Negara-negara Maju Mengekspor Sampah Plastik ke Berbagai Negara

0
655
Ilustrasi: Supiati dan Saji mengangkut sampah plastik impor di pekarangan mereka di Mojokerto, Jawa Timur, untuk kemudian disortir dan dijual kembali (Foto: Petrus Riski/ VOA).

(Vibizmedia – Internasional) John Hocevar – Ocean Campaign Director dari kelompok lingkungan Greenpeace mengatakan:  “Indonesia dan China adalah dua negara yang paling banyak menghasilkan polusi plastik dalam tahun-tahun belakangan ini. Tapi kita juga harus ingat bahwa banyak dari sampah plastik yang datang dari kedua negara itu dihasilkan sebagai bahan-bahan pembungkus oleh perusahaan-perusahaan yang berpusat di Eropa dan Amerika. Jadi ini adalah tanggung jawab kita bersama.”

Pemerintah China akhir tahun 2017 telah menghentikan hampir semua impor sampah kering termasuk plastik, kertas, botol dan kaleng-kaleng minuman ringan karena dianggap tidak lagi menguntungkan untuk didaur-ulang.

Amerika pernah mengekspor 70 persen dari sampah plastiknya ke China, tapi ketika pemerintah China menghentikan impor bahan-bahan itu untuk didaur-ulang, pemerintah Amerika baru sadar bahwa tidak punya kemampuan untuk menanggulangi sampah.“Setahun setelah China tidak lagi menerima kiriman sampah, Amerika berpaling ke negara-negara lain, kebanyakan di Asia Tenggara,” kata Hocevar.

Lalu kemana perginya sampah-sampah yang dihasilkan oleh banyak negara industri itu?

Menurut John Hocevar, negara yang paling banyak menerima sampah dari Amerika kini adalah Malaysia, lebih dari 7.000 ton, kemudian Thailand, di mana ekspor sampah Amerika melonjak hampir 2.000 persen. Negara lain yang diincar Amerika untuk menampung sumpahnya adalah Vietnam dan Korea Selatan.

Kata juru bicara Badan Perlindungan Alam Amerika, atau EPA, Amerika mengekspor kira-kira 15,4 juta ton sampah tahun 2017 untuk didaur ulang di China. Ini termasuk besi bekas, kertas dan karton, tembaga, nikel, aluminium, timah, plastik, dan karet.

Dalam sebuah pernyataan kepada VOA, EPA mengatakan banyak dari sampah itu kini diekspor ke India, Malaysia, Indonesia, Thailand, Kanada dan ke sejumlah negara lain. Jumlah ekspor ke negara-negara itu tergantung dari jenis sampahnya.

Penghentian ekspor sampah untuk didaur-ulang di China itu telah mengakibatkan dampak beruntun di Amerika, karena banyak kota terpaksa menghentikan program pengumpulan bahan-bahan bekas. Kata penjelasan jurubicara EPA lagi, banyak pihak yang berkepentingan dengan daur-ulang telah menyatakan keprihatinan kepada EPA karena larangan impor sampah oleh pemerintah China itu.

Namun, tambahnya, banyak industri daur ulang, pemerintah lokal dan negara bagian yang melihat hal ini sebagai kesempatan untuk mengupgrade atau meningkatkan usaha daur ulang dalam negeri.

Sumber: www.voaindonesia.com

 

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here