Bank Indonesia Putuskan Pertahankan BI-Rate 4,75% Untuk Jaga Stabilitas Nilai Tukar Rupiah

0
49
Bank Indonesia Putuskan Pertahankan BI-Rate 4,75% Untuk Jaga Stabilitas Nilai Tukar Rupiah
Sumber: Bank Indonesia

 

(Vibizmedia – Economy & Business) – Hari ini, 17 Desember 2025, Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia memutuskan untuk mempertahankan BI-Rate sebesar 4,75%. Demikian juga suku bunga Deposit Facility sebesar 3,75%, dan suku bunga Lending Facility sebesar 5,50%.

Keputusan ini konsisten dengan upaya menjaga stabilitas nilai tukar Rupiah di tengah masih tingginya ketidakpastian global. Dengan tetap memperkuat efektivitas transmisi pelonggaran kebijakan moneter dan makroprudensial yang telah ditempuh selama ini.
Yaitu untuk menjaga stabilitas dan mendorong perekonomian nasional.

Ke depan, Bank Indonesia akan terus mencermati ruang penurunan suku bunga BI-Rate lebih lanjut. Dengan prakiraan inflasi 2026 yang terkendali dalam sasaran 2,5±1%, serta perlunya untuk turut mendorong pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi.

Dalam rapat tersebut Gubernur Bank Indonesia, Perry Warjiyo mengatakan bahwa perekonomian global jangka pendek membaik. Namun dengan ketidakpastian sehingga perlu terus diwaspadai.

Pertumbuhan ekonomi dunia 2025 diprakirakan menjadi sekitar 3,2%. Hal ini dipengaruhi oleh kenaikan ekonomi Jepang dan India yang didukung konsumsi rumah tangga dan kebijakan stimulus fiskal.

Prospek ekonomi kawasan Eropa tetap baik ditopang konsumsi rumah tangga, investasi, dan kondisi ketenagakerjaan. Sementara itu, ekonomi AS pada 2025 masih melambat dipengaruhi dampak temporary government shutdown dan pelemahan pasar tenaga kerja.

Prospek ekonomi Tiongkok juga terus melambat dipengaruhi permintaan domestik yang tetap lemah. Pada 2026, pertumbuhan ekonomi dunia diprakirakan melemah menjadi 3,0% dipengaruhi dampak lanjutan tarif resiprokal AS dan kerentanan rantai pasok global.

Di pasar keuangan global, Fed Funds Rate (FFR) turun 25 bps pada Desember 2025 dengan kecenderungan penurunan yang lebih terbatas ke depan. Tingkat imbal hasil (yield) US Treasury tenor 2 tahun cenderung bergerak naik. Sementara yield US Treasury tenor 10 tahun tetap tinggi sejalan dengan tingginya tingkat utang Pemerintah AS.

Perkembangan ini menyebabkan indeks mata uang AS (DXY) masih tinggi dan tetap terbatasnya aliran masuk modal asing ke emerging market (EM).

Ke depan, ketidakpastian perekonomian global diprakirakan tetap tinggi dengan prospek pertumbuhan ekonomi dunia yang masih lemah.

Kondisi tersebut memerlukan kewaspadaan dan penguatan respons kebijakan. Hal ini dilakukan untuk memperkuat daya tahan ekonomi domestik dari rambatan global serta mendorong pertumbuhan yang lebih tinggi.

Belinda Kosasih/ Partner of Banking Business Services/Vibiz Consulting