Industri Pulp dan Kertas Siap Bertransformasi Menuju Masa Depan Rendah Emisi

0
69
Produksi kertas
Ilustrasi produksi kertas. DOK: PAPERONE

(Vibizmedia-Nasional) Industri pulp dan kertas nasional terus menunjukkan peran strategis sebagai salah satu penggerak utama perekonomian Indonesia, sekaligus bersiap melakukan transformasi besar menuju industri yang berkelanjutan dan rendah emisi.

Hal tersebut mengemuka dalam Seminar Pembukaan Rapat Kerja Asosiasi Pulp dan Kertas Indonesia (APKI) Tahun 2025 yang mengusung tema “Beyond Growth: Transforming Indonesia’s Pulp and Paper Industry Towards a Sustainable Future”.

Plt. Direktur Jenderal Industri Agro Kementerian Perindustrian (Kemenperin), Putu Juli Ardika, menegaskan bahwa sektor industri agro masih menjadi tulang punggung industri pengolahan nonmigas (IPNM). Berdasarkan data Pusdatin Kemenperin, pada Triwulan III 2025 industri agro berkontribusi sebesar 51,74 persen terhadap PDB industri pengolahan nonmigas.

Kontribusi tersebut didominasi oleh industri makanan dan minuman sebesar 41,06 persen, disusul industri pengolahan tembakau 3,98 persen, industri kertas dan barang dari kertas 3,68 persen, industri kayu 1,99 persen, serta industri furnitur 1,02 persen.

Kinerja positif sektor industri juga tercermin dari Indeks Kepercayaan Industri (IKI) November 2025 yang berada di level 53,45 dan Purchasing Managers Index (PMI) sebesar 53,3. Kedua indikator tersebut berada di zona ekspansif.

Sebagai bagian dari industri agro, sektor pulp dan kertas memberikan kontribusi signifikan terhadap perekonomian nasional. Sepanjang 2024, nilai ekspor industri pulp dan kertas Indonesia mencapai USD 8,09 miliar dengan volume 11,98 juta ton, sementara nilai impor tercatat sebesar USD 3,42 miliar.

Hingga pertengahan 2025, terdapat 113 perusahaan pulp dan kertas dengan total kapasitas produksi mencapai 11,43 juta ton pulp dan 21,31 juta ton kertas. Sektor ini menyumbang 3,68 persen terhadap PDB nonmigas dan menempatkan Indonesia sebagai produsen pulp terbesar ke-7 dunia serta produsen kertas terbesar ke-6 dunia.

“Industri ini menyerap lebih dari 288 ribu tenaga kerja langsung dan sekitar 1,2 juta tenaga kerja tidak langsung,” ujar Putu.

Meski mencatatkan kinerja positif, industri pulp dan kertas dihadapkan pada tantangan global untuk mempercepat transformasi menuju industri berkelanjutan. Sektor industri secara keseluruhan menyumbang sekitar 34 persen emisi nasional, dengan kontribusi industri pulp dan kertas mencapai 15,55 persen dari total emisi sektor industri.

Pemerintah menegaskan komitmennya untuk mencapai Net Zero Emission (NZE) sektor industri pada 2050 serta mendukung target NZE nasional 2060 atau lebih cepat. Salah satu langkah konkret yang dilakukan adalah penyusunan roadmap dekarbonisasi industri pulp dan kertas nasional.

Roadmap tersebut mencakup peningkatan efisiensi energi, pemanfaatan energi terbarukan, penguatan bauran energi bersih, pengelolaan limbah terintegrasi, serta adopsi teknologi maju seperti carbon capture and storage (CCS/CCUS) dan pemanfaatan biomassa berkelanjutan.

Selain itu, Kemenperin juga mendorong penerapan ekonomi sirkular melalui pemanfaatan kertas daur ulang (KDU) sebagai bahan baku. Model ini dinilai mampu menghemat energi hingga 60 persen dibandingkan produksi pulp dari bahan baku primer.

“Ekonomi sirkular tidak hanya menurunkan emisi dan limbah, tetapi juga menciptakan nilai tambah ekonomi, mengurangi ketergantungan impor, serta membuka peluang green jobs di berbagai daerah,” tegas Putu.

Dalam kesempatan tersebut, APKI diharapkan berperan aktif sebagai mitra strategis pemerintah untuk memperkuat sinergi antar pelaku industri, mendorong efisiensi energi, modernisasi proses produksi, serta percepatan adopsi teknologi rendah karbon.

Rapat Kerja APKI 2025 diharapkan menghasilkan rekomendasi dan langkah konkret guna memperkuat daya saing industri pulp dan kertas nasional, sekaligus meneguhkan posisi Indonesia sebagai salah satu produsen utama pulp dan kertas dunia.