(Vibizmedia-Nasional) Kinerja Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) hingga akhir triwulan ketiga tahun 2025 menunjukkan kondisi yang solid dan terkendali. Pemerintah mencatat defisit fiskal sebesar Rp371,5 triliun, atau setara 1,56 persen terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) — jauh di bawah proyeksi sepanjang tahun yang ditetapkan sebesar 2,78 persen PDB.
Menteri Keuangan Purbaya Yudhi Sadewa menegaskan bahwa capaian ini mencerminkan kemampuan APBN dalam menjaga keseimbangan antara pemulihan ekonomi nasional dan keberlanjutan fiskal jangka menengah di tengah tantangan global.
“APBN terus menjaga keseimbangan antara dukungan terhadap pemulihan ekonomi dan keberlanjutan fiskal jangka menengah,” ujar Purbaya dalam konferensi pers APBN KiTa di Jakarta, Selasa (14/10).
Hingga akhir September 2025, pendapatan negara mencapai Rp1.863,3 triliun atau sekitar 65 persen dari target dalam outlook tahun berjalan. Meskipun sudah menembus dua pertiga dari target tahunan, capaian tersebut tercatat lebih rendah secara nominal dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya.
Menurut Purbaya, pelemahan penerimaan negara terutama dipengaruhi oleh turunnya harga komoditas global, khususnya pada sektor migas dan pertambangan.
“Penurunan harga batu bara dan sawit berdampak pada PPh Badan dan PPN dalam negeri. Namun, sektor manufaktur dan jasa masih memberi kontribusi positif,” jelasnya.
Di sisi lain, realisasi belanja negara tercatat sebesar Rp2.234,8 triliun atau 63,4 persen dari outlook 2025. Belanja pemerintah pusat tumbuh moderat, sementara transfer ke daerah telah mencapai Rp648,4 triliun atau 74,6 persen dari pagu.
Purbaya menegaskan bahwa efektivitas belanja negara tetap terjaga melalui pelaksanaan program prioritas, penyaluran bantuan sosial (bansos), serta percepatan belanja modal untuk infrastruktur.
“Belanja diarahkan untuk menjaga daya beli masyarakat dan memperkuat pondasi pertumbuhan ekonomi ke depan,” ujarnya.
Capaian positif ini menegaskan peran APBN sebagai instrumen stabilisasi utama dalam menjaga momentum pertumbuhan ekonomi nasional. Dengan pengelolaan fiskal yang hati-hati, pemerintah menilai ruang fiskal masih cukup untuk menopang kebijakan produktif tanpa mengorbankan kredibilitas anggaran.
Kementerian Keuangan menegaskan akan terus memantau dinamika ekonomi global, termasuk fluktuasi harga komoditas dan tekanan geopolitik, untuk memastikan APBN 2025 tetap adaptif, kredibel, dan berkelanjutan.