PLTS: Solusi Energi Terbarukan Ramah Lingkungan

0
3178
PLTS Oelpuah
Pembangkit Listrik Tenaga Surya Oelpuah, Nusa Tenggara Timur. FOTO: VIBIZMEDIA.COM/MARULI SINAMBELA

(Vibizmedia-Nasional) Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) menjadi solusi yang sangat menjanjikan dalam menghadapi tantangan energi. Sebagai sumber energi terbarukan, energi surya memiliki keunggulan ramah lingkungan karena tidak menghasilkan emisi karbon dioksida atau polutan lainnya selama proses produksi listrik, berbeda dengan pembangkit listrik berbahan bakar fosil. Indonesia memiliki potensi besar dalam memanfaatkan sinar matahari sebagai sumber energi terbarukan.

Terletak di garis khatulistiwa, yang membuatnya mendapatkan paparan sinar matahari sepanjang tahun. Durasi penyinaran matahari rata-rata di Indonesia mencapai 4-6 jam per hari, menjadikan negara ini sangat ideal untuk pengembangan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS).

Melimpah? Dengan intensitas radiasi matahari sekitar 4,8 kWh/m²/hari, Indonesia memiliki potensi untuk menghasilkan energi listrik dari tenaga surya secara signifikan. Jika dikelola dengan baik, energi matahari dapat menjadi salah satu sumber utama untuk memenuhi kebutuhan listrik nasional, terutama di daerah terpencil yang sulit dijangkau jaringan listrik konvensional.

Selain itu, PLTS sangat cocok untuk diaplikasikan di pulau-pulau kecil dan daerah terpencil di Indonesia, di mana akses listrik masih terbatas. Pengembangan PLTS di daerah ini dapat membantu meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan mempercepat pembangunan daerah.

Dengan populasi yang besar dan pertumbuhan ekonomi yang terus meningkat, kebutuhan energi Indonesia juga terus bertambah. Pemanfaatan sinar matahari melalui teknologi PLTS dapat menjadi salah satu solusi yang berkelanjutan untuk memenuhi kebutuhan listrik yang terus meningkat, sekaligus mengurangi ketergantungan pada energi fosil.

Pengembangan Energi Surya
Sumber: Kementerian ESDM, Maret 2022

Pengembangan energi surya di Indonesia mencakup tiga jenis Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) dimana target PLTS Skala Besar pada tahun 2030 kapasitas terpasang 4,68 GW, PLTS Terapung kapasitas 26,65 GW di 271 lokasi di tahun 2022 dan kapasitas terpasang PLTS Atap hingga Januari 2022 sebesar 51,19 MWp.

Dampak Positif Terhadap Lingkungan

Proses pembangkitan listrik dari tenaga surya tidak menghasilkan polutan udara seperti nitrogen oksida (NOx), sulfur dioksida (SO2), atau partikel berbahaya lainnya yang dihasilkan oleh pembangkit listrik berbasis bahan bakar fosil.

Dengan demikian, penggunaan PLTS berkontribusi terhadap peningkatan kualitas udara dan kesehatan masyarakat. Selain itu, juga tidak memerlukan bahan bakar yang terbatas seperti batu bara, gas alam, atau minyak bumi. Energi matahari tersedia secara melimpah dan berkelanjutan, sehingga mengurangi tekanan terhadap sumber daya alam yang tidak dapat diperbarui, tidak memerlukan air dalam jumlah besar untuk proses pembangkitan listrik.

Hal ini mengurangi risiko polusi air dan dampak negatif terhadap ekosistem perairan, seperti penurunan kualitas air. Penggunaan PLTS membuat masyarakat dapat menghasilkan listrik secara mandiri, terutama di daerah terpencil.

Perkembangan Teknologi Panel Surya

Dua teknologi panel surya yang paling umum adalah panel monocrystalline dan polycrystalline. Panel monocrystalline lebih efisien dalam menghasilkan listrik, terutama di area yang terbatas, sementara panel polycrystalline lebih murah untuk diproduksi dan populer di aplikasi skala besar. Sedangkan, teknologi sel surya tipis sedang berkembang pesat dan memiliki potensi untuk membuat panel surya lebih fleksibel dan ringan. Sel surya jenis ini dapat dipasang di berbagai permukaan, termasuk atap bangunan atau kendaraan, membuka peluang baru untuk integrasi energi surya dalam kehidupan sehari-hari.

Salah satu tantangan besar dalam teknologi PLTS adalah ketidakstabilan pasokan energi karena tergantung pada cuaca dan waktu. Namun, dengan kemajuan teknologi baterai penyimpanan, seperti baterai lithium-ion, energi surya yang dihasilkan siang hari dapat disimpan dan digunakan pada malam hari atau saat cuaca mendung, sehingga meningkatkan keandalan sistem PLTS.

Biaya untuk memasang PLTS telah menurun secara drastis dalam beberapa dekade terakhir, terutama berkat peningkatan efisiensi produksi dan skala ekonomi. Hal ini mendorong lebih banyak investor untuk terlibat dalam proyek-proyek energi surya, baik di tingkat individu, perusahaan, maupun pemerintah.

Dukungan Kebijakan dan Insentif

Banyak pemerintah di seluruh dunia, termasuk Indonesia, mulai memberikan insentif seperti subsidi, feed-in-tariff, atau keringanan pajak bagi proyek PLTS. Kebijakan-kebijakan ini mendorong investasi di sektor energi terbarukan dan mempercepat transisi dari energi fosil.

Investasi Swasta dan Publik

Selain pemerintah, sektor swasta semakin aktif dalam berinvestasi di PLTS. Perusahaan besar, seperti Google dan Tesla, telah mengalokasikan dana besar untuk pengembangan dan penyebaran energi surya. Bahkan, perusahaan energi tradisional mulai mengalihkan investasi mereka ke energi terbarukan, termasuk PLTS, sebagai bagian dari strategi diversifikasi portofolio.

Energi Surya sebagai Investasi Jangka Panjang

PLTS menawarkan pengembalian investasi yang stabil dalam jangka panjang. Karena biaya operasional yang rendah dan umur panel yang panjang (sekitar 25-30 tahun), PLTS menjadi salah satu aset investasi yang menarik, terutama bagi investor institusi yang mencari stabilitas jangka panjang.

Inovasi dalam Skala dan Penggunaan

Di banyak negara, ladang surya skala besar dibangun untuk memenuhi kebutuhan energi nasional. Proyek seperti ini bisa menghasilkan energi dalam jumlah besar dan digunakan untuk memasok jaringan listrik publik, membantu menurunkan biaya listrik dan mendiversifikasi sumber energi.

Pemasangan panel surya di atap rumah dan bangunan komersial semakin populer. Sistem “solar rooftop” ini memungkinkan pemilik rumah dan perusahaan untuk menghasilkan listrik sendiri, mengurangi tagihan listrik, dan bahkan menjual surplus energi ke jaringan listrik melalui skema net metering.

Teknologi solar terapung adalah inovasi baru yang memungkinkan panel surya dipasang di atas air, seperti danau atau waduk. Ini mengatasi masalah keterbatasan lahan di beberapa wilayah dan juga membantu mengurangi penguapan air, memberikan manfaat ganda bagi lingkungan.

Trend Pasar

Pasar panel surya mengalami peningkatan yang kuat didorong oleh dorongan global terhadap listrik terbarukan dan penurunan biaya teknologi surya. Kemajuan teknologi fotovoltaik (photovoltaic /PV), peningkatan kinerja, dan peraturan pemerintah yang mendukung merupakan elemen utama yang berkontribusi terhadap pertumbuhan ini. Selain itu, instalasi tenaga surya berskala besar dan struktur energi tenaga surya di perumahan kini menjadi standar yang lebih baik, seiring dengan banyaknya negara yang menetapkan tujuan besar untuk mengadopsi listrik terbarukan.

Tantangan

Meskipun prospeknya bagus, dimana Indonesia memiliki potensi energi yang melimpah mencapai lebih dari 3.600 Gigawatt, ungkap Presiden Jokowi dalam forum International Sustainability Forum di JCC, Jakarta Pusat beberapa waktu lalu kepada media, pasar panel surya menghadapi banyak tantangan. Gangguan rantai pasokan, fluktuasi biaya bahan baku, dan ketidakpastian peraturan di beberapa bidang dapat menghambat peningkatan pasar. Selain itu, kebutuhan akan investasi awal yang besar dan sifat pembangkit listrik tenaga surya yang bersifat intermiten menimbulkan keterbatasan yang cukup besar. Integrasi dengan jaringan listrik yang ada saat ini dan pengembangan pembangkit listrik ramah lingkungan (green power garage) merupakan jawaban yang sangat penting untuk mengatasi permasalahan ini.

Peluang

Di negara-negara berkembang, peluang pasar panel surya sangat luas. Kemajuan teknologi, seperti pengembangan sel PV ramah lingkungan yang lebih baik dan solusi garasi yang revolusioner, menawarkan kemampuan yang sangat besar. Selain itu, tren yang berkembang menuju struktur kekuasaan yang terdesentralisasi dan meningkatnya penggunaan kendaraan listrik memberikan peluang baru untuk perluasan pasar. Perusahaan yang dapat menghadapi situasi sulit dan memanfaatkan peluang tersebut berada pada posisi yang tepat untuk berkembang dalam panorama tenaga surya yang terus berkembang.