Permintaan Meningkat, IKI Industri Mei 2025 Terjaga di Jalur Ekspansi

0
414

(Vibizmedia – Jakarta) Kondisi perekonomian global menunjukkan perbaikan seiring dengan munculnya berbagai kebijakan yang berpihak pada industri serta mulai meredanya tensi perang dagang global. Hal ini memberikan dampak positif bagi iklim usaha di Indonesia, khususnya di sektor industri manufaktur. Dampak tersebut tampak dari meningkatnya aliran investasi baru, terutama pada sektor manufaktur, serta bertambahnya penyerapan tenaga kerja, yang turut mendorong kinerja industri sepanjang Mei 2025.

Pada bulan tersebut, Indeks Kepercayaan Industri (IKI) manufaktur tercatat berada pada level 52,11, menandakan fase ekspansi. Angka ini naik 0,21 poin dibandingkan April 2025, meskipun masih sedikit melambat 0,39 poin jika dibandingkan dengan Mei tahun lalu.

Menurut Juru Bicara Kementerian Perindustrian, Febri Hendri Antoni Arief, dalam rilis IKI Mei 2025 di Jakarta (27/5), capaian ini ditopang oleh pertumbuhan positif di 21 subsektor industri, yang secara kumulatif menyumbang 95,7 persen terhadap PDB industri pengolahan nonmigas di Triwulan I 2025.

Kenaikan IKI dipicu oleh ekspansi di seluruh komponen pembentuknya—pesanan, produksi, dan persediaan. Khususnya, pesanan meningkat tajam 2,13 poin dibanding bulan sebelumnya. Meski produksi dan persediaan sedikit terkoreksi, keduanya masih berada dalam zona ekspansi.

Kembalinya variabel pesanan ke zona ekspansi menjadi indikator penting bahwa permintaan—baik domestik maupun global—menguat kembali di Mei 2025.

Subsektor dengan IKI tertinggi tercatat pada industri alat angkutan lainnya (KBLI 30) dan industri pengolahan tembakau (KBLI 12). Sementara dua subsektor yang masih terkontraksi adalah industri kulit, barang dari kulit dan alas kaki (KBLI 15) serta industri peralatan listrik (KBLI 27).

Rizky Aditya Wijaya, Direktur Industri Tekstil, Kulit dan Alas Kaki, menjelaskan bahwa kontraksi pada subsektor kulit dan alas kaki disebabkan oleh lonjakan harga sejak Maret 2025, yang membuat konsumen menahan pembelian produk tahan lama. Ditambah, turunnya PDB Amerika Serikat mengakibatkan penurunan pesanan ekspor alas kaki, padahal 43% dari produksi alas kaki nasional ditujukan ke pasar AS.

Kekhawatiran juga muncul dari penerapan tarif resiprokal oleh AS, mendorong sejumlah pelaku usaha menunda investasi. Meski demikian, optimisme tetap tumbuh di sektor alas kaki, ditunjukkan dengan masuknya 12 investasi PMA baru dari Januari hingga Mei 2025, senilai Rp 8 triliun, dengan proyeksi produksi mencapai 64,6 juta pasang alas kaki dan 214,6 juta pasang komponen.

Reni Yanita, Dirjen Industri Kecil, Menengah dan Aneka (IKMA), menyoroti pentingnya kebijakan pro industri, seperti gerakan Bangga Buatan Indonesia dan prioritas pembelanjaan produk lokal oleh pemerintah untuk mendukung pelaku IKM.

Industri aneka (KBLI 32) terus menunjukkan ekspansi sepanjang 2025. Namun, subsektor seperti alat musik dan rambut palsu kini menghadapi perlambatan akibat kebijakan protektif dari negara tujuan ekspor.

Untuk merespons, Kemenperin mendorong strategi seperti peningkatan permintaan domestik, relaksasi aturan TKDN-IK, digitalisasi penjualan, fasilitasi pameran, dan penguatan kerja sama perdagangan internasional.

Ronggolawe Sahuri, Direktur Industri Elektronika dan Telematika, menambahkan bahwa penurunan pada industri peralatan listrik disebabkan oleh tingginya stok, lemahnya daya beli, keterbatasan bahan baku, dan membanjirnya produk impor.

IKI Pasar Ekspor dan Domestik

IKI untuk industri berorientasi ekspor di bulan Mei 2025 mencapai 52,33, naik tipis dari bulan sebelumnya (52,26). Sementara itu, IKI domestik mengalami peningkatan lebih signifikan dari 51,40 menjadi 51,82.

Febri menjelaskan bahwa pertumbuhan ini dipengaruhi oleh membaiknya permintaan dalam negeri, didorong oleh terbitnya Perpres No. 46 Tahun 2025 tentang Pengadaan Barang dan Jasa Pemerintah. Perpres ini mewajibkan pemerintah memprioritaskan produk manufaktur dalam negeri dalam pengadaan barang dan jasa, menempatkan produk impor sebagai prioritas kelima.

Selain itu, Kementerian Perindustrian juga tengah mereformasi perhitungan TKDN agar lebih efisien dan terjangkau. Langkah ini diharapkan dapat mendorong lebih banyak produk dalam negeri untuk memperoleh sertifikasi TKDN dan dibeli oleh instansi pemerintah dan BUMN/D.

Saat ini, sebanyak 14.030 perusahaan industri telah memproduksi barang ber-TKDN dan menyerap sekitar 1,7 juta tenaga kerja. Perpres tersebut diyakini akan meningkatkan permintaan produk dalam negeri dan menghindari potensi penurunan produksi dan PHK.

Kondisi Konsumen dan Pertumbuhan Ekonomi

Pada April 2025, Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) mencapai 121,7, naik dari 121,1 pada bulan sebelumnya. Indeks Kondisi Ekonomi (IKE) pun meningkat menjadi 113,7, naik 3,1 poin. Hal ini menunjukkan persepsi positif masyarakat terhadap daya beli, penghasilan, dan prospek lapangan kerja.

Pertumbuhan ekonomi Indonesia pada Triwulan I 2025 juga mencatat angka positif sebesar 4,87 persen (y-o-y). Sektor pertanian, kehutanan, dan perikanan menjadi penyumbang tertinggi dengan pertumbuhan mencapai 10,52 persen, memberikan sinyal positif bagi ketersediaan bahan baku dan hilirisasi industri pengolahan.

Optimisme Dunia Usaha

Sebanyak 74,3 persen pelaku industri menyatakan usahanya membaik atau stabil sepanjang Mei 2025. Meski optimisme pelaku usaha sedikit menurun menjadi 66,6 persen dari sebelumnya 66,8 persen, pelaku industri tetap optimis terhadap prospek enam bulan ke depan, seiring keberlanjutan kebijakan pemerintah yang konsisten mendukung sektor industri nasional.