Swasembada Beras Capai Nol Impor di Tahun Pertama Prabowo–Gibran

0
56
Swasembada beras
Swasembada beras. FOTO: KEMENTAN

(Vibizmedia-Nasional) Menteri Koordinator Bidang Pangan (Menko Pangan) Zulkifli Hasan menyampaikan apresiasi besar kepada Menteri Pertanian (Mentan) Andi Amran Sulaiman atas kerja keras dan capaian luar biasa sektor pertanian selama satu tahun kepemimpinan Presiden Prabowo Subianto dan Wakil Presiden Gibran Rakabuming Raka.

“Terima kasih yang tulus kepada Bapak Presiden atas bimbingannya. Dalam satu tahun ini, kita telah mencapai hasil yang sangat membanggakan. Khusus untuk sektor pertanian, saya ucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Bapak Menteri Pertanian, Wakil Menteri, dan seluruh jajaran Kementerian Pertanian yang telah bekerja luar biasa,” ujar Menko Zulhas dalam Town Hall Meeting Kemenko Pangan di Jakarta, Selasa (21/10).

Menko Zulhas menegaskan, keberhasilan sektor pertanian selama satu tahun pemerintahan Prabowo–Gibran menjadi fondasi utama kemandirian dan kedaulatan pangan nasional. Ia menilai capaian swasembada beras merupakan bukti nyata hasil kerja keras lintas kementerian dan lembaga.

“Tahun lalu kita masih impor beras sekitar 4,5 juta ton. Sekarang, tahun 2025, nol. Tidak ada impor. Stok di Bulog mencapai 3,8 juta ton. Ini artinya kita sudah swasembada,” tegasnya.

Menurut Zulhas, keberhasilan ini tidak lepas dari kolaborasi solid antarinstansi, yang ia sebut sebagai “superteam”. Ia menyoroti peran penting Menteri Pertanian, Dirut Bulog, serta seluruh jajaran teknis di lapangan yang bekerja siang malam untuk mewujudkan target swasembada lebih cepat dari rencana.

“Targetnya empat tahun, tapi bisa dicapai dalam satu tahun. Walaupun Pak Menteri Amran dan timnya kerja tanpa libur, bahkan sampai sakit-sakit, tapi hasilnya luar biasa. Saya hanya mengoordinasikan, mereka yang bekerja keras di lapangan,” ungkap Zulhas.

Menko Zulhas juga memuji langkah cepat Kementerian Pertanian dalam menata ulang kebijakan pangan nasional secara menyeluruh — mulai dari perbaikan sistem irigasi, reformasi pupuk, hingga penetapan harga pembelian pemerintah (HPP) gabah yang lebih berpihak kepada petani.

“Sekarang tidak ada gabah yang dibeli di bawah HPP. Harganya naik dari Rp6.000 menjadi Rp6.500 per kilogram. Petani untung dan lebih sejahtera,” ucapnya.

Pemerintah juga tengah menyiapkan langkah strategis lanjutan dengan membuka lahan sawah baru seluas 400 ribu hektare pada tahun 2026 serta mempercepat riset dan pengembangan benih unggul nasional.

“Kita perlu varietas baru, benih unggul baru. Vietnam bisa 10 ton per hektare, kita masih 5–6 ton. Ini tantangan kita ke depan. Presiden sudah menugaskan Kementerian Pertanian untuk memperkuat penelitian dan pengembangan benih,” jelasnya.

Menko Zulhas mencontohkan efektivitas koordinasi lintas kementerian dan lembaga yang kini mampu mempercepat berbagai proyek besar di sektor pangan.

“Contohnya di Wanam, Papua. Pekerjaan yang biasanya 10 tahun, bisa selesai hanya dalam satu bulan. Itu karena semua bergerak — Kemenhub, Kementan, Kemenhut, Kemendagri, DPRD, hingga TNI-Polri. Inilah hasil kerja sama nyata untuk kedaulatan pangan,” katanya.

Zulhas menegaskan, capaian di sektor pangan dan pertanian bukan sekadar prestasi birokrasi, tetapi hasil gotong royong seluruh elemen bangsa — dari petani, nelayan, pedagang, akademisi, hingga media.

“Alhamdulillah, kita sudah di jalur yang benar. Tidak ada negara yang maju tanpa swasembada pangan. Dengan kerja keras, sinergi, dan kepemimpinan yang kuat, Indonesia akan benar-benar berdaulat di bidang pangan,” pungkasnya.