
(Vibizmedia-Nasional) Kementerian Perindustrian (Kemenperin) terus mempercepat transformasi industri nasional berbasis inovasi dan teknologi melalui implementasi Making Indonesia 4.0, yang telah dijalankan sejak 2018. Program ini menjadi bukti komitmen pemerintah dalam memperkuat ekosistem transformasi digital yang inklusif dan berkelanjutan.
“Making Indonesia 4.0 merupakan hasil kolaborasi lintas sektor yang diharapkan mampu memperkuat rantai nilai industri, memperluas inovasi, dan melahirkan talenta yang mampu mengelola serta mengembangkan teknologi,” ujar Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita dalam acara AI for Indonesia di Jakarta, Kamis, 23 Oktober 2025.
Agus Gumiwang menyebutkan, ada tiga fokus utama dalam pengembangan potensi ekonomi nasional berbasis kecerdasan buatan (AI), yakni penguatan kompetensi talenta digital di seluruh jenjang industri, penerapan manajemen perubahan, serta perumusan strategi bisnis yang adaptif. Menurutnya, keberhasilan implementasi AI tidak hanya bergantung pada teknologi, tetapi juga pada kesiapan sumber daya manusia dan proses bisnis.
Melalui berbagai langkah strategis, Kemenperin terus memperkuat kapasitas SDM industri agar mampu beradaptasi dengan teknologi digital. Penguasaan AI disebut sebagai salah satu kunci penting dalam membangun industri manufaktur yang mandiri dan berdaya saing global.
Sebagai dasar hukum, Kemenperin telah menerbitkan Keputusan Menteri Perindustrian Nomor 1009 Tahun 2021 tentang Pengembangan SDM Industri Berdaya Saing Global. Kebijakan ini mencakup program vokasi industri berbasis dual system, pembentukan Center of Excellence, pembangunan Pusat Industri Digital Indonesia 4.0 (PIDI 4.0), pengembangan inkubator bisnis terintegrasi, serta Digital ASN Talent Pool.
“Penerapan AI tidak hanya mendorong pertumbuhan dan inovasi sektor manufaktur, tetapi juga meningkatkan efisiensi, produktivitas, dan daya saing industri nasional,” kata Agus. Ia menekankan pentingnya kolaborasi antara pemerintah, dunia usaha, asosiasi industri, lembaga pendidikan vokasi, dan mitra internasional dalam memperkuat ekosistem digital Indonesia.
Sebagai tindak lanjut, Kemenperin menginisiasi dua program utama untuk mendukung pengembangan AI nasional, yaitu pembangunan DCC Satelit PIDI 4.0 dan pengembangan kurikulum Industri 4.0 berbasis AI di lembaga pendidikan vokasi. Hingga kini, kedua program tersebut telah melibatkan lebih dari 7.000 siswa SMK dan 11.142 mahasiswa politeknik.
Menurut Artificial Intelligence Index Report 2025 yang dirilis Stanford Institute for Human-Centered Artificial Intelligence (HAI), Indonesia memiliki proporsi keterampilan AI sedikit lebih tinggi dari rata-rata global, dan tercatat sebagai negara dengan tingkat penetrasi keterampilan AI tertinggi di Asia Tenggara. Indonesia bahkan masuk dalam 10 besar dunia dengan peningkatan kompetensi AI sebesar 191 persen selama 2016–2024.
Namun, berdasarkan Global AI Index 2024 oleh Tortoise Media, Indonesia masih perlu memperkuat aspek infrastruktur digital, ekosistem AI, dan strategi nasional. Menperin menegaskan, penguatan ini harus dilakukan melalui sinergi lintas lembaga agar pengembangan AI berjalan sistematis dan berkelanjutan.
“Kemenperin berkomitmen mengembangkan SDM industri yang tangguh dan adaptif terhadap inovasi teknologi, sekaligus memperluas penerapan AI di berbagai sektor,” tegasnya.
Agus Gumiwang menambahkan, implementasi Making Indonesia 4.0 merupakan langkah strategis untuk mewujudkan visi Indonesia menjadi 10 ekonomi terbesar dunia pada 2030. Transformasi digital yang dilakukan Kemenperin telah berkontribusi nyata pada peningkatan kinerja dan daya saing industri nasional.
Saat ini, Kemenperin telah menetapkan 29 perusahaan sebagai National Lighthouse Industri 4.0 yang dinilai berhasil menerapkan transformasi digital di sektor manufaktur dan menjadi contoh bagi industri lainnya. Perusahaan-perusahaan ini berasal dari berbagai sektor, seperti elektronika, otomotif, farmasi, tekstil, kimia, semen, makanan dan minuman, serta industri aneka.
Berdasarkan laporan perusahaan-perusahaan tersebut, penerapan AI terbukti memberikan dampak positif terhadap peningkatan pendapatan, efisiensi produksi, proyeksi logistik, hingga penghematan bahan bakar.
“AI bukan tujuan akhir. Tujuan kita adalah mensejahterakan rakyat, dan AI adalah alat untuk mencapai tujuan itu,” tegas Menperin. Ia juga mengapresiasi inisiatif Kumparan atas penyelenggaraan AI for Indonesia, yang sejak 2024 konsisten membuka ruang kolaborasi lintas sektor dalam pengembangan ekosistem AI di tanah air.








