(Vibizmedia – IDX) – Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dalam perdagangan bursa saham, Jumat siang ini (21/11), terpantau melemah terbatas 20,578 poin (0,24%) ke level 8.394,414 setelah dibuka turun ke level 8.394,414.
IHSG bergerak terkoreksi di rentang konsolidasi dua mingguan terakhir, sedangkan bursa kawasan Asia siang ini umumnya melemah diseret saham sektor teknologi, serta mengikuti bursa AS yang semalam kembali terkoreksi di tengah meredupnya estimasi kenaikan bunga the Fed Desember.
Sementara itu, nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika Serikat (AS) siang ini menguat 0,16% atau 27 poin ke level Rp 16.710, dengan dollar AS di pasar uang Asia turun setelah rally bertahap 5 hari di sesi global sebelumnya, terkoreksi teknikal dari 2,5 minggu tertingginya setelah menguat oleh data tenaga kerja AS yang membaik serta menaikkan ekspektasi the Fed tidak memangkas suku bunganya pada Desember nanti.
Rupiah menguat dibandingkan posisi penutupan perdagangan sebelumnya di Rp 16.737, serta terpantau bergerak sideways di bawah area 7 minggu terendahnya.
Mengawali perdagangannya, IHSG melemah 25,503 poin (0,30%) ke level 8.394,414. Sedangkan indeks LQ45 turun 0,470 poin (0,06%) ke level 847,550. Siang ini IHSG melemah 20,578 poin (0,24%) ke level 8.394,414. Sementara LQ45 terlihat turun 0,41% atau 3,450 poin ke level 844,570.
Tercatat saat ini sebanyak 264 saham naik, 336 saham turun dan 205 saham stagnan.
Sementara itu, bursa regional siang ini terpantau bias melemah, di antaranya Nikkei yang merosot 2,43%, dan Hang Seng yang turun 2,07%.
Analis Vibiz Research Center melihat pergerakan bursa terkoreksi dan konsolidatif dekat rekornya, sementara bursa kawasan Asia siang ini umumnya bias melemah diseret saham sektor teknologi, serta mengikuti bursa AS.
Berikutnya IHSG kemungkinan akan masih terkoreksi profit taking, dengan mengacu kepada fundamental bursa kawasan. Resistance mingguan saat ini berada di level 8.491 dan 8.530. Sedangkan bila menemui tekanan jual di level ini, support ke level 8,289 dan bila tembus ke level 8,181.
Alfred Pakasi/VBN/MP Vibiz Consulting Group









