Sebagai Urat Nadi Kehidupan Ekonomi, Pemerintah Terus Dorong Pembangunan Infrastruktur Jalan

0
763
Proyek Pembangunan Infrastruktur Pemerintah. FOTO : VIBIZMEDIA.COM/RULLY

(Vibizmedia – Nasional) Besarnya pengaruh infrastruktur jalan terhadap kegiatan distribusi dan logistik yang menjadi urat nadi kehidupan ekonomi, sosial-budaya, penghubung antar daerah, pertahanan keamanan nasional dan politik. Pemerintah terus mendorong agar konektivitas antar wilayah dapat tercapai.

Infrastruktur jalan dapat menopang sektor transportasi dikarenakan dapat memperlancar arus distribusi barang dan jasa, mobilisasi manusia, aksesibilitas antar wilayah, serta berperan dalam peningkatan kualitas hidup dan kesejahteraan manusia.

Direktur Bina Kelembagaan dan Sumber Daya Konstruksi Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Yaya Supriyatna sampaikan bahwa berdasarkan studi menunjukkan untuk memakmurkan rakyat dan menaikkan pertumbuhan ekonomi, yang harus dilakukan adalah memperbaiki jalur distribusi dan jalur distribusi utama adalah jalan.

Berdasarkan data capaian kemantapan jalan yang ditetapkan Kementerian PUPR, jaringan jalan masih di bawah capaian. Terbatasnya anggaran infrastruktur nasional, rendahnya kualitas hasil pekerjaan perkerasan jalan, minimnya penguasaan teknologi perkerasan jalan, terbatas pasokan aspal nasional dan kualitas material aspal yang fluktuatif menjadi kendala dapat pembangunan jalan tersebut, ungkap Yaya, Kamis (24/11).

Data dari Direktorat Jenderal Bina Marga Kementerian PUPR terdiri dari infrastruktur jalan nasional (non tol) dengan tipe perkerasan fleksibel/aspal minyak masih mendominasi sebesar 95,61% dengan panjang 38.569,82 kilometer.

Sedangkan untuk tipe perkerasan kaku/rigid hanya sebesar 0,88% dengan panjang 338,73 kilometer, sisanya 3,51% sepanjang 1.352,61 kilometer adalah jalan tanah. Ditambah infrastruktur jalan tol, penggunaan perkerasan rigid lebih mendominasi sebesar 65,71% dengan panjang 532,09 kilometer, sementara perkerasan fleksibel sebesar 34,29% dengan panjang 277,62 kilometer.

Disamping itu, berdasarkan estimasi kebutuhan (demand) aspal minyak nasional pada 2016 diperkirakan sebesar 1,5 juta ton. Dalam hal ini, PT Pertamina hanya mampu memproduksi aspal minyak nasional sebesar 650.000 ton atau 43% dan untuk memenuhi kekurangan tersebut akan dilakukan import aspal minyak.

 

Sedangkan untuk penggunaan aspal Buton sebagai alternatif pengganti aspal minyak terus didorong dan ditingkatkan. Asosiasi Pengembang Aspal Buton (ASPABI) menyatakan kesiapannya dengan kapasitas produksi sebesar 396.000 ton per tahun untuk tipe Granular, 140.000 ton per tahun tipe Semi Ekstraksi, dan 148.000 ton tipe CPHMA.

Berdasarkan data Direktorat Jenderal Bina Marga, realisasi pemanfaatan Asbuton Ditjen Bina Marga (2007-2015) baru mencapai 294.408 ton atau 64,5% dari target rencana sebesar 456.333 ton. Sementara, rencana 2016 yaitu sebesar 105.847 ton untuk panjang jalan 943,74 kilometer baru terealisasi kurang lebih sebesar 40%.

Untuk itu, sebagai upaya mengurangi ketergantungan impor aspal minyak dengan dilakukan penggunaan material aspal Buton

Saat ini, pemerintah terus mendorong agar penggunaan sistem beton pracetak dan prategang dikarenakan bersifat efisien, efektif, ekonomis dan ramah lingkungan. Sebab, semakin mahalnya harga aspal minyak di pasaran dunia, dan secara analisis Life Cycle Cost perkerasan kaku lebih ekonomis dari pada perkerasan lentur serta semakin beratnya beban lalu lintas, penggunaan perkerasan kaku akan semakin meningkat ke depannya sehingga trend pasar produk-produk beton pracetak dan prategang juga meningkat.

Journalist : Rully
Editor      : Mark Sinambela

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here