Ekspansi Aktivitas Manufaktur Mencerminkan Kekuatan Perekonomian Indonesia

0
212
Foto: Info Publik

(Vibizmedia – Jakarta) Aktivitas manufaktur Indonesia menunjukkan peningkatan signifikan, dengan Purchasing Managers’ Index (PMI) Indonesia naik dari 49,6 pada November menjadi 51,2 pada Desember 2024. Kenaikan ini, yang merupakan level tertinggi sejak Mei 2024, mencerminkan peningkatan produksi dan permintaan baru, baik dari pasar domestik maupun internasional, terutama menjelang perayaan Natal dan Tahun Baru. Sepanjang tahun 2024, PMI Indonesia tercatat tujuh kali berada di zona ekspansi dan lima kali di zona kontraksi.

Kepala Badan Kebijakan Fiskal Kementerian Keuangan, Febrio Kacaribu, menyampaikan bahwa kembalinya sektor manufaktur ke zona ekspansif menjadi tanda solidnya perekonomian Indonesia di tengah tantangan global dan domestik. Pemerintah pun semakin optimis terhadap pencapaian target pertumbuhan ekonomi di atas 5 persen pada 2024.

Permintaan domestik terhadap produk dalam negeri turut mendukung kinerja sektor manufaktur. Data menunjukkan bahwa Indeks Penjualan Ritel (IPR) tumbuh 1,7 persen secara tahunan pada November 2024, naik dari 1,5 persen pada bulan sebelumnya, sementara Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) Bank Indonesia juga meningkat ke level 125,9 dari 121,1 pada Oktober. Kuatnya daya beli masyarakat, didukung oleh inflasi yang terkendali, memberikan optimisme terhadap perekonomian nasional. Di sisi lain, beberapa negara ASEAN seperti Vietnam dan Malaysia mencatat PMI manufaktur yang terkontraksi masing-masing di level 49,8 dan 48,6.

Peningkatan aktivitas manufaktur Indonesia juga diikuti oleh optimisme pelaku usaha yang terlihat dari peningkatan jumlah persediaan barang jadi. Penyerapan tenaga kerja pun menunjukkan tren ekspansi. Pemerintah melalui Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) berkomitmen untuk mempertahankan momentum ini dengan menjaga daya beli masyarakat dan mengendalikan inflasi.

Pada Desember 2024, inflasi tercatat sebesar 1,57 persen secara tahunan, masih dalam rentang sasaran pemerintah. Inflasi sepanjang tahun 2024 juga melandai signifikan dari 2,61 persen pada akhir 2023, terutama karena stabilnya harga pangan. Inflasi inti menunjukkan penguatan mencapai 2,26 persen secara tahunan, didukung oleh kelompok penyediaan makanan, minuman, pakaian, alas kaki, serta perawatan pribadi.

Inflasi harga bergejolak (volatile food) naik menjadi 0,12 persen secara tahunan pada Desember 2024, jauh lebih rendah dibandingkan Desember 2023 yang mencapai 6,73 persen. Sementara itu, inflasi yang diatur pemerintah (administered price) turun menjadi 0,56 persen dari 0,82 persen pada bulan sebelumnya, didukung oleh kebijakan harga energi yang stabil serta penurunan tarif transportasi udara selama libur Natal dan Tahun Baru.

Menurut Febrio, terkendalinya inflasi sepanjang tahun tidak terlepas dari sinergi kebijakan pengendalian inflasi pusat dan daerah, termasuk dukungan kebijakan fiskal yang menjaga daya beli masyarakat. Kebijakan harga energi dan transportasi yang dikelola dengan baik juga membantu menjaga stabilitas inflasi diatur pemerintah. Pemerintah optimis bahwa peningkatan aktivitas manufaktur dan terkendalinya inflasi akan menjadi modal penting untuk menghadapi tantangan ekonomi pada 2025.