisa diselesaikan tetapi memerlukan waktu 3-4 tahun kedepan untuk mencapai total produksi yang diinginkan. Untuk menunjang program berjalan juga diperlukan pembangunan infrastruktur jalan dan pembangunan irigasi untuk menuju ke lokasi.
Journalist : Rully
Editor : Mark Sinambela