IHSG Bergerak Melemah di Zona Merah Perdagangan Sesi 1 Kamis (12/6)

0
322
IHSG Dibuka Menguat 0,56% ke 8.453,84, Bursa Asia Pacific Juga Zona Hijau

 

(Vibizmedia – Economy & Business) – Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) terpantau bergerak melemah tipis mengawali perdagangan Kamis (12/6) pagi.

Melansir RTI pukul 09.16 WIB, indeks turun 0,21% atau 14.859 poin ke level 7.207,597. Tercatat 207 saham turun, 228 saham naik, dan 215 saham stagnan.

Total volume perdagangan 4,4 miliar saham dengan nilai transaksi capai Rp 2 triliun.
Sebanyak Sembilan indeks sektoral membebani langkah IHSG pagi ini. Tiga sektor dengan penurunan terdalam yakni: IDX-Techno 0,78%, IDX-Infra 0,62%, dan IDX-Trans 0,55%.

Kamis siang, IHSG masih berada di zona merah,  melansir RTI pukul 11.55 WIB, indeks  0.16% pada posisi 7.210,662

Pergerakan pasar modal hari ini diperkirakan banyak dipengaruhi oleh sentimen eksternal khususnya dari AS usai merilis data Indeks Harga Konsumen (IHK).

Serta AS dengan China yang telah menyepakati kerangka kerja perdagangan dan berakhir meredakan ketegangan serta membangun kepercayaan antara kedua negara.
Kesepakatan dicapai setelah negosiator dari Washington dan Beijing menyepakati kerangka kerja yang mencakup tingkat tarif.

Trump juga mengisyaratkan bahwa barang impor dari China akan dikenai tarif hingga 55%. Pernyataan tersebut dikonfirmasi oleh Menteri Perdagangan AS Howard Lutnick, yang menegaskan bahwa tarif terhadap China akan tetap berada di level tersebut.

AS melaporkan indeks harga konsumen (CPI) naik atau mengalami inflasi 0,1% pada Mei 2025 (month to month), lebih rendah dari perkiraan ekonom yang disurvei oleh Dow Jones sebesar 0,2%.

Inflasi inti, tidak memasukkan harga makanan dan energi yang bergejolak, juga naik 0,1%, atau di bawah ekspektasi.

Secara tahunan (year on year/yoy), inflasi tercatat 2,4% pada Mei 2025, lebih tinggi dibandingkan April yakni 2,3%. Kenaikan inflasi (yoy) ini adalah yang pertama kali sejak Januari 2025 atau empat bulan terakhir.

Laju inflasi Mei masih di bawah ekspektasi pasar yakni 2,5%. Namun, inflasi sedikit lebih tinggi dibandingkan April 2025 (2,3%) yang merupakan level terendah sejak 2021.

Naiknya inflasi ini menjadi sinyal jika dampak perang dagang sudah mulai merembet kepada harga barang di tingkat konsumen. Kendati demikian, laju inflasi masih di bawah ekspektasi pasar yang membuat ekspektasi pemangkasan suku bunga The Fed semakin besar.

Sementara dari dalam negeri, Bank Indonesia (BI) pada pagi hari ini akan merilis data Indeks Keyakinan Konsumen (IKK). Yang diperkirakan masih akan berada di level optimis.

 

Belinda Kosasih/ Partner of Banking Business Services/Vibiz Consulting