(Vibizmedia – Jakarta) Presiden Joko Widodo menerima 31 tokoh budayawan Indonesia di halaman belakang Istana Merdeka, Jumat (6/4).
Dalam kesempatan tersebut, Presiden menyampaikan pentingnya pembangunan infrastruktur yang dalam 3,5 tahun ini dilakukan oleh pemerintah.
Untuk inilah pemerintah beberapa tahun ini terus mengejar dan mengupayakan agar pembangunan infrastruktur diprioritaskan. Indonesia merupakan negara besar sudah terlalu jauh ditinggal oleh kanan kiri kita, terang Presiden.
Ditambah lagi, Indonesia bagian timur adalah sebuah wilayah yang betul-betul sangat jauh sekali kondisinya kalau dibandingkan dengan apa yang kita nikmati sekarang ini, terutama di Jawa.
Selain itu, dirinya mengatakan dalam kunjungan kerja 3 tahun yang lalu ke Wamena, harga bensin di sini Rp 6.450 di sana yang harganya Rp 60.000. Pada saat-saat cuaca yang enggak baik harganya bisa Rp100.000 per liter.
Karena ketidaksiapan infrastruktur untuk mendukung harga itu sama dengan yang ada di Jawa, jelasnya.
Kemudian ke kabupaten Nduga yang aspal 1 meter pun enggak ada. Dari Wamena yang sudah jauh, untuk ke Nduga itu butuh waktu sebelumnya butuh waktu 4 hari 4 malam berjalan kaki, naik turun gunung, masuk ke hutan baru sampai dari Wamena baru masuk ke Nduga.
Itulah yang saya lihat di sana. Di Wamena saya lihat, kemudian di Nduga kita lihat. Di Wamena saja harga bensin Rp 60.000, apalagi di Nduga, enggak ada yang jualan bensin karena semuanya jalan kaki, ungkap Presiden.
Presiden Jokowi menegaskan, bahwa infrastruktur itu tidak hanya masalah ekonomi. Namun, infrastruktur ini akan mempersatukan kita.
Kalau ketimpangannya seperti yang tadi saya sampaikan ya kita tidak bisa akan bersatu, jelas Presiden seraya menambahkan, mempersatukan dalam artian bahwa, dirinya pernah terbang dari Aceh di Banda Aceh langsung terbang ke Wamena memakan waktu 9 jam 15 menit.
Ini artinya supaya menyadarkan kita semuanya bahwa bangsa ini bangsa yang besar. Kalau kita terbang dari London, 9 jam itu sampai ke Istanbul Turki itu bisa melewati berapa negara, mungkin 6, 7, 8 negara. Ya inilah negara kita, tegas Presiden.
Tapi kalau itu tidak kita siapkan, entah airport-nya, entah pelabuhannya, entah jalannya, Presiden mengingatkan, kejadiannya ya ketimpangan antar wilayah itu akan semakin membesar.
Ditambah lagi, diberanda tersebut, Presiden sempat menuliskan “Indonesia Maju” pada sebuah kanvas yang disediakan di sana. Tulisan Presiden itu selanjutnya diselesaikan Nasirun dan juga Wayan Kun Adnyana hingga tampak apik.
Ramah tamah antara Presiden dengan para budayawan dilanjutkan di taman yang berada di halaman tengah Kompleks Istana Kepresidenan. Dalam kesempatan tersebut, Presiden menyampaikan pentingnya upaya pelestarian seni budaya Tanah Air sebagai investasi sumber daya manusia di masa mendatang.
Kebudayaan menjadi fondasi sebuah bangsa yang ikut menentukan daya saing dan kompetisi yang dimiliki sebuah negara. Hal tersebut sejalan dengan pemikiran yang disampaikan oleh salah satu budayawan Indonesia, Radhar Panca Dahana.
Artinya nilai-nilai yang kita miliki ini akan menentukan bangsa ini bisa berkompetisi, bisa bersaing dengan negara lain atau tidak, ungkap Presiden.
Presiden juga menyampaikan pemikirannya terkait revolusi mental. Sejalan dengan budayawan Putu Wijaya, Presiden mengajak para budayawan untuk memberikan contoh yang baik kepada masyarakat terkait nilai-nilai budaya bangsa Indonesia.
Revolusi mental itu bukan jargon yang saya kira kayak masa-masa lalu yang perlu diteriak-teriakan terus atau perlu diiklan-iklankan terus, saya kira bukan itu. Saya kira contoh lebih baik dari pada kita berteriak. Memberikan contoh adalah lebih baik daripada kita berteriak, tegasnya.
Adapun para budayawan yang hadir yakni:
1. Butet Kertaradjasa
2. Mohammad Sobary
3. Jum Supangkat (Bandung)
4. Franz Magnis Suseno
5. Sutanto Mendut (Magelang)
6. Jean Couteau (Bali)
7. Toety Herati N. Rooseno
8. Al-Azhar (Riau)
9. Tatang Ramadhan Bouqie
10. Radhar Panca Dahana
11. Garin Nugroho
13. Nasirun (Yogya)
14. Ahmad Tohari (Banyumas)
15. Sardono Waluyo Kusumo
16. Wayan Kun Adnyana – TENTATIF
17. Mukhamad Khasan
18. Acep Zamzam Noer (Tasikmalaya)
19. Eddie Bachroelhadi
20. Nungky Kusumastuti
21. Hanafi
22. Krisniati Marchellina
23. Bambang Prihadi
24. Suhadi Senjaya
25. Sri Warso Wahono
26. Christine Hakim
27. Agus Noor (Yogya)
28. Soeprapto Soerjodarmo (Solo)
29. Bayu Wardhana
30. Olivia Zalianty
31. Moh. Rifky









