Thailand Kembali Melonggarkan Saat Ekonomi Melemah

0
50
Tuk Tuk Alat Transportasi Khas di Thailand
Tuk Tuk Alat Transportasi khas dan populer di Thailand (Foto: Emy/Vibizmedia)

(Vibiznews – Banking) Bank sentral Thailand kembali memangkas suku bunga, memanfaatkan jendela terakhir tahun ini untuk memberi napas tambahan bagi perekonomian yang kian kehilangan tenaga. Langkah ini menandai perubahan sikap yang jelas setelah periode kehati-hatian sebelumnya, ketika otoritas moneter menimbang risiko inflasi dan stabilitas keuangan. Kini, fokus bergeser ke kebutuhan mendesak untuk menopang pertumbuhan yang tertinggal dibandingkan negara-negara lain di kawasan.

Perekonomian Thailand menghadapi kombinasi tekanan yang tidak ringan. Konsumsi domestik melemah seiring tingginya beban utang rumah tangga, sementara ekspor belum pulih secara konsisten akibat permintaan global yang lesu. Sektor pariwisata, yang menjadi tulang punggung pertumbuhan, memang menunjukkan pemulihan, tetapi belum cukup kuat untuk mengimbangi perlambatan di sektor lain. Dalam konteks ini, penurunan suku bunga dipandang sebagai alat yang relatif cepat untuk mendorong kredit dan sentimen.

Keputusan memangkas suku bunga juga mencerminkan ruang kebijakan yang mulai terbuka. Inflasi Thailand relatif terkendali, memberi bank sentral fleksibilitas untuk melonggarkan tanpa risiko lonjakan harga yang signifikan. Dengan tekanan harga yang mereda, kekhawatiran utama bergeser dari stabilitas inflasi ke risiko pertumbuhan jangka menengah yang terlalu lemah. Bank sentral tampaknya menilai bahwa menunda tindakan justru akan mempersempit opsi kebijakan di kemudian hari.

Namun efektivitas pemangkasan suku bunga tidak otomatis. Masalah struktural Thailand, seperti produktivitas yang stagnan dan ketergantungan tinggi pada sektor tertentu, tidak bisa diselesaikan hanya dengan biaya pinjaman yang lebih rendah. Perbankan juga cenderung berhati-hati menyalurkan kredit di tengah kualitas aset yang perlu dijaga. Artinya, dampak kebijakan moneter sangat bergantung pada respons sektor fiskal dan reformasi ekonomi yang lebih luas.

Pasar keuangan membaca langkah ini sebagai sinyal dukungan, tetapi juga sebagai pengakuan atas lemahnya momentum ekonomi. Nilai tukar dan pasar obligasi bereaksi dengan relatif tenang, menunjukkan bahwa keputusan ini sudah sebagian besar diantisipasi. Meski begitu, ruang pelonggaran lebih lanjut tampak terbatas, terutama jika kondisi global berubah atau arus modal mulai bergejolak.

Bagi pemerintah Thailand, kebijakan moneter yang lebih longgar memberi waktu, bukan solusi akhir. Tantangan ke depan adalah memanfaatkan ruang tersebut untuk mendorong investasi, mempercepat belanja publik, dan meningkatkan daya saing ekonomi. Tanpa langkah-langkah itu, efek pemangkasan suku bunga berisiko cepat memudar.