(Vibizmedia – Wawancara Khusus) Perkembangan di beberapa negara seperti China , mempunyai kekuatan ekspor yang kuat karena UMKM sudah menerapkan transaksi online dan sistem pembayaran elektronik yang mudah diakses, sehingga produk ekspor bukan lagi bergantung pada produk dari manufacture besar tapi juga UMKM.
Dengan digital economy ini UMKM memang diharapkan menjadi pilar ekonomi Indonesia, ditambah dengan sektor industri kreatif yang terus berkembang serta pengusaha startup yang terus tumbuh di Indonesa.
Bernhard Sumbayak – Founder and Advisor Vibiz Consulting berpendapat bahwa dalam kondisi global yang lesu dan tekanan trade war antara China dan Amerika Serikat, maka kekuatan ekspor Indonesia harus mengandalkan sektor UKMKM. Mengingat bahwa 98,7 persen usaha di Indonesia adalah usaha mikro, yang mampu menyerap 89,17 persen tenaga kerja domestik serta memberikan kontribusi 36,82 persen PDB Indonesia. Demikian juga sektor industri kreatif dan bangkitnya kegairahan pengusaha startup di Indonesia maka ini menjadi kekuatan besar bagi Indonesia.
Apalagi data BPS 2018, jumlah generasi millennial berusia 20-35 tahun mencapai 24 persen, setara dengan 63,4 juta dari 179,1 juta jiwa yang merupakan usia produktif (14-64 tahun). Bonus demografi ini apabila diarahkan dengan benar pada sektor UMKM, kreatif dan startup akan menjadi potensi kekuatan ekonomi Indonesia, demikian Bernhard menambahkan. Dengan dukungan fundamental ekonomi domestik Indonesia yang kuat, maka Indonesia relative akan lebih kokoh menghadapi situasi global dan trade war bahkan bila dibandingkan dengan negara-negara tetangga ASEAN lainnya.
Indonesia merupakan negara dengan jumlah start-up 2.080, empat diantaranya telah unicorn, jumlah ini menduduki urutan ke lima dunia, dimana urutan di atasnya adalah AS 46.628, India 6.193, Inggris 4.909, dan Kanada 2.486.
Lihat juga : Ngobrol Bareng Deputi Gubernur Senior BI, Destry Damayanti: Peranan BI Di Tengah Situasi Global (Part 1/5)
Dukungan System Pembayaran Bank Indonesia
Sedang Destry Damayanti berpendapat bahwa Itulah yang kita harapkan, paling tidak dari sistem pembayarannya kita juga berharap bahwa mereka bisa memanfaatkan itu sehingga biayanya lebih efisien dan transaksi pembayaran cepat sehingga hal ini akan membantu para UMKM. System ini diharap juga mampu mengeluarkan biaya-biaya yang tidak perlu, tentunya itu menjadi harapan Bank Indonesia juga karena kedepannya UMKM inilah yang merupakan sektor unggulan yang memang menjadi prioritas dari pemerintah dan BI. Karena UMKM menjadi ciri khas unit usaha kita yang masih punya kearifan local pula.
Sekarang yang perlu kita bantu dari pelaku usaha UMKM adalah bagaimana mereka bisa berkompetisi dengan pelaku bisnis yang lain, karena kadang UMKM itu barang-barangnya bisa gampang ditiru, mereka harus punya skill, creativity dan quality. Demikian juga quantity kalau mereka mau go international maka harus menjaga pasokan, supply-nya harus kontinyu, karena biasanya buyer itu maunya kontinyu misalnya sekarang ada banyak nanti ketika order barangnya nggak ada. Dan pasti dia akan cari supplier baru dan takutnya nanti malah dikuasai oleh bukan pihak kita.
Lihat juga : Destry Damayanti – Dewan Gubernur Senior BI : Pendalaman Pasar Keuangan dan Peningkatan Investor Lokal (Part 2/5)
Kondisi Ekonomi Indonesia Sehat dan Punya Prospek
Destry Damayanti juga menyampaikan gambaran kondisi ekonomi, dimana perlambatan ekonomi global yang sedang terjadi itu mau nggak mau pasti akan mempengaruhi perkembangan ekonomi Indonesia juga di kuartal ke dua, pertumbuhan ekonomi di level 5.04%, sedikit lambat dibanding 5.07% di kuartal pertama. Ini adalah hal yang positif yang berarti domestic economy kita masih kuat, dimana domestic economy ini berasal dari konsumsi masyarakat , investasi, dan government’s spending.
Artinya kalau domestic economy kita masih kuat, masih menjadi suatu arah strategi pembangunan ke depan bahwa kita focus saja untuk memperkuat domestic economy terutama konsumsi masyarakat. Bagaimana caranya memperkuat ? Dimana 40% segmen masyarakat ada di segmen bawah, dan UMKM ada disini semua, sehingga ini yang kita coba bantu. Disamping memang ada yang program sosial pemerintah, tapi harus juga diimbangi dengan program-program yang produktif. Strategi pembangunan sudah diarahkan kesana, juga infrastruktur sudah diarahkan ke sana, dimana akses sudah dibuat tinggal sekarang infrastruktur penunjangnya misalnya jalan sini Jakarta ke Surabaya sudah enak naik mobil, kita musti bikin spot-spot dimana orang itu mau singgah. Hal ini diharapkan agar ada tricle down-nya dari jalanan begitu panjang harus ada sentra-sentra produksi atau sentra-sentra wisata, arah seperti itu harus ada.
Lihat juga : Destry Damayanti – Dewan Gubernur Senior BI: Era Fintech, Waspadai Shadow Banking (Part 3/5)
Kemudian untuk investasi, itu juga menjadi tantangan dimana pertumbuhan investasi masih sekitar 5%, padahal kita berharap bisa tumbuh 8% seperti pada periode-periode sebelumnya, karena dengan investasi naik kita bisa menyerap tenaga-tenaga kerja lebih baik dan kita bicara investasi yang fisik bukan portofolio. Hal ini akan menjaga stabilitas ekonomi secara keseluruhan juga sektor keuangan.
Yang terakhir government’s spending, bagaimana pengeluaran pemerintah itu dialokasikan untuk hal produktif yang bisa mendorong pertumbuhan ekonomi dan juga tetap menjaga kehati-hatian dalam spending. Hal ini sebenarnya sudah mengarah kesana, sekalipun masih menjadi tantangan kita seperti investasi ada masalah perijinan, masalah kepastian hukum, ini yang mestinya kedepan menjadi fokus area yang perlu menjadi perhatian.