(Vibizmedia – Jakarta) Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) menjelaskan bahwa salah satu faktor penting dalam mencapai visi Indonesia Emas 2045 adalah pembangunan Sumber Daya Manusia (SDM) yang unggul.
Keterangan tertulis dalam www.brin.go.id, Kamis (16/5/2024) menyatakan, SDM yang unggul merupakan pondasi utama dalam mempercepat pembangunan dan meningkatkan daya saing global. Sebagaimana proyeksi yang dibuat oleh Badan Pusat Statistik (BPS), tren usia produktif menurut BPS nanti akan berjumlah 213 juta pada 2045 dan meningkat terus.
Kepala Organisasi Riset Ilmu Pengetahuan Sosial dan Humaniora Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Ahmad Najib Burhani menyampaikan hal ini saat membuka webinar mengenai ketenagakerjaan yang diselenggarakan Pusat Riset Kependudukan (PRK) BRIN yang dilaksanakan pada Rabu (15/5/2024).
Ahmad Najib menyatakan, pertambahan usia produktif memberi keuntungan bagi pembangunan, namun akan menjadi bencana apabila tidak tertampung dalam pekerjaan. Terdapat tantangan yang perlu diatasi berdasarkan data BPS tersebut.
Ia menjelaskan, sebagai contoh, banyak tenaga kerja yang terserap dalam pekerjaan yang rentan dengan upah rendah dan fasilitas kurang layak. Di lain hal, adaptasi SDM diperlukan karena adanya perubahan teknologi. Maka ia mengatakan, kegiatan ini bermanfaat karena berkaitan dengan kebijakan dan perkembangan keilmuan.
Ahmad Najib menjelaskan, Indonesia akan memasuki usia emas 2045, 100 tahun kemerdekaan. Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) 2025-2045 yang digaungkan Badan Perencanaan Pembangunan Nasional Republik Indonesia (Bappenas) menargetkan Indonesia sebagai Negara Nusantara Berdaulat, Maju, dan Berkelanjutan dengan lima sasaran utama.
Ia berpendapat bahwa ketenagakerjaan merupakan aspek strategis untuk mewujudkan Indonesia emas yang menjadi visi pada 2045 mendatang.
Najib menegaskan, angkatan kerja Indonesia harus bekerja pada pekerjaan yang layak. Saat ini rentang upah kurang layak dan kurang produktif. Maka perlu upaya menurunkan pengangguran terbuka yang mesti dilakukan.
Ia kemudian mencontohkan teknologi Artificial Intelligence (AI) yang mengalihkan tenaga kerja. Misalnya petugas tol, kereta, dan berbagai hal, dengan dilayani oleh AI itu akan semakin berkembang
Kepala PRK BRIN, Nawawi, menyamapikan dalam bahwa sebagian besar mereka yang dilatih di Balai Latihan Kerja (BLK) merupakan lulusan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK).
Nawawi menjelaskan, selama ini jurusannya sudah over supply (kelebihan pasokan) namun serapannya sedikit. Hal itu karena keahliannya bisa dilakukan oleh manual workers (pekerjaan umum).
Ia berharap semoga kementerian terkait dapat mendiskusikan dan mengkaji bersama BRIN untuk menghadapi hal tersebut.
Ia menambahka, PRK BRIN dalam jangka pendek akan mendiskusikan secara internal agar bisa mengembangkan kajian sistem informasi pasar kerja.
Asisten Deputi Bidang Ketenagakerjaan pada Kementerian Koordinator (Kemenko) Perekonomian, Chaerul Saleh, dalam paparannya mengatakan, Indonesia perlu memaksimalkan potensi bonus demografi saat ini dan untuk ke depan.
Chaerul menambahkan, hal ini untuk mengakselerasi perekonomian nasional dalam mewujudkan Visi Indonesia Emas 2045. Diharapkan, angkatan kerja mampu keluar dari Middle Income Trap dengan cara penyiapan tenaga kerja terampil sepanjang hayat menjadi prioritas pemerintah ke depan.
Chaerul menambahkan isu-isu strategis ketenagakerjaan yakni produktivitas pekerja tertinggal, serta ketidakcocokan antara penawaran dan permintaan. Ia menjelaskan, Kemenko Perekonomian telah melaksanakan dua program terkait kebijakan pengembangan SDM, yaitu pengembangan kompetensi kerja melalui program kartu pra kerja, lalu revitalisasi pendidikan dan pelatihan vokasi untuk jangka panjang.
Peneliti PRK BRIN, Khairul Ismed, tutut memaparkan mengenai Strategi dan Kebijakan Mengatasi Isu dan Tantangan Ketenagakerjaan dalam Rangka Mewujudkan Indonesia Emas 2045. Ismed membandingkan tantangan ketenagakerjaan di Indonesia dengan tren global dunia kerja.
Ia kemudian menyebutkan lima kelompok besar isu ketenagakerjaan yakni meliputi rendahnya kualitas SDM, belum optimalnya penciptaan kesempatan kerja, belum optimalnya perlindungan tenaga kerja, belum terjaminnya keberlanjutan pekerjaan, serta belum optimalnya sistem informasi pasar kerja.
Khairul Ismed menjelaskan, dalam pentahapan pelaksanaan kebijakan, diperlukan pondasi transformasi ketenagakerjaan. Setelah itu, perkuatan pondasi transformasi ketenagakerjaan. Lalu akselerasi transformasi ketenagakerjaan. Dilanjutkan ekspansi transformasi ketenagakerjaan, serta perkuatan ekspansi transformasi ketenagakerjaan.
Peneliti PRK BRIN, Triyono, juga menjelaskan fokus diskusi dengan paparannya terkait judul Dinamika Buruh Menuju Indonesia Emas 2045. Tahapan revolusi industri juga dijabarkan oleh Triyono.
Triyono menambahkan, pada masa sekarang telah muncul tren perusahaan rintisan digital (start-up) dan pada akhirnya beberapa menjadi perusahaan yang besar di berbagai sektor misalnya di transportasi, perdagangan, dan pendidikan.
Triyono juga menyampaikan bahwa penguasaan teknologi dan kompetisi di pasar kerja harus dimiliki para pekerja. Modal penguasaan teknologi dan modal sosial menjadi perubahan paradigma dalam memandang perubahan ketenagakerjaan.
“Jika individu tidak mampu menguasai, mengadopsi, dan menerapkan teknologi secara cepat serta ikut berpartisipasi, maka individu akan terpinggirkan dalam pasar tenaga kerja,” ujarnya.
Triyono kemudian menyampaikan hasil penelitiannya yang membahas berbagai dinamika serikat buruh. Dinamika-dinamika ini tentu berkaitan dengan perjalanan menuju Indonesia Emas 2045.