Menuju Indonesia Emas 2045, Hilirisasi dan AI Jadi Penggerak Utama Ekonomi

0
91
Foto: Kemenko Ekon

(Vibizmedia – Yogyakarta) Industri dan teknologi terus mengalami transformasi pesat. Dari era mesin uap hingga kini memasuki zaman kecerdasan buatan (artificial intelligence/AI) dan Industri 4.0, teknologi digital menjadi penggerak utama pertumbuhan ekonomi masa depan.

“Ke depan, fokusnya adalah digital base, semikonduktor, dan AI. Saat ini, kita bahkan sudah masuk ke quantum computing, sehingga data center dan infrastruktur pendukung menjadi sangat penting, termasuk di Indonesia. Hilirisasi berikutnya mencakup silika, semikonduktor, energi terbarukan, dan sistem penyimpanan energi. Namun, akses menjadi faktor kunci sekaligus tantangan ke depan,” ujar Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto saat memberikan Kuliah Umum di Fakultas Teknik Universitas Gadjah Mada (FT UGM) dengan tema “Hilirisasi Dorong Percepatan Ekonomi dan Penciptaan Lapangan Kerja untuk Mewujudkan Indonesia Emas 2045”, di Yogyakarta, Rabu (19/11).

Menko Airlangga menambahkan bahwa Presiden Prabowo Subianto mendorong percepatan pengembangan energi terbarukan, termasuk melalui Koperasi Merah Putih, yang fokus pada pengembangan energy storage system di berbagai wilayah pedesaan.

Hilirisasi menjadi fondasi penting untuk mewujudkan misi Asta Cita dan memperkuat nilai tambah ekonomi nasional. Indonesia tidak hanya mengekspor bahan mentah, tetapi juga mengolahnya menjadi produk bernilai tinggi. Strategi ini juga membuka lapangan kerja lebih luas dan mendukung pertumbuhan ekonomi.

“Kita perlu reformulasi kebijakan dengan cara baru untuk mencapai pertumbuhan ekonomi yang berbeda. Konsolidasi, reformasi struktural, perbaikan regulasi, dan penyusunan roadmap baru diperlukan agar Incremental Capital Output Ratio (ICOR) kita bisa turun dari 6% menjadi 4%,” ujar Menko Airlangga.

Pemerintah telah menyusun roadmap hilirisasi untuk 28 komoditas strategis hingga 2040, dengan potensi investasi USD618 miliar dan penyerapan tenaga kerja lebih dari 3 juta orang. Komoditas tersebut terbagi dalam tiga kelompok:

1. Mineral dan batubara, dengan potensi hampir USD500 miliar (meliputi nikel, tembaga, timah, emas-perak, mangan, kobal, dan logam tanah jarang).
2. Migas, dengan kontribusi sekitar USD68 miliar.
3. Komoditas berbasis alam, termasuk perkebunan, kelautan, perikanan, dan kehutanan, dengan potensi USD51 miliar (kelapa sawit, rumput laut, biofuel, udang, kayu).

Hilirisasi telah masuk dalam RPJMN pada program ekonomi digital, infrastruktur, industri kreatif, dan sains-teknologi. Contohnya, hilirisasi minyak sawit untuk biodiesel B50 yang akan didorong tahun depan melalui special sustainable agriculture.

Kontribusi hilirisasi terhadap PDB hingga 2040 diperkirakan mencapai USD235,9 miliar, dengan nilai ekspor lebih dari USD857 miliar. Januari-September 2025, realisasi investasi hilirisasi mencapai Rp431,4 triliun, dominan dari sektor mineral (Rp291,6 triliun). Investasi terbesar berada di luar Jawa, yakni Sulawesi Tengah (Rp84,2 triliun) dan Maluku Utara (Rp48,2 triliun).

Indonesia juga mempercepat pengembangan ekosistem semikonduktor dari hulu ke hilir untuk memenuhi permintaan global dan domestik. Kemajuan semikonduktor dan AI tidak hanya sebagai tujuan akhir, tetapi juga memberi efek multiplikatif untuk meningkatkan produktivitas sektor tradisional dan modern. Tantangannya, sektor ini menghadapi kekurangan talenta terlatih di bidang manufaktur dan desain.

“Di sektor AI dibutuhkan banyak tenaga kerja untuk kodifikasi dan pengumpulan data. Ini menjadi PR perguruan tinggi untuk mendorong AI di semua sektor. AI adalah the next big thing, pertumbuhannya eksponensial. Semua potensi akademik, termasuk dari UGM, harus dimaksimalkan untuk menciptakan the new engine of growth,” tutup Menko Airlangga.

Kuliah umum ini dihadiri Deputi Bidang Koordinasi Perniagaan dan Ekonomi Digital Kemenko Perekonomian Ali Murtopo Simbolon, Plt. Deputi Bidang Koordinasi Industri, Ketenagakerjaan, dan Pariwisata Dida Gardera, Juru Bicara Kemenko Perekonomian Haryo Limanseto, Wakil Rektor UGM Danang Sri Hadmoko, Rektor UGM periode 2017-2022 Panut Mulyono, Chairman ERIC Tumiran, Vice President CNGR Indonesia Chen Hailei, serta jajaran dekan, dosen, dan mahasiswa UGM.