(Vibizmedia – IDX Stocks) – Pekan kedua bulan Agustus 2021, data perdagangan PT Bursa Efek Indonesia (BEI) menunjukkan bahwa rata-rata nilai transaksi harian (RNTH) mencatatkan peningkatan sebesar 3,64 persen menjadi Rp15,602 triliun dari Rp15,054 triliun pada pekan lalu.
Sementara itu, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) selama sepekan mengalami perubahan 1,03 persen atau berada pada level 6.139,492 dari posisi 6.203,431 pada pekan sebelumnya.
Perubahan sebesar 1,08 persen terjadi pada nilai kapitalisasi pasar Bursa selama sepekan, menjadi sebesar Rp7.400,658 triliun dari Rp7.481,273 triliun dari sepekan yang lalu.
Perubahan juga terjadi pada rata-rata frekuensi harian Bursa sebesar 5,96 persen atau menjadi sebesar 1.573.789 transaksi dari 1.673.495 transaksi pada pekan.
Selain itu, rata-rata volume transaksi harian Bursa juga mencatatkan perubahan sebesar 13,24 persen menjadi 23,448 miliar saham dari 27,025 miliar saham pada pekan yang lalu. Investor asing pada hari ini mencatatkan nilai beli bersih sebesar Rp447,51 miliar, sedangkan sepanjang tahun 2021 investor asing mencatatkan beli bersih sebesar Rp18,199 triliun.
Perdagangan pekan kemarin hanya berlangsung 4 hari karena peringatan Tahun Baru Hijriah. Dari keempat hari tersebut, IHSG hanya menguat sehari pada Kamis. Sebaliknya, koreksi terbesar terjadi pada hari pertama yakni Senin (09/08/2021), sebesar 1,22%.
Untuk perdagangan pekan ini, pada perdagangan hari pertamanya semua mata akan tertuju kepada rilis data perekonomian Jepang di kuartal kedua tahun ini. Konsensus memprediksi ekonomi negara Nippon akan berhasil tumbuh 0,2% dibandingkan dengan kuartal yang sama tahun lalu.
Sementara dari dalam negeri, pekan ini data Neraca Perdagangan bulan Juli akan dirilis dimana konsensus memprediksi akan ada surplus pada Neraca Perdagangan sebanyak US$ 2,27 miliar naik dari posisi pekan lalu di angka US$ 1,32 miliar.
Selain itu Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia juga akan diadakan pekan ini yang tentunya akan merilis apakah suku bunga acuan BI masih akan tetap berada di angka 3,5% yang merupakan level terendah sepanjang sejarah sesuai prediksi konsensus.
Dari negara Paman Sam, angka pengeluaran ritel di bulan Juli akan dirilis Rabu depan. Investor tentunya akan memantau apakah pengeluaran ritel terdampak oleh inflasi dan ketakutan baru kembali menyebarnya virus Covid-19.
Produksi industri dan aktifitas manufaktur di bulan Juli juga akan dirilis pekan depan dan tentunya akan memperlihatkan dampak terganggunya rantai pasokan di seluruh dunia, dan kenaikan harga barang baku.
Meeting Federal Open Market Comitee (FOMC) juga akan melaksanakan meeting pekan depan dan menentukan suku bunga acuan Paman Sam. Disebut-sebut para petinggi The Fed masih belum satu suara mengenai apakah Bank Sentral AS tersebut harus mengurangi pembelian obligasi yang nilainya mencapai US$ 120 miliar per bulan ini.
Investor akan memantau apakah ada sinyal-sinyal The Fed akan melakukan tapering di pertemuan kali ini.
Selasti Panjaitan/Vibizmedia
Editor : Asido Situmorang