Menristek Bambang Brodjo: Indonesia Menuju Kemandirian Produksi Vaksin

0
754

Serial Perkembangan Vaksin Merah Putih

(Vibizmedia – Nasional) Melanjutkan serial perkembangan Vaksin Merah Putih dari hasil wawancara Vibiz Media dengan Menristek Prof. Bambang Brodjonegoro, berikut ini adalah rencana ke depan Vaksin Merah Putih menuju kemadirian.

Sebagaimana disampaikan pada hasil wawancara sebelumnya, saat ini ada enam platform yang berjalan secara parallel, dalam pengembangan Vaksin Merah Putih, yaitu: Lembaga Biologi Molekuler Eijkman dengan platform protein rekombinan; Universitas Airlangga dengan platform Adenovirus dan inactivity virus; Universitas Indonesia dengan platform DNA dan m-RNA; Universitas Gajah Mada dengan platform protein rekombinan; LIPI dengan platform protein rekombinan; dan Institut Teknologi Bandung dengan platform Adenovirus.

Tiga platform diantaranya relatif cepat perkembangannya yaitu dari Lembaga Biologi Molekuler Eijkman, Universitas Airlangga dan Universitas Indonesia. Namun ketiga Lembaga ini belum memiliki pengalaman untuk memproduksi vaksin end-to-end. Indonesia, menurut Menristek, sebagai negara dengan jumlah penduduk terbesar keempat di dunia, secara pengalaman memproduksi vaksin, masih tertinggal jauh dibandingkan ketiga negara terbesar lainnya yaitu India, China dan Amerika Serikat. Pengalaman manufaktur ada, tetapi untuk research and development masih mengandalkan luar negeri.

Prof. Bambang Brodjonegoro dengan obyektif menyampaikan kondisi yang ada bahwa resources kita masih memiliki beberapa keterbatasan. Bio Farma sebagai contoh, sampai saat ini baru mampu memproduksi dua platform yaitu rekombinan dan inactivity virus. Namun demikian Kemenristek dengan segenap kemampuan yang ada terus maju dalam mengupayakan produksi vaksin Covid-19.

“Tugas saya sekarang adalah mencari perusahaan-perusahaan swasta yang bersedia untuk menjadi produsen vaksin dengan platform seperti yang telah dikembangkan oleh beberapa perguruan Tinggi dan Lembaga”, ungkap Menristek.

Strategi Jangka Pendek, Menengah dan Panjang

Dari penuturan Prof. Bambang Brojo, strategi jangka pendek yang dilakukan adalah mengupayakan Kerjasama dengan perusahaan-perusahaan swasta agar masuk konsorsium pemroduksi vaksin Covid-19.

Sedangkan strategi jangka menengah adalah menjaga kesinambungan herd immunity itu sendiri. Herd immunity adalah perlindungan secara tidak langsung dari suatu penyakit menular yang terwujud ketika sebuah populasi memiliki kekebalan baik lewat vaksinasi maupun imunitas yang berkembang dari infeksi sebelumnya.

Strategi jangka panjangnya adalah kemandirian dalam pengembangan vaksin itu sendiri, yang ditempuh dengan beberapa cara diantaranya:

  • Menggandeng perusahaan swasta yang terbiasa memproduksi vaksin hewan. Ini akan diperlukan investasi baru juga perijinan baru karena memproduksi vaksin untuk manusia.
  • Menggandeng perusahaan farmasi yang berniat mengembangkan vaksin. Ini akan memerlukan investasi dari nol dan memerlukan waktu lebih lama.

Paling menguntungkan jika dapat bekerjasama dengan perusahaan pemroduksi vaksin hewan yang masih punya kapasitas sangat besar sehingga memungkinkan berproduksi dalam jumlah yang besar juga.

Dikatakan oleh Prof. Bambang Brodjonegoro, kebutuhan vaksin di Indonesia sekitar 400 juta unit. Sementara sampai akhir tahun 2020 Bio Farma hanya mampu memproduksi 250 juta unit. Jadi kontribusi atau kehadiran perusahaan swasta dalam produksi vaksin sudah sangat urgent, agar Indonesia mandiri dalam penyediaan vaksin Covid-19 ini.

Emy T/Journalist/Vibizmedia
Editor: Emy Trimahanani

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here