Televisi Harus Bertransformasi Jadi Perusahaan Teknologi Konten di Era AI

0
67
Wamenkomdigi Nezar Patria menyampaikan Keynote Speech dalam Workshop Metro TV di Hotel Grand Hyatt, Jakarta, Senin (03/11/2025). (Foto: Komdigi)

(Vibizmedia – Jakarta) Wakil Menteri Komunikasi dan Digital (Wamenkomdigi) Nezar Patria menegaskan bahwa industri televisi harus segera bertransformasi di tengah guncangan yang ditimbulkan oleh kemajuan kecerdasan artifisial (Artificial Intelligence/AI) agar tetap relevan dengan dinamika ekosistem media global.

Menurutnya, stasiun TV kini tak cukup hanya berperan sebagai lembaga penyiaran, melainkan harus beralih menjadi perusahaan teknologi konten yang mampu menggabungkan inovasi digital dengan jurnalisme berintegritas.

“Metro TV dan televisi lain harus melihat dirinya bukan hanya sebagai stasiun penyiaran, tapi sebagai perusahaan teknologi konten. Teknologi, terutama AI, harus masuk ke semua aspek — dari ruang redaksi sampai distribusi,” ujar Nezar dalam keterangannya pada Workshop “Metro TV, Still On Air: TV yang Bertahan, Berkembang, dan Berevolusi” di Jakarta, Senin (3/11/2025).

Nezar menjelaskan bahwa dunia saat ini tengah memasuki era media 3.0, di mana algoritma dan AI memegang kendali utama dalam menentukan konten yang dikonsumsi publik. Penonton tidak lagi menelusuri siaran secara manual, melainkan menerima rekomendasi personal dari sistem cerdas.

“Kendali konten kini ada di tangan AI, bukan lagi manusia. Ini mengubah cara orang menonton dan mengguncang model distribusi media konvensional,” tegasnya.

Meski menghadirkan tantangan besar, AI juga membuka peluang baru bagi industri penyiaran — mulai dari peningkatan efisiensi produksi, optimalisasi kualitas audio-visual, hingga analisis perilaku penonton untuk mendukung pengambilan keputusan redaksional.

Namun demikian, Nezar mengingatkan agar pemanfaatan AI tetap melibatkan peran manusia.

“AI bisa membantu kerja redaksi, tapi jangan sepenuhnya diserahkan pada mesin. Tetap harus ada human in the loop agar berita tidak kehilangan akurasi dan nilai etikanya,” katanya.

Ia juga menyoroti risiko penyalahgunaan AI, seperti deepfake, disinformasi, dan halusinasi data, yang dapat mengancam kredibilitas media.

“Ada lembaga survei besar di Australia yang harus membayar 440 ribu dolar karena sumber datanya ternyata buatan AI. Inilah bahayanya jika verifikasi manusia diabaikan,” ungkapnya.

Nezar menegaskan, Kementerian Komunikasi dan Digital berkomitmen mendukung transformasi media nasional agar dapat memanfaatkan teknologi secara bijak tanpa mengorbankan nilai-nilai jurnalistik.

“Teknologi bisa dipelajari, tapi jurnalisme adalah nyawa media. Yang akan bertahan bukan sekadar yang paling cepat beradaptasi secara teknis, melainkan yang konsisten menyajikan informasi benar dan berpihak pada kepentingan publik,” pungkasnya.