IHSG Melesat 1,33% Pada Perdagangan Rabu Pagi (5/3/2025)

0
209
IHSG Melesat 1,33% Pada Perdagangan Rabu Pagi (5/3/2025)

 

(Vibizmedia – IDX Stock) – Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dibuka melesat pada perdagangan hari ini, Rabu (5/3/2025). Pukul 09.00 WIB, IHSG menguat 32,03 poin aau 0,53% ke 6.411,48

Namun dalam beberapa menit perdagangan IHSG dibuka terbang 1,33% ke level 6.465.25. Sebanyak 278 naik, 91 turun, dan 152 stagnan. Nilai transaksi pagi ini mencapai Rp 1,16 triliun yang melibatkan 1,04 miliar saham dalam 73 ribu transaksi.

Sembilan indeks sektoral menguat, menopang kenaikan IHSG. Sedangkan dua indeks sektoral lainnya masuk zona merah.

Indeks sektoral dengan kenaikan terbesar adalah sektor barang baku yang naik 1,14%, sektor infrastruktur naik 10,4% dan sektor perindustrian yang naik 0,74%. Demikian juga sektor keuangan dan energi tercatat membukukan kenaikan tertinggi.

Sedangkan indeks sektoral yang tergelincir ke zona merah adalah sektor kesehatan yang turun 0,21% dan sektor barang konsumen primer yang turun 0,18%.

Kinerja IHSG hari ini ditopang oleh kenaikan signifikan yang terjadi di emiten perbankan raksasa RI yang dalam beberapa waktu terakhir sempat anjlok signifikan.

Sementara itu, sejumlah emiten milik konglomerat menjadi pemberat IHSG kemarin, hari ini mengalami rebound dan bergerak di zona hijau. Seperti, Amman Mineral Internasional (AMMN) turun 11,76%. Lalu emiten milik Prajogo Pangestu, Barito Renewables Energy (BREN) turun 5,08% dan Chandra Asri Pasific (TPIA) turun 8,05%.

Hari ini ketiga saham tersebut berada di zona hijau dengan kenaikan cukup signifikan.
Ada tiga saham mencapai keuntungan tertinggi pagi ini yaitu PT Semen Indonesia (Persero) Tbk (SGMR) (4,07%). Lalu PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) (3,27%)
dan PT Amman Mineral Internasional Tbk (AMMN) (2,92%).

Menurut Analis Vibiz Research Center kondisi IHSG masih fluktuatif. Hari ini IHSG melonjak naik 1,33% ke level 6.465 kontras dengan perdagangan kemarin yang ditutup melemah signifikan 2,1% ke level 6.380.

IHSG juga masih dibanjiri sentimen negatif. Dari eksternal, perang dagang masih terpicu pengenaan tarif AS atas Kanada dan Meksiko yang dikenakan tarif 25% sejak 4 Maret 2025. Yang sebelumnya sempat ditunda pada awal Februari.

Sementara, China mendapat tambahan tarif impor 10% menjadi 20%.
Jika, inflasi makin panas, maka bank sentral AS, The Fed juga bisa semakin hati-hati dalam memutuskan kebijakan moneter-nya.

Pasar juga memproyeksi, kini AS terancam mengalami stagflasi lantaran inflasi memanas, pertumbuhan ekonomi melambat, dan potensi PHK yang membuat angka pengangguran naik.

Sementara itu, tekanan keluar dana asing masih cukup deras di pasar saham RI. Dalam sebulan terakhir asing mencatat net sell sampai Rp18,05 triliun di keseluruhan pasar.

Selain itu, di dalam negeri pelaku pasar masih memonitor efek dari superholding Danantara dan bank emas baru bagi pergerakan pasar modal kita.

Belinda Kosasih/ Partner of Banking Business Services/Vibiz Consulting