Korea Selatan Tambah Dukungan Chip Capai USD23 Miliar

Secara makro, langkah Korea Selatan menambah intensitas dari apa yang kini dianggap sebagai “perlombaan global chip.” Negara-negara seperti Jepang, Taiwan, dan Jerman juga tengah meningkatkan insentif nasional guna mengamankan posisi dalam rantai pasok chip dunia.

0
182
Makanan Korea Selatan
Kota Seoul, Korea Selatan (Foto: Wikipedia)

(Vibizmedia – News & Insight) Di tengah ketidakpastian global dan meningkatnya tekanan dari Amerika Serikat, Korea Selatan meningkatkan komitmen finansialnya untuk mempertahankan dominasi dalam industri semikonduktor. Pemerintah Seoul mengumumkan bahwa mereka siap menggelontorkan dana hingga 33 triliun won—setara dengan sekitar USD23,2 miliar—guna memperkuat sektor chip domestik, termasuk dukungan infrastruktur, pinjaman berbunga rendah, dan perekrutan tenaga kerja terampil.

Langkah ini, seperti diberitakan oleh The Wall Street Journal pada Selasa, merupakan peningkatan dari janji sebelumnya sebesar 26 triliun won. Keputusan ini diambil menyusul “meningkatnya ketidakpastian” dalam hubungan perdagangan teknologi antara Korea Selatan dan Amerika Serikat, terutama seputar potensi tarif baru yang dapat memengaruhi ekspor chip ke pasar global.

“Industri semikonduktor kita sedang menghadapi risiko baru dari luar negeri,” ujar pejabat senior Kementerian Keuangan Korea Selatan dalam konferensi pers di Seoul. “Pemerintah akan mempercepat dan memperluas dukungan agar industri ini tetap kompetitif dan menjadi tulang punggung ekspor nasional.”

Semikonduktor menyumbang sekitar 20% dari total ekspor Korea Selatan pada 2024, dengan dua perusahaan utama, Samsung Electronics dan SK Hynix, memimpin ekspor tersebut. Keduanya juga menjadi pemain kunci dalam ekosistem kecerdasan buatan global, termasuk sebagai mitra utama Nvidia dalam penyediaan chip memori dan komponen canggih lainnya.

Sebagaimana dilaporkan Bloomberg, dari total dana 33 triliun won, sekitar 4 triliun akan mulai dicairkan pada tahun depan untuk membiayai proyek-proyek strategis, termasuk pembangunan fasilitas penelitian, perluasan kapasitas manufaktur, dan pelatihan ribuan insinyur chip baru. Pemerintah juga merancang insentif pajak tambahan untuk perusahaan yang berinvestasi dalam teknologi generasi berikutnya seperti chip AI dan semikonduktor untuk kendaraan listrik.

Peningkatan dukungan ini datang di saat AS memperketat pengawasan ekspor teknologi, terutama terhadap China, dan semakin menekan mitra-mitra teknologinya di Asia untuk berpihak secara strategis. Ketegangan ini telah memaksa Korea Selatan—yang secara ekonomi sangat bergantung pada ekspor teknologi tinggi—untuk mengambil posisi lebih berhati-hati.

Samsung dan SK Hynix sendiri telah menandai pentingnya ketahanan rantai pasok dan otonomi teknologi. Kedua perusahaan sedang dalam proses membangun pabrik-pabrik chip baru di Korea Selatan dan Amerika Serikat, meskipun mereka mengeluhkan ketidakpastian regulasi di AS yang membuat perencanaan jangka panjang semakin rumit.

Menurut analis dari Korea Investment & Securities, dukungan pemerintah ini akan “menjadi penyangga penting terhadap fluktuasi pasar global dan tekanan geopolitik.” Ia juga menambahkan bahwa ketergantungan dunia terhadap chip Korea Selatan masih sangat besar, terutama di sektor memori dan penyimpanan data.

Di sisi lain, para pembuat kebijakan di Washington sedang berupaya mendorong produsen chip besar membangun kapasitas manufaktur di dalam negeri. Program CHIPS Act senilai USD52 miliar di AS dirancang untuk mendukung pembangunan fasilitas seperti yang dilakukan TSMC dan Intel. Namun, bagi mitra seperti Korea Selatan, langkah ini dipandang sebagai upaya untuk memindahkan pusat gravitasi industri semikonduktor dari Asia Timur ke Amerika Utara.

“Korea tidak bisa hanya mengandalkan permintaan eksternal—kita harus membangun kembali kapasitas internal untuk inovasi dan produksi,” kata Presiden Korea Selatan dalam pidato resmi yang dikutip oleh Yonhap News Agency. Ia juga menekankan pentingnya kolaborasi antara pemerintah, akademisi, dan sektor swasta untuk menjaga keunggulan teknologi di tengah kompetisi global yang semakin sengit.

Keputusan ini mendapat sambutan positif dari para pelaku industri. Seorang eksekutif senior di Samsung menyatakan bahwa tambahan dukungan dari pemerintah “akan memungkinkan kami bergerak lebih agresif dalam mengembangkan chip mutakhir dan memperluas pangsa pasar AI.” Pihak SK Hynix juga menyatakan bahwa mereka akan menggunakan dana subsidi untuk mempercepat pengembangan chip HBM generasi berikutnya yang banyak digunakan dalam sistem AI Nvidia.

Semikonduktor Korea Selatan
Ilustrasi semikonduktor. FOTO: FREEPIK

Secara makro, langkah Korea Selatan menambah intensitas dari apa yang kini dianggap sebagai “perlombaan global chip.” Negara-negara seperti Jepang, Taiwan, dan Jerman juga tengah meningkatkan insentif nasional guna mengamankan posisi dalam rantai pasok chip dunia. Namun, hanya segelintir negara yang memiliki ekosistem lengkap seperti Korea Selatan—yang mencakup desain, produksi, uji kualitas, hingga distribusi massal.

Meski begitu, risiko tetap mengintai. Ketergantungan Korea Selatan pada pasar ekspor, khususnya ke China dan AS, membuat posisi negara ini sangat rentan terhadap perubahan kebijakan perdagangan. Menurut data terbaru dari Kementerian Perdagangan, ekspor chip ke China anjlok hampir 17% pada kuartal pertama 2025, sebagian akibat pembatasan ekspor teknologi dari pihak AS.

Namun dengan injeksi dana sebesar 33 triliun won dan strategi industri yang lebih agresif, Korea Selatan berharap dapat menstabilkan sektor semikonduktor mereka sekaligus menjaga posisi strategisnya dalam tatanan ekonomi global yang terus berubah.