Pemerintah Indonesia Perkenalkan Tabel Kehidupan sebagai Fondasi Pembangunan Berbasis Bukti

0
252

(Vibizmedia – Jakarta) Pemerintah Indonesia memperkenalkan wajah baru dalam pembangunan berbasis bukti melalui Tabel Kehidupan Indonesia. Instrumen ini berfungsi untuk mengukur usia harapan hidup, memperkuat sistem jaminan sosial, serta memastikan perlindungan bagi setiap warga—mulai dari bayi baru lahir (neonatal) hingga lansia—melalui kebijakan yang adil dan berkelanjutan.

Menyikapi hal tersebut, Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN/Bappenas) bekerja sama dengan Badan Pusat Statistik (BPS) untuk mempercepat pemanfaatan tabel kehidupan sebagai dasar kebijakan lintas sektor yang didukung data akurat dan kontekstual.

Deputi Bidang Pemberdayaan Masyarakat, Kependudukan, dan Ketenagakerjaan Bappenas, Maliki, menekankan bahwa tabel kehidupan bukan sekadar data statistik kematian, melainkan panduan strategis untuk membaca arah pembangunan nasional.

“Tabel kehidupan ini lebih dari sekadar angka. Ia menjadi panduan untuk menargetkan kebijakan secara presisi, dari neonatal hingga lansia, serta meningkatkan kesadaran masyarakat tentang pentingnya kesehatan sepanjang hayat,” ungkap Maliki dalam forum Tabel Kehidupan yang digelar pada Senin (6/10/2025).

Menurutnya, tabel ini juga memperkuat surveilans kesehatan nasional, mendalami analisis kebijakan berbasis bukti, serta memastikan intervensi pembangunan tepat sasaran berdasarkan konteks wilayah, usia, dan jenis kelamin.

Dua Pemanfaatan Utama: Proyeksi Penduduk dan Jaminan Sosial

Tabel kehidupan menyajikan parameter mortalitas hingga tingkat provinsi, usia, dan jenis kelamin, yang menjadi fondasi krusial untuk perencanaan populasi serta layanan kesehatan yang disesuaikan dengan karakteristik daerah.

Maliki mengilustrasikan variasi Total Fertility Rate (TFR) antarwilayah: Jakarta mencapai 1,7–1,8, Bali 1,9, sementara Maluku dan Papua melebihi 2,3. “Kita tidak bisa menerapkan kebijakan seragam untuk seluruh daerah. Tabel kehidupan memungkinkan pendekatan yang adaptif sesuai kondisi lokal,” jelasnya.

Selain itu, tabel ini memperkuat jaminan sosial dan asuransi. “Sebagai contoh, Tabel Kehidupan menjadi acuan bagi BPJS Kesehatan dan lembaga asuransi untuk menghitung probabilitas kematian serta risiko kesehatan, menyusun iuran dan manfaat secara adil, serta membangun sistem perlindungan sosial yang inklusif dan berkelanjutan,” tambahnya.

Strategi Bertahap dalam Pemanfaatan

Pemerintah merancang strategi tiga tahap untuk memaksimalkan manfaat tabel kehidupan:

1. Jangka pendek: Memperkuat sistem registrasi sipil dan kependudukan (CRVS) serta mengintegrasikannya ke dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) dan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD).

2. Jangka menengah: Mendukung perencanaan jaminan sosial dan ketenagakerjaan berbasis data mortalitas serta harapan hidup.

3. Jangka panjang: Mendorong pencapaian usia harapan hidup hingga 80 tahun, penurunan angka kematian bayi, penguatan layanan lansia, serta pembangunan lingkungan sehat.

Pada penutup paparannya, Maliki mengajak generasi muda, terutama Gen Z, untuk memahami esensi data kependudukan dan berpartisipasi aktif dalam pembangunan berbasis bukti.

“Visi Indonesia Emas 2045 menuntut kesehatan untuk semua dan perlindungan sosial yang adaptif. Tabel kehidupan menjadi jawaban utama bagi dua pilar tersebut,” tutupnya.