Di Tengah Pandemi, Justru Industri Pengalengan Ikan Demandnya Meningkat

0
1103
Ilustrasi ikan. FOTO: VIBIZMEDIA.COM|FANYA

(Vibizmedia-Nasional) Industri pengalengan ikan merupakan salah satu sektor yang mengalami permintaan meningkat di tengah pandemi Covid-19.

“Stok nasional untuk produk sarden dan makarel kaleng saat ini berjumlah 35 juta kaleng. Selain diserap melalui pasar ekspor, ritel dan online, olahan ikan kaleng dapat dimanfaatkan sebagai salah satu produk bantuan sosial yang memenuhi kebutuhan protein masyarakat,” jelas Direktur Jenderal Industri Agro Kementerian Perindustrian Abdul Rochim di Jakarta, Jumat 24 April 2020.

Berdasarkan catatan Kementerian Perindustrian, sampai dengan saat ini, terdapat 718 unit usaha pengolahan ikan yang tersebar di berbagai wilayah Indonesia, dengan jumlah produksi mencapai 1,6 juta ton pada tahun 2019, meningkat 300 ribu ton dibanding tahun 2016.

“Untuk nilai ekspornya, sektor industri ini juga meningkat pada tahun 2019 menjadi USD4,1 juta,” ungkap Abdul.

Abdul mengatakan industri pengolahan ikan masuk dalam kategori sektor padat karya dan berorientasi ekspor. Oleh karena itu, perlu mendapat prioritas pengembangan.

“Setidaknya sektor ini telah mampu menyerap tenaga kerja sebanyak 336 ribu orang. Dengan tidak adanya kendala supply bahan baku perikanan lokal, maka penyerapan tenaga kerja dapat dioptimalkan,” terangnya.

Meskipun mencatatkan kinerja yang positif, industri pengalengan ikan juga menghadapi berbagai tantangan terhadap dampak pandemi Covid-19.

Tantangan tersebut, antara lain kenaikan harga kaleng, pasta saus dan terigu pengental yang diimpor serta berkurangnya bahan baku ikan yang diimpor dari negara yang memberlakukan lockdown.

“Ekspor olahan ikan ke negara yang terkena wabah Covid-19 juga mengalami gangguan akibat operator shipping yang belum beroperasi normal dan pihak buyer menunda pembelian sehingga stok menumpuk di cold storage,” kata Abdul.

Guna menjaga keberlangsungan usaha bagi industri pengalengan ikan di dalam negeri, menurutnya, sektor ini perlu mendapat stimulus.

“Misalnya, stimulus berupa soft loan, relaksasi perizinan, pembebasan bea masuk bahan baku, dan program peningkatan konsumsi dalam negeri untuk menyerap produk jadi ini,” ungkapnya.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here