(Vibizmedia – IDX Stock) – Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berhasil melonjak hingga 1% ke posisi 7.253,67 pada perdagangan sesi I Rabu (22/1/2025). IHSG melanjutkan reli untuk 6 hari beruntun.
Berdasarkan pengamatan tercatat 227 saham naik, 141 saham turun, dan 201 saham stagnan.Total volume perdagangan 1,35 juta saham dengan nilai transaksi capai Rp 1,3 triliun.
Sebanyak 10 indeks sektoral menopang penguatan IHSG pagi ini. Tiga sektor dengan kenaikan tertinggi yakni; IDX-Techno 2,88%, IDX-NonCyc 1,25%, dan IDX-BAsic 0,75%.
Secara spesifik, Telkom Indonesia (TLKM), Bank Mandiri (BMRI), Amman Mineral Internasional (AMMN), DCI Indonesia (DCII) dan Bank Rakyat Indonesia (BBRI) menjadi lima emiten teratas. Dengan sumbangsih tertinggi dalam pergerakan IHSG hari ini.
Nilai transaksi indeks pada sesi I hari ini sudah mencapai sekitar Rp 1,9 triliun. Dengan volume transaksi mencapai 2 miliar lembar saham dan sudah ditransaksikan sebanyak 181.538 kali.
IHSG melesat di tengah sikap pasar yang masih menanti kebijakan Presiden AS Trump. Dan dampak dari revisi aturan Devisa Hasil Ekspor (DHE) serta datangnya musim laporan keuangan emiten pada 2024.
Inaugurasi kedua Donald Trump sebagai Presiden ke-47 AS membawa pengaruh yang kompleks terhadap pasar global, termasuk Indonesia.
Trump Effect, istilah yang digunakan untuk menggambarkan dampak kebijakan kontroversial dan pro-bisnis dari Presiden Trump, menjadi sorotan utama investor. Terutama di tengah ketidakpastian ekonomi global.
Sementara itu, bursa saham Asia-Pasifik bergerak bervariasi pagi ini. Hal ini seiring dengan investor mencerna pernyataan Presiden Donald Trump tentang kemungkinan pengenaan tarif 10% terhadap China.
Menurut hasil pantauan, Indeks S&P/ASX 200 Australia naik 0,42%, Indeks Nikkei 225 Jepang bertambah 1,32%, dan Topix naik 0,72%. Kospi Korea Selatan menambahkan 0,71% dan Kosdaq diperdagangkan 0,85% lebih tinggi.
Sedangkan Indeks Hang Seng Hong Kong turun 0,51% pada pembukaan, dan CSI 300 China daratan turun 0,28%.
Trump menyatakan bahwa timnya sedang membahas tarif 10% terhadap China dan bahwa tarif tersebut bisa mulai berlaku pada 1 Februari 2025.
Investor juga mengamati pertemuan kebijakan Bank Negara Malaysia hari ini, di mana diperkirakan Bank Sentral akan mempertahankan suku bunga kebijakan di 3%.
Belinda Kosasih/ Partner of Banking Business Services/Vibiz Consulting