Dita’s Market: Sepiring Nasi Campur Indonesia di Metuchen, New Jersey

0
792
ita's Market, duta menu dan produk Indonesia di kota kecil Metuchen, New Jersey. (Foto: Taris Hirzi Iman/VOA)

(Vibizmedia – Gaya Hidup) Seperti oase, Metuchen adalah kota kecil yang indah yang terletak di antara Philadelphia dan New York. Membelah kota ini, ada jalan utama yang sekaligus menjadi pusat bisnis dan aktivitas warganya, dan di sanalah Dita’s Market berada. Warung makan sekaligus toko barang-barang asal Indonesia bercat hijau ini dibuka sejak N0vember 2022 karena kecintaan Anita Sumarauw pada dunia masak-memasak.

“Karena saya itu hobi masak, dulu pekerjaan saya bantu suami. Pekerjaan suami itu kontraktor. Di sini, di Edison, Metuchen, dan sekitarnya, itu sudah 23 tahun. Nah, saya seneng masak di rumah, kalau lagi ada waktu, saya open order masak dari rumah,” kata Anita.

Perempuan asli Manado itu mengelola dapur di Dita’s Market bersama adik kandung dan dua anaknya. Menu-menu khas Indonesia tersaji, mulai dari rendang, ayam sambal ijo, masakan khas Manado ayam woku, hingga tumis tempe tahu. Rasanya tak kalah dengan makanan-makanan serupa di warung-warung Indonesia.

Rahasianya adalah kemampuan Anita untuk menghadirkan bumbu dan bahan yang sepenuhnya mirip masakan asli Indonesia. Hanya saja, ciri khas masakan Manado yang pedas harus disesuaikan karena mayoritas konsumen yang bukan warga Indonesia, tidak terlalu kuat menahan pedasnya cabai.

“Kebetulan makanan Indonesia dan khususnya Manado kan pedas. Jadi saya harus bikin biar orang sini juga bisa makan,” tambah Anita.

Strateginya berbuah manis, saat ini sekitar 75 persen pelanggan warung makan ini bukan orang Indonesia.

“Makanan yang paling disukai itu ayam woku, rendang, ayam cabe ijo, ayam suwir, dan kale gulai. Terus ada acar, dan makanan kayak pempek yang kita bikin sendiri, bakso bikin sendiri, tempe juga bikin sendiri,” kata Anita lagi.

Dua Tahun, Dua Penghargaan

Dita’s Market sebelumnya adalah sebuah deli milik orang Italia. Bisnis itu kemudian dijual, dan tampaknya memang digariskan untuk dikelola oleh keluarga Anita. Mereka resmi mulai melayani pelanggan pada November 2022.

Di bagian depan, tersedia aneka produk asli Indonesia mulai dari kecap, minuman kemasan, kue-kue, bahan masakan, bumbu dan aneka barang konsumsi lain. Di lemari pendingin, ada tumpukan tempe dan bakso produksi sendiri. Anita juga membuat es mambo khas Indonesia dengan aneka rasa.

Sementara agak ke belakang, ada dapur dan sajian makanan matang yang siap disantap. Di tempat ini pula, tempe yang sedang diproduksi diletakkan. Butiran kedelai itu menunggu jamur tumbuh setelah diberi ragi.

“Ini tiga hari sudah jadi karena musim dingin. Kalau cuaca lebih hangat, tempe jadi lebih cepat, tapi kalau sedang dingin, butuh waktu lebih lama,” kata Anita.

Di dapur ini juga, tampak adik Anita, Lolita Sumarauw sibuk menyiapkan berbagai makanan. Adonan puding sedang disiapkan, dan tahu isi tertata rapi di meja tengah dapur, siap untuk digoreng.

Lolita adalah chef yang sudah lama berkecimpung di dunia kuliner. Sebelumnya, dia membuka Warung Bakudapa Paula di Gambir, Jakarta. Warung dengan menu khas Minahasa itu cukup punya nama bagi penggemar masakan Manado dan sekitarnya.

Begitu Anita membuka rumah makan di Metuchen, Loly memutuskan untuk menyusul dan ikut mengelola dapur di Dita’s Market. Dan seperti juga Anita, dia setuju soal lidah sebagian besar pelanggan yang tidak akrab dengan pedasnya cabai.

“Soal cabai rawit, kita di sini harus di level bawah. Kalau di sana ciri masakan Manado pasti pedas, semua serba cabai. Tapi di sini kita harus campur bell pepper (paprika-red) supaya balance (seimbang),” kata Loly.

Selain soal cabai, Loli juga mengakui bumbu menjadi tantangan tersendiri. Untuk mempertahankan rasa masakan Indonesia, dibutuhkan bumbu yang lengkap. Sementara Amerika Serikat yang memiliki empat musim, tak cocok untuk tumbuhnya sejumlah tanaman yang dibutuhkan.

“Jadi ada menu-menu yang seharusnya pakai kemangi, kita tidak pakai kemangi, kita pakai daun bawang saja. Dan kita harus ada daun kunyit, sedangkan daun kunyit dan daun jeruk itu di sini tidak ada, kita harus kirim dari Indonesia,” papar dia.

Di tengah semua keterbatasan soal bumbu asli itu, masakan Dita’s Market tetap bisa diterima banyak pelanggan. Silih berganti mereka datang, membawa pulang menu pilihan di tengah suhu sore yang semakin dingin di Metuchen. Dari sekian banyak pelanggan itu, Henry Angeles mengaku rutin datang karena dia dan istrinya jatuh cinta pada masakan Indonesia.

“Semuanya sangat enak. Saya cukup suka daging sapi, menu daging sapinya (rendang) enak sekali, ayamnya juga enak dan favorit saya adalah ayam serai,” kata Henry yang mengaku gemar masakan pedas.

“Kami di sini punya beberapa tempat yang menjual makanan campuran Malaysia dan Indonesia, jadi ini bukan yang pertama, tetapi ini adalah yang paling enak,” kata dia lagi.

Pengakuan Henry tentu bukan basa-basi. Baru dua tahun membuka usaha, Dita’s Market sudah dua kali menerima penghargaan bagi bisnis di kabupaten Middlesex , New Jersey, “Best Independently Owned”, untuk 2023 dan 2024.