Industri Manufaktur Tetap Ekspansif, IKI November 2025 Sentuh 53,45 Poin

0
34
Foto: Kemenperin

(Vibizmedia – Jakarta) Sektor industri manufaktur kembali menunjukkan ketahanan di tengah tekanan geopolitik dan geoekonomi global. Indeks Kepercayaan Industri (IKI) November 2025 tercatat sebesar 53,45 poin, turun tipis 0,05 poin dari Oktober, namun masih berada di zona ekspansif. Laporan SIINas juga mencatat hadirnya “mesin pertumbuhan baru” melalui dimulainya produksi dan pembangunan fasilitas industri yang diproyeksikan memperkuat PDB Industri Pengolahan Nonmigas serta penyerapan tenaga kerja.

Kendati demikian, perlambatan IKI dipengaruhi oleh turunnya variabel produksi sebesar 1,08 poin menjadi 47,49, yang menunjukkan kontraksi selama enam bulan berturut-turut. Variabel persediaan tetap ekspansif di 56,19 meski turun 0,33 poin.

“Kontraksi produksi terjadi karena pelaku industri masih bersikap wait and see di tengah permintaan yang belum pulih penuh serta tekanan eksternal seperti fluktuasi nilai tukar dan dinamika geopolitik,” jelas Juru Bicara Kementerian Perindustrian, Febri Hendri Antoni Arief, dalam rilis IKI November 2025.

Ia menambahkan, kenaikan variabel pesanan sebesar 0,68 poin ke 55,93 menunjukkan perbaikan permintaan domestik. IKI berorientasi ekspor turun tipis ke 54,18, sementara orientasi domestik naik ke 52,71, mencerminkan pengaruh positif program pemerintah yang mendorong belanja dalam negeri.

Optimisme industri juga meningkat. Sebanyak 71 persen pelaku usaha memperkirakan kondisi enam bulan ke depan akan membaik, naik dari 70,5 persen pada Oktober. Tingkat pesimisme pun turun dari 5,4 persen menjadi 5,2 persen. Secara umum, 78 persen responden menyatakan kondisi usahanya membaik atau stabil.

Dari 23 subsektor industri pengolahan nonmigas, 22 subsektor berada di fase ekspansi dengan kontribusi 98,8 persen terhadap PDB. Dua subsektor paling ekspansif adalah Industri Pengolahan Tembakau serta Industri Farmasi, Produk Obat Kimia, dan Obat Tradisional.

Pada subsektor tembakau, seluruh komponen IKI menunjukkan ekspansi. Produksi rokok Oktober 2025 mencapai 27,9 miliar batang atau naik 7,3 persen, dipengaruhi pola permintaan akhir tahun dan penyesuaian kebijakan cukai. Namun secara kumulatif Januari–Oktober 2025, produksi turun 1,91 persen akibat meningkatnya peredaran rokok ilegal. “Rokok ilegal merugikan negara dan mengganggu iklim usaha. Kami terus memperkuat langkah pemberantasannya,” tegas Febri.

Untuk subsektor farmasi, nilai IKI berada di level ekspansif 57,68 akibat meningkatnya pesanan luar negeri. Pada September 2025, ekspor industri ini mencapai US$ 81,87 juta, naik 12,35 persen dari bulan sebelumnya.

Kemenperin menegaskan komitmennya untuk menjaga momentum ekspansi industri melalui penguatan pasar domestik (P3DN), jaminan energi dengan harga kompetitif, perlindungan impor selektif berbasis SNI, serta dukungan teknologi dan hilirisasi. Febri juga menegaskan dukungan terhadap kebijakan Presiden Prabowo Subianto dalam menekan impor ilegal dan melindungi industri dalam negeri dari tekanan global seperti banjir produk murah dari Tiongkok dan efek tarif AS.

Ketahanan makroekonomi turut memperkuat sektor industri, seperti inflasi stabil di 2,86 persen (yoy), penjualan eceran September yang tumbuh 3,7 persen, Indeks Keyakinan Konsumen yang naik ke 121,2, dan PMI Manufaktur S&P Global yang mencapai 51,2—menandakan ekspansi tiga bulan beruntun.

“Penguatan permintaan domestik menjadi sinyal positif bagi keberlanjutan industri. Kami optimistis dapat menarik lebih banyak investasi, terutama dari luar negeri, dengan dukungan fasilitas fiskal, nonfiskal, dan kawasan industri,” tutup Febri.