(Vibizmedia – IDX) – Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dalam perdagangan bursa saham, penutupan Senin sore ini (3/2), terpantau melemah cukup signifikan 79,138 poin (1,11%) ke level 7.030,058 setelah dibuka turun ke level 7.032,942.
IHSG bergerak terkoreksi ke level 2,5 minggu terendahnya, sementara bursa kawasan Asia sore ini umumnya melemah setelah Trump menetapkan tariff atas Canada, Mexico, dan China, mengikuti Wall Street yang berakhir pekan dalam koreksi.
Sementara itu, nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika Serikat (AS) sore ini melemah 1,07% atau 174 poin ke level Rp 16.429, dengan dollar AS di pasar uang Eropa bullish kuat setelah melaju 4 hari; rally ke sekitar 3 minggu tertingginya oleh pemberlakuan tariff baru Trump atas Canada, Mexico, dan China.
Rupiah melemah dibandingkan posisi penutupan perdagangan sebelumnya di Rp 16.255, serta terpantau merosot signifikan ke level 7 bulan lebih terendahnya.
Mengawali perdagangannya, IHSG melemah 76,254 poin (1,07%) ke level 7.032,942. Sedangkan indeks LQ45 turun 7,290 poin (0,89%) ke level 816,260. Siang ini IHSG melemah 161,425 poin (2,27%) ke level 6.947,771. Sementara LQ45 terlihat turun 2,64% atau 21,730 poin ke level 801,820.
IHSG kemudian agak naik dan ditutup melemah 79,138 poin (1,11%) ke level 7.030,058, sedangkan LQ45 turun 12,08 poin (1,47%) ke level 811,470. Tercatat saat ini sebanyak 168 saham naik, 461 saham turun dan 174 saham stagnan.
Sementara itu, bursa regional sore ini mixed menguat di antaranya Nikkei yang merosot 2,66%, dan Hang Seng yang turun 0,04%.
Analis Vibiz Research Center melihat pergerakan bursa kali ini bergerak terkoreksi ke 2,5 minggu terendahnya, sementara bursa kawasan Asia sore ini melemah setelah Trump menetapkan tariff atas Canada, Mexico, dan China.
Berikutnya IHSG kemungkinan akan masih bias melemah, dengan mengacu kepada fundamental bursa kawasan. Resistance mingguan saat ini berada di level 7.325 dan 7.400. Sedangkan bila menemui tekanan jual di level ini, support ke level 6.931, dan bila tembus ke level 6.843.
Alfred Pakasi/VBN/MP Vibiz Consulting Group