(Vibizmedia – IDX Stock) – Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dibuka melemah pada awal perdagangan Senin (23/6). Pukul 09.00 WIB, IHSG melamh 82,16 poin atau 1,22% ke 6.823,81.Sebanyak 73 saham naik, 351 saham turun dan 162 saham stagnan.
Seluruh indeks sektoral melemah, mengikuti pelemahan IHSG.
Indeks sektoral dengan pelemahan terdalam adalah sektor barang baku yang turun 2,93%, sektor properti turun 2,59% dan sektor barang konsumen non siklikal yang turun 2,18%.
Total volume perdagangan saham di bursa pagi ini mencapai 1,70 miliar saham dengan total nilai Rp 904,97 miliar.
Pelaku pasar pada pekan ini tampaknya masih akan dalam mode risk-off atau hati-hati, karena sejumlah kekhawatiran yang mencuat. Terutama tensi geopolitik di Timur Tengah dan sejumlah rilis data ekonomi yang memperkuat sikap hawkish the Fed.
Sedangkan di dalam negeri ada banyak ex-date dividen mempengaruhi aksi repatriasi berlanjut.
Ada beberapa sentimen yang akan mempengaruhi gerak IHSG – Rupiah hari ini :
Dilansir dari Reuters, Trump menyebut militer AS telah menyerang tiga situs nuklir Iran yakni Fordow, Natanz, dan Isfahan dengan sangat sukses. Serangan tersebut dilakukan pada Sabtu malam (21/6/2025).
Masuknya AS dalam konflik Israel-Iran ini membawa situasi geopolitik semakin memanas dan meluas.
Sementara itu, Parlemen Iran menyetujui langkah untuk menutup Selat Hormuz, jalur transit global yang sangat penting, sebagai respons atas serangan udara Amerika Serikat semalam terhadap situs nuklir Iran, Demikian dilaporkan media pemerintah Iran pada Minggu (22/6/2025).
Selat ini, yang memisahkan Iran dan Oman, merupakan jalur utama bagi pengiriman minyak dari negara-negara di Teluk Persia. Selat tersebut menghubungkan Teluk Persia dengan laut lepas dan menjadi salah satu titik tersumbat minyak paling kritis di dunia.
Iran diketahui mengontrol dua jalur pelayaran strategis yang sangat penting bagi perdagangan minyak dunia, yaitu Selat Hormuz dan Laut Merah. Selat Hormuz mengangkut sekitar 20% dari pasokan minyak dunia dan 30%-35% untuk LNG secara global. Sementara Laut Merah mengangkut sekitar 12% minyak dunia dan 6% LNG.
Sementara itu, Bloomberg memproyeksi harga minyak bisa tembus US$ 130 per barel dan mengimplikasi inflasi AS memanas sampai 3,9% secara tahunan (yoy).
Goldman Sachs dan perusahaan konsultan Rapidan Energy memprediksi harga minyak bisa melonjak di atas US$$100 per barel jika selat itu ditutup dalam waktu lama.
Menurut Analis Vibiz Research Center, kenaikan harga minyak bisa berdampak luas terhadap inflasi global. Hal ini cukup mengkhawatirkan karena dapat menunda prospek penurunan suku bunga dan membawa efek suku bunga tinggi bertahan lebih lama.
Outloook ekonomi akan kembali risk off dan perhatian akan beralih ke aset yang sensitif terhadap sektor energi dan komoditas. Serta sset untuk safe haven seperti emas.
Sementara harga minyak dunia sudah terbang 11% sejak perang Iran vs Israel meletus pada 13 Juni 2025.
Selain mencermati konflik geopolitik di Timur Tengah yang memanas. Dari Amerika Serikat ada beberapa agenda penting yang perlu dicermati minggu ini. Mulai dari rilis data ekonomi, jadwal Federal Reserve (The Fed), hingga laporan keuangan dari sejumlah emiten besar.
1. Dari sisi data ekonomi, perhatian utama akan tertuju pada data Core PCE (Personal Consumption Expenditures) bulan Mei. ini merupakan indikator inflasi favorit The Fed. Data PCE akan dikeluarkan pada Kamis (26/6/2025).
2. Jika data inflasi AS (Core PCE) masih tinggi, bisa memperkuat spekulasi bahwa The Fed akan tetap mempertahankan suku bunga tinggi lebih lama, yang biasanya membuat investor asing cenderung keluar dari pasar negara berkembang, termasuk Indonesia.
3. Selain itu, pemerintah AS juga akan merilis estimasi ketiga untuk pertumbuhan GDP kuartal I/2025 pada Kamis (26/6/2025).
4. Selain data ekonomi, dunia juga menunggu pidato Chairman The Fed Jerome Powell di hadapan senat. Pernyataan Jerome Powell juga ditunggu pasar. Karena ia dijadwalkan menyampaikan laporan kebijakan moneter setengah tahunan ke DPR dan Senat AS pada Selasa dan Rabu.
Belinda Kosasih/ Partner of Banking Business Services/Vibiz Consulting