Ekspor Korea Selatan Melonjak karena Ledakan Permintaan Chip AI

0
160
Makanan Korea Selatan
Kota Seoul, Korea Selatan (Foto: Wikipedia)

(Vibizmedia – Kolom) Korea Selatan kembali mencatatkan pertumbuhan ekspor yang mengejutkan pada bulan Juli 2025, mencerminkan kebangkitan permintaan global terhadap chip semikonduktor yang digunakan dalam kecerdasan buatan dan komputasi berkinerja tinggi. Data terbaru dari Kementerian Perdagangan Korea menunjukkan bahwa ekspor naik sebesar 8.7% dibandingkan tahun sebelumnya, mengalahkan konsensus analis yang hanya memperkirakan pertumbuhan sekitar 6%. Lonjakan ini dipicu oleh permintaan tajam terhadap chip memori dan prosesor AI, menjadikan semikonduktor sebagai pilar utama pemulihan ekspor negeri tersebut.

Dalam laporan yang dirilis pada awal pekan ini, Bloomberg mencatat bahwa ekspor chip melonjak lebih dari 30% secara tahunan, didorong oleh pengiriman besar ke pusat data di Amerika Serikat, China, dan beberapa negara Eropa. Kebangkitan minat terhadap chip High-Bandwidth Memory (HBM) yang digunakan dalam sistem AI generatif, termasuk yang diproduksi oleh Nvidia, membuat perusahaan seperti SK hynix dan Samsung Electronics mencatatkan lonjakan pengiriman. “Kami melihat adanya perubahan struktural dalam pasar semikonduktor global, dan Korea Selatan berada di pusatnya,” kata ekonom dari Nomura, Young Sun Jeon.

Kebangkitan ini datang setelah periode pelemahan yang panjang. Sepanjang 2022 hingga pertengahan 2024, sektor ekspor Korea Selatan sempat tertekan akibat perlambatan global, penurunan harga chip, dan konflik teknologi antara Amerika Serikat dan China. Namun, permintaan global terhadap solusi AI yang meledak sejak akhir 2024 telah mengubah arah perekonomian Korea Selatan secara signifikan.

The Wall Street Journal melaporkan bahwa pertumbuhan ekspor chip mencerminkan dorongan agresif dari perusahaan teknologi global untuk meningkatkan kapasitas pemrosesan AI mereka. Nvidia, AMD, dan perusahaan rintisan AI besar lainnya secara aktif mencari pasokan DRAM HBM dan chip NAND Flash generasi terbaru. Perusahaan Korea, yang menguasai lebih dari 70% pasar chip memori dunia, berada dalam posisi unggul.

Khususnya, SK hynix telah mendapat perhatian internasional karena menjadi pemasok utama HBM3E yang digunakan dalam GPU Nvidia H200 dan Blackwell. Dalam laporan kuartalan terbarunya, perusahaan ini mencatatkan peningkatan penjualan lebih dari 50% di sektor chip AI. “Kapasitas produksi kami hampir penuh, dan kami sedang mempertimbangkan ekspansi besar-besaran ke luar negeri,” ujar COO SK hynix dalam wawancara dengan Reuters. Samsung Electronics juga menyatakan bahwa divisi semikonduktor mereka kini mencatatkan pemulihan dua digit, bahkan ketika bisnis ponsel mereka stagnan di tengah persaingan dari produsen China.

Secara geografis, ekspor ke Amerika Serikat dan negara-negara ASEAN menunjukkan kenaikan yang solid. Ekspor ke AS naik 18%, terutama berkat pesanan chip dan peralatan manufaktur semikonduktor. Sementara itu, ekspor ke China juga menunjukkan tanda-tanda stabilisasi, meskipun ketegangan teknologi dengan Washington belum mereda sepenuhnya. “Yang mengejutkan adalah kembalinya permintaan dari China, yang sebelumnya sangat tertekan oleh kebijakan pembatasan AS,” kata ekonom dari ING Asia, Min Joo Kang.

Kinerja positif di bulan Juli ini menjadikan total pertumbuhan ekspor Korea Selatan selama tujuh bulan pertama tahun 2025 mencapai 5,2%. Sebagai negara yang sangat bergantung pada perdagangan luar negeri—di mana ekspor menyumbang sekitar 40% dari produk domestik bruto—data ini memberikan sinyal positif terhadap pemulihan ekonomi nasional. Financial Times menyoroti bahwa Bank Sentral Korea kini memiliki ruang lebih besar untuk menjaga suku bunga tetap stabil, setelah periode kenaikan agresif untuk menahan inflasi selama dua tahun terakhir.

Namun, analis tetap memberikan catatan penting: ketergantungan berlebih pada sektor chip bisa menjadi pedang bermata dua. Industri semikonduktor global dikenal sangat siklikal. Sebuah penurunan harga chip atau penyesuaian permintaan dari raksasa teknologi dapat segera membalikkan arah pertumbuhan. “Korea perlu mewaspadai eksposur tunggal terhadap pasar chip. Diversifikasi ekspor harus menjadi prioritas,” ujar Park Sang Hyun, ekonom senior di Hi Investment & Securities, dalam laporan analisnya yang dikutip oleh Nikkei Asia.

Meski demikian, pemerintah Korea Selatan telah mengambil langkah aktif untuk memperkuat rantai pasok industri semikonduktor. Dalam rencana strategis jangka menengah yang dirilis awal Juli, pemerintah mengumumkan paket insentif sebesar 26 triliun won (sekitar 20 miliar dolar AS) untuk mempercepat pembangunan klaster semikonduktor nasional di sekitar wilayah Yongin dan Pyeongtaek. Proyek ini akan melibatkan perusahaan lokal dan asing serta didukung oleh lembaga riset negara.

Presiden Yoon Suk-yeol dalam pidatonya menyatakan bahwa semikonduktor akan menjadi “tulang punggung keamanan ekonomi nasional” dan menyerukan kerja sama lintas sektor antara industri, akademisi, dan pemerintah. “Kita tidak hanya bicara tentang ekspor, tetapi tentang posisi strategis Korea dalam sistem teknologi global,” ujarnya dalam konferensi pers yang diliput oleh Korea Herald.

Sementara itu, perusahaan-perusahaan besar Korea juga mengincar pasar ekspor yang lebih luas. LG Innotek, Doosan Robotics, dan Naver Cloud turut masuk ke pasar komputasi AI dan layanan cloud yang terus berkembang. Hal ini menciptakan ekosistem yang mendukung ekspor non-tradisional. “Tidak hanya chip, tetapi juga solusi perangkat lunak, layanan AI, dan teknologi robotik buatan Korea kini mulai menarik perhatian global,” kata analis dari Morgan Stanley, Lillian Li.

Di tengah ketegangan geopolitik global yang belum mereda, banyak negara barat kini mencari alternatif rantai pasok yang lebih andal dan “ramah sekutu”. Korea Selatan, sebagai sekutu AS dan memiliki infrastruktur teknologi tingkat tinggi, menjadi kandidat utama dalam strategi “friendshoring”. Hal ini terlihat dari meningkatnya investasi langsung dari perusahaan AS dan Eropa ke fasilitas-fasilitas Korea. Dalam laporan dari CNBC, Intel bahkan dikabarkan sedang menjajaki kemitraan dengan perusahaan Korea dalam pengembangan chip generasi berikutnya untuk cloud dan edge computing.

Walaupun kinerja ekspor sangat bergantung pada faktor eksternal, pemulihan konsumsi domestik dan belanja pemerintah juga memberikan kontribusi. Setelah dua tahun inflasi tinggi dan kenaikan suku bunga, konsumen Korea mulai meningkatkan belanja barang teknologi, mobil listrik, dan layanan digital. Hal ini memberikan permintaan tambahan kepada sektor manufaktur dalam negeri.

Namun, tantangan jangka menengah masih membayangi. Perlambatan ekonomi di Tiongkok, ketidakpastian pasar Eropa akibat konflik geopolitik, dan ancaman proteksionisme teknologi dari AS menjadi risiko eksternal yang tidak bisa diabaikan. Bank Sentral Korea sendiri telah memperingatkan bahwa pertumbuhan ekspor yang tinggi dalam waktu singkat ini tidak boleh dianggap sebagai tren permanen. Dalam laporan Monthly Outlook edisi Juli, bank menyatakan pentingnya tetap waspada terhadap “volatilitas siklikal dalam pasar global.”

Meski demikian, optimisme tetap mendominasi sentimen pasar dalam negeri. Bursa Korea mencatatkan kenaikan indeks KOSPI sebesar 1.9% setelah rilis data ekspor. Saham semikonduktor seperti Samsung Electronics dan SK hynix menjadi motor utama penguatan tersebut. Volume perdagangan meningkat tajam, menandakan keyakinan investor terhadap keberlanjutan momentum positif dari sektor teknologi tinggi.

Dengan semikonduktor sebagai bintang utama, Korea Selatan tampaknya sedang memasuki babak baru dalam perjalanannya sebagai kekuatan teknologi global. Keberhasilan mempertahankan dan memperluas pangsa pasarnya akan sangat menentukan apakah ledakan ekspor ini hanyalah kebetulan jangka pendek, atau fondasi dari transformasi ekonomi yang lebih struktural. Di tengah persaingan global yang semakin ketat, negeri ginseng kini dihadapkan pada tantangan dan peluang dalam skala yang belum pernah mereka alami sebelumnya.