Industri Manufaktur Indonesia Tunjukkan Ketahanan Kuat di Tahun Pertama Pemerintahan Prabowo-Gibran

0
51
Industri
Ekspor Stainless Steel ke Spanyol. FOTO: KRAKATAU STEEL

(Vibizmedia-Nasional) Sektor industri manufaktur Indonesia menunjukkan ketahanan yang solid di tengah tekanan global sepanjang satu tahun pemerintahan Presiden Prabowo Subianto dan Wakil Presiden Gibran Rakabuming Raka. Meski menghadapi tantangan perang dagang Amerika Serikat–Tiongkok, lonjakan harga energi, dan gangguan rantai pasok dunia, sektor industri pengolahan nonmigas (IPNM) tetap mencatatkan kinerja ekspansif serta menjadi penopang utama pertumbuhan ekonomi nasional.

Kinerja positif tersebut tidak terlepas dari kebijakan pemerintah yang berfokus pada peningkatan produktivitas, penguatan struktur industri, serta percepatan transformasi teknologi. Kementerian Perindustrian (Kemenperin) di bawah kepemimpinan Agus Gumiwang Kartasasmita mengusung reformasi kebijakan berbasis nilai tambah dan adaptasi teknologi, yang diyakini menjadi kunci menjaga daya saing industri di tengah perubahan ekonomi global yang cepat.

“Berbagai dinamika global telah mendorong pemerintah memperkuat strategi industrialisasi berbasis nilai tambah di dalam negeri. Sektor industri Indonesia terbukti tangguh menghadapi tekanan eksternal berkat kebijakan industrialisasi, perluasan pasar, dan keberpihakan terhadap industri dalam negeri,” ujar Menperin Agus dalam konferensi pers “1 Tahun Kinerja Industri Kabinet Merah Putih” di Jakarta, Senin (20/10).

Salah satu langkah strategis yang ditempuh Kemenperin adalah peluncuran reformasi kebijakan Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN) sebagai bagian dari paket smart policy ekonomi nasional. Reformasi ini menitikberatkan pada empat fokus utama, yakni:

1. Pemberian insentif bagi industri yang berinvestasi di dalam negeri,

2. Penyederhanaan metode penghitungan TKDN,

3. Kemudahan bagi industri kecil melalui mekanisme self-declare, dan

4. Percepatan proses sertifikasi hingga ke lapisan kedua rantai pasok.

Melalui penyederhanaan ini, pelaku industri memperoleh akses yang lebih cepat dan transparan dalam sertifikasi, sekaligus meningkatkan nilai tambah penggunaan produk dalam negeri. Langkah tersebut diharapkan memperluas partisipasi industri nasional dalam proyek strategis pemerintah dan menciptakan lapangan kerja baru.

“Reformasi TKDN tidak sekadar memperbaiki administrasi, tetapi merupakan strategi besar memperkuat permintaan produk dalam negeri melalui belanja pemerintah untuk memperdalam struktur industri nasional,” jelas Agus.

Transformasi digital di sektor manufaktur juga terus dipercepat melalui implementasi teknologi industri 4.0. Dari laporan 29 perusahaan National Lighthouse Industry 4.0, digitalisasi terbukti meningkatkan produktivitas hingga dua kali lipat, mempercepat waktu produksi hingga 600%, serta menekan emisi karbon hingga 190%.

“Transformasi digital tidak hanya meningkatkan efisiensi, tetapi juga membentuk industri yang lebih hijau, modern, dan berdaya saing tinggi,” ujar Agus Gumiwang.

Kemenperin juga mengembangkan program Startup for Industry (S4I) untuk menjembatani kolaborasi antara startup teknologi dan sektor industri. Melalui program ini, inovator muda memperoleh akses pendanaan, kemitraan jangka panjang, dan peluang ekspansi global. Sejumlah startup binaan Kemenperin bahkan berhasil meraih penghargaan internasional di Jerman dan Hong Kong, mencerminkan daya saing inovasi anak bangsa di kancah global.

Dalam menjaga keberlanjutan operasi industri, Kemenperin konsisten mengawal kebijakan Harga Gas Bumi Tertentu (HGBT). Sepanjang 2025, sektor industri menjadi pengguna gas bumi terbesar dengan alokasi 25,91% dari total konsumsi nasional. Kebijakan ini diarahkan agar subsidi energi lebih tepat sasaran dan mendukung produktivitas industri.

Kemenperin juga menjalankan program restrukturisasi mesin dan peralatan industri guna memperkuat efisiensi dan produktivitas. Pada 2024, program ini menjangkau 34 perusahaan industri agro, 49 perusahaan tekstil dan produk tekstil, serta 90 industri kecil dan menengah. Total nilai penggantian mesin mencapai Rp65,1 miliar, dan memicu investasi baru lebih dari Rp700 miliar.

“Mesin yang lebih efisien dan modern berarti biaya produksi lebih rendah, kualitas produk meningkat, keterampilan tenaga kerja naik, dan daya saing industri semakin kuat,” tutur Agus.

Ia juga menegaskan bahwa Kemenperin akan terus memperkuat kebijakan berbasis nilai tambah, memperluas implementasi teknologi industri 4.0, serta memperkuat sinergi lintas sektor guna memastikan industri nasional tetap menjadi motor penggerak utama ekonomi.

“Dengan fondasi kebijakan yang adaptif dan semangat kolaboratif dari seluruh pemangku kepentingan dalam ekosistem industri, kami sangat optimistis sektor industri akan semakin tangguh, mandiri, dan berdaya saing global menuju Indonesia Emas 2045,” ungkap Agus Gumiwang.