Hilirisasi Tambang: Jalan Menuju Kemandirian Industri dan Ketahanan Ekonomi

0
212
Pertambangan
DOK: ESDM

(Vibizmedia – Nasional) Indonesia memiliki peran strategis dalam perekonomian global karena dianugerahi sumber daya alam melimpah seperti nikel, tembaga, bauksit, dan batu bara. Selama ini, Indonesia dikenal sebagai pemasok utama bahan mentah ke berbagai negara. Namun, ketergantungan pada ekspor bahan mentah menimbulkan pertanyaan mengenai kontribusinya terhadap pembangunan berkelanjutan di dalam negeri.

Untuk menjawab tantangan tersebut, pemerintah menempatkan hilirisasi sebagai agenda prioritas. Strategi ini bertujuan memproses bahan mentah di dalam negeri guna menciptakan nilai tambah, memperluas lapangan kerja, dan mengurangi ketergantungan pada pasar global yang bergejolak.

Data Kementerian ESDM tahun 2023 menunjukkan bahwa sektor pertambangan menyumbang Rp300,3 triliun dalam PNBP, dengan 58 persen berasal dari mineral dan batu bara. Meski signifikan, kontribusi ini masih bisa ditingkatkan melalui pembangunan smelter dan fasilitas pengolahan lainnya.

Hilirisasi memungkinkan bahan mentah seperti nikel diproses menjadi bahan baku baterai kendaraan listrik, menciptakan produk bernilai tinggi dan kompetitif. Salah satu contohnya adalah proyek smelter PT Freeport Indonesia di Gresik yang diharapkan menghasilkan copper cathode untuk pasar domestik dan internasional. Meski sempat mengalami kendala teknis, proyek ini terus dilanjutkan dengan dukungan pemerintah.

PT Bumi Resources juga terlibat dalam hilirisasi lewat proyek gasifikasi batu bara di Kalimantan Timur. Proyek ini menghadapi tantangan teknologi dan keberlanjutan, namun upaya penggunaan metode ramah lingkungan seperti gasifikasi bersih terus dilakukan.

Hilirisasi juga membutuhkan tenaga kerja terampil. Oleh karena itu, kolaborasi antara industri dan lembaga pendidikan sangat penting untuk menyiapkan SDM yang kompeten. Penerapan konsep tambang ramah lingkungan atau green mining juga menjadi syarat mutlak dalam proses hilirisasi berkelanjutan. Teknologi ramah lingkungan, energi terbarukan, dan pengelolaan limbah yang baik menjadi bagian dari upaya ini.

Pemerintah berkomitmen mendorong investasi di sektor hilirisasi dengan insentif pajak, kemudahan perizinan, dan akses pembiayaan. Targetnya adalah menarik lebih banyak investor untuk mempercepat pembangunan industri pengolahan di dalam negeri.

Dosen Universitas Negeri Jakarta, Andrian Haro, menekankan pentingnya manajemen rantai pasokan dalam hilirisasi. Penggunaan teknologi digital dan lean manufacturing dapat mengurangi pemborosan, menekan biaya, serta meningkatkan efisiensi dan daya saing produk tambang Indonesia.

Hilirisasi juga memberikan peluang besar penciptaan lapangan kerja, terutama di sektor pengolahan. Produk olahan seperti baterai kendaraan listrik dari nikel atau komponen elektronik lainnya mampu mendongkrak nilai ekonomi sekaligus mengurangi ketergantungan pada harga bahan mentah global.

Strategi ini memperkuat ketahanan ekonomi nasional dengan menciptakan produk ekspor bernilai tinggi dan mengurangi impor produk jadi. Menteri ESDM Bahlil Lahadalia menyatakan ada 18 proyek hilirisasi senilai hampir USD45 miliar yang akan dimulai pada Juni 2025.

Kementerian ESDM mencatat bahwa sektor pertambangan menyerap lebih dari 308 ribu tenaga kerja Indonesia dan 2.074 tenaga kerja asing pada 2023. Investasi yang meningkat turut mendorong penyerapan tenaga kerja.

Ketua Tim Peneliti TRI, Unggul Heriqbaldi, mencatat sektor manufaktur yang menjadi fokus hilirisasi menyerap lebih dari 19,29 juta tenaga kerja pada 2023, naik dari 15,62 juta pada 2014.

Proyek hilirisasi juga mencakup sektor non-tambang seperti perikanan, pertanian, dan kehutanan. Pemerintah menargetkan pengembangan ekosistem baterai kendaraan listrik, termasuk proyek ekosistem baterai CATL yang bekerja sama dengan BUMN.

Terkait pembiayaan, proyek-proyek hilirisasi akan mendapat dukungan dari Danantara. Menteri ESDM menegaskan bahwa proyek-proyek tersebut merupakan proyek Merah Putih, dengan porsi pembiayaan mayoritas berasal dari dalam negeri.

Secara keseluruhan, hilirisasi menjadi salah satu pilar transformasi ekonomi Indonesia. Dengan penguatan infrastruktur, peningkatan kualitas SDM, dukungan regulasi, dan perhatian pada keberlanjutan lingkungan, hilirisasi diyakini dapat memperkuat posisi Indonesia dalam rantai pasok global dan mendorong pertumbuhan ekonomi inklusif dan berkelanjutan.