BNPB Relokasi Rumah Warga Dampak Erupsi Gunung Lewotobi Laki-laki di Flores Timur

0
497
Gunung Lewotobi
Kepala BNPB Letjen TNI Suharyanto meninjauPos Pemantauan Gunungapi Lewotobi Laki-Laki di Kabupaten Flores Timur, Nusa Tenggara Timur, Rabu, 6 November 2024. FOTO: BNPB

(Vibizmedia-Nasional) Kepala Badan Nasional Penanggulanan Bencana (BNPB) Letjen TNI Suharyanto melakukan kunjungan kerja ke Provinsi Nusa Tenggara Timur dalam rangka penanganan darurat erupsi Gunung Lewotobi Laki-Laki berlanjut ke Pos Pengamatan Gunungapi Lewotobi Laki-Laki bertempat di Kabupaten Flores Timur, pada Rabu, 6 November 2024.

Dalam kunjungannya tersebut, Suharyanto mengungkapkan sepanjang perjalanan menuju ke lokasi Pos Pemantauan, dirinya melihat rumah warga yang berada di Kawasan rawan bencana, hal ini membuat salah satu langkah mitigasi yang tepat adalah merelokasi masyarakat tersebut.

“Kita lewati rumah masyarakat, masih banyak rumah masyarakat di jarak 3 sampai 7 kilometer, harusnya sesuai dari PVMBG ini yang paling terdekat (jarak dari puncak gunung) Pos pantau, habis itu jarak 8 dan 9 kilometer dan selanjutnya baru ada rumah masyarakat. Tapi sekarang rumah-rumah sudah kosong, dipastikan tidak dihuni, masyarakat di zona bahaya sudah mengungsi,” jelas Suharyanto.

“Relokasi harus segera dilakukan. Nanti saat relokasi akan dikoordibasi secara khusus, rumahnya ada ketentuan. Rumah yang dibangun untuk korban pascabenca tipe 90 meter persegi, rumah yang bisa dibangun dalam waktu satu minggu,” lanjutnya.

Menurutnya, masyarakat yang direlokasi tidak perlu khawatir, tanah dan lahan yang mereka miliki dalam radius 7 kilometer tersebut akan tetap menjadi milik mereka.

“Lahan-lahan masyarakat ini tetap hak milik masyarakat tapi tidak boleh ditempati,” tegasnya.

Perlu diketahui, bencana yang sudah terjadi beberapa hari lalu, dijadikan pengalaman berharga untuk masyarakat agar mentaati instruksi pihak-pihak yang berwenang dan bagi pemerintah untuk lakukan langkah-langkah meningkatkan kesiapsiagaan.

“Saat ini kenapa masyarakat masih ada yang tinggal dalam radius di bawah 7 kilometer, karena terakhir erupsi tahun 2002 sehingga mungkin masyarakat menganggap dalam waktu 20 tahun tidak ada apa-apa, namun terjadi kali ini. Ini menjadi catatan agar masyarakat untuk tidak bisa lagi tinggal di bawah radius 7 kilometer,” katanya.

“BNPB dan PVMBG Badan Geologi akan membawa ahli memetakan bagaimana kondisi gunung sekarang ini. Kemudian memasang early warning system sebagaimana yang kita lakukan di Gunung Marapi Sumatra Barat dan Gunung Ibu Halmahera Barat. Paling tidak dengan adanya alat yang lebih canggih peringatan kepada masyarakat lebih baik,” ujarnya.

Meskipun nantinya dipasangkan alat peringatan dini, Suharyanto berpesan bahwa sehebat apapun alatnya, belum ada yang bisa memprediksi secara tepat kapan letusan akan terjadi.

“Yang harus dijadikan catatan, manusia tetap berusaha tapi terkait saat tepat sebuah gunung bisa meletus tidak bisa diprediksi,” terangnya.