(Vibizmedia-Nasional) Sebagai upaya mendorong pertumbuhan ekonomi nasional dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat, Kementerian Perindustrian kembangkan industri kerajinan di dalam negeri melalui industri kecil dan menengah (IKM).
“Guna mendongkrak daya saing IKM, kami dan Dewan Kerajinan Nasional melakukan kerja sama dalam program e-Smart IKM,” ungkap Direktur Jenderal Industri Kecil, Menengah, dan Aneka (IKMA) Kemenperin, Gati Wibawaningsih di Pangkalpinang, Provinsi Bangka Belitung, Kamis (27/2).
Pengembangan pelaku IKM menjadi salah satu langkah mendorong ekonomi kerakyatan, lanjut Gati yang juga menjadi Sekjen Dekranas. “Untuk membangkitkan sektor IKM, kita perlu menciptakan pasarnya. Melalui e-Smart IKM, kita bisa mencapai tujuan tersebut, yaitu dengan berjualan secara online,” tegasnya.
Sebagai edukasi pemanfaatan teknologi digital, Kemenperin telah menggandeng berbagai pemangku kepentingan guna menyukseskan e-Smart IKM, di antaranya dengan Bank Indonesia, Bank Negara Indonesia (BNI), Google, Asosiasi e-commerce (idEA), serta Kementerian Komunikasi dan Informatika.
Selain itu, Kemenperin berkolaborasi dengan platform e-commerce seperti Bukalapak, Tokopedia, Shopee, BliBli, Blanja.com, dan Gojek Indonesia. “Sekarang kita juga gandeng AWS (Amazon Web Series). Jadi, tidak hanya mengajarkan prose digitalisasi, tapi produksinya mereka pun harus tahu,” terang Gati.
Pihaknya bertekad akan melanjutkan program e-Smart IKM pada tahun 2020, dengan menargetkan sebanyak 4.000-6.000 pelaku IKM dari seluruh wilayah Indonesia. “Kami sudah melibatkan hingga 10.000 pelaku IKM. Jadi, minimal tahun ini bisa bertambah menjadi 14.000 peserta,” ungkapnya.
Gati menyampaikan, pelaku usaha yang diprioritaskan mengikuti program e-Smart IKM adalah mereka yang telah mempunyai unit produksinya sendiri. “Salah satu sektor yang difokuskan, yakni industri kerajinan, yang selama ini memberikan kontribusi signifikan bagi perekonomian nasional,” tuturnya.
Perlu diketahui, pada tahun 2019 lalu, pengapalan produk kerajinan mencatatkan nilai USD892 juta atau sekitar Rp12,48 triliun, naik 2,5% dibanding nilai ekspor di tahun 2018 sebesar USD870 juta.








