(Vibizmedia – Gaya Hidup) Beberapa waktu lalu Vibizmedia melakukan wawancara dengan seorang entrepreneur muda Indonesia yang menggagas sebuah aplikasi yang cukup menarik dan disebut IRMA, Integrated Reseller Mobile Application. Sosok ini adalah Hermansjah Haryono, pria muda yang akrab dipanggil Iman ini adalah Co-Founder dan CEO dari IRMA.
Bisnis yang telah berlangsung selama 10 tahun ini telah berkembang dan digunakan oleh sekitar 350.000 pengguna aktif dari seluruh Indonesia.
Mengenal IRMA
Untuk mengenal lebih jauh mengenai IRMA, maka Iman menjelaskan bahwa IRMA, Integrated Reseller Mobile Application, adalah aplikasi yang dapat dipakai para pengusaha warung pulsa untuk dapat berjualan produk digital seperti pulsa, paket data, token PLN, prepaid PLN, PPOB, pembayaran cicilan dan lain sebagainya.
Aplikasi ini juga telah berkembang sedemikian hingga menyediakan penyaluran modal kerja bagi warung-warung tersebut untuk berusaha. Bahkan IRMA telah memperkaya service para warung pulsa ini, tidak hanya mengeluarkan produk digital tetapi juga jasa service keuangan, bahkan penyaluran barang fisik yang relevan dengan warung tersebut.
Aplikasi Super
Iman melihat peluang yang besar melalui aplikasi IRMA ini dan ia menyebutnya sebagai aplikasi super. Mengapa dapat disebut demikian, ia menjelaskan bahwa aplikasi ini menjawab segala macam kebutuhan dari ekosistem yang ada di warung-warung pulsa itu. Baik kebutuhan para pemilik warung tadi, maupun yang merupakan kebutuhan para pelanggan atau end customer yang datang ke warung itu.
“Apapun yang mereka minta.. so far bisa kami jawab,” tandasnya.
Beyond Dari Product Digital
Iman juga optimis bahwa pengembangan aplikasi ini, “Dan kami yakin bahwa ada sesuatu yang belum kami lihat, opportunity nya akan berkembang terus….bagi para warung-warung pulsa ini produknya itu beyond dari product digital sekarang,” jelasnya lebih jauh.
Kendala yang sering dihadapi para warung pulsa adalah juga kendala para UMKM di Indonesia yaitu keterbatasan askes modal. Seedangkan untuk bisa bertransaksi atau berkomersialiasi di IRMA maka mereka harus memiliki saldo working capital. Untuk itu IRMA telah bekerja sama dengan para Fintech menyalurkan modal kerja dalam bentuk saldo working capital ke warung-warung yang memiliki riwayat transaksi yang baik.
Ia juga menyebutkan bahwa IRMA telah berkembang menjadi solusi bagi para pelanggan warung yang perlu melakukan transaksi jasa keuangan, misalnya transaksi mengirim uang atau transaksi untuk isi ulang e-money. Ia melihat bahwa channel-channel untuk melakukan hal ini masih sangat terbatas dan penyebarannya masih kurang baik. Sebaliknya warung-warung ini jumlahnya massive, jadi inilah peluang di mana IRMA menyediakan beyond dari product digital.
Keuntungan Meningkat 25%
Badan Pusat Statistik mencatat bahwa selama pandemi , sekitar 30% UMKM, yang jumlahnya mencapai 64 juta, terhenti usahanya, tetapi ternyata 50-70 persen masih bertahan karena beralih dari konvensional masuk dalam platform digital.
Dengan semangat Iman mengatakan bersetuju dengan penghitungan statistik ini. Ia juga melihat bahwa kondisi pandemi telah memaksa seluruh penduduk dunia sedapat mungkin melakukan transaksi finansial secara contactless, maka transaksi e-money dan semacamnya menjadi semakin semarak.
Ia menjelaskan bahwa tingkat keterbukaan digitalisasi atau secara online menjadi jauh dipercepat. Yang seharusnya mungkin perlu 3-5 tahun, maka dalam waktu 3 bulan, orang-orang sudah mencapai aktivitas tersebut. Masyarakat diminta untuk contactless dan lebih banyak melakukan aktivitas secara daring (dalam jaringan), maka tingkat penggunaan internet otomatis meningkat tajam.
Lebih jauh ia mendengar salah satu pengamat industri teknologi Indonesia menyatakan bahwa walaupun ekonomi Indonesia itu shrinking, tapi di vertikal IT dan internet masih growing 10%, “Laporan dari growth industry di Indonesia, hampir seluruh industri di Indonesia megalami pertumbuhan negatif kecuali justru di sektor industri IT dan yang berhubungan dengen internet ini,” tandasnya.
Dampak yang sangat luar brasa langsung dirasakan para pedagang pulsa di jaringan IRMA. Mereka sangat menikmati peningkatan ini. Transaksi sehari-hari otomatis langsung naik 25%.
” Akibatnya instant …Pelan-pelan dalam waktu mulai pandemi dari PSBB Maret, April, hingga ke level sekarang, transaksi yang terjadi di kami meningkat sekitar 25%, ” demikian keterangan Iman.

Di Tengah Pandemi UMKM Tidak Hanya Survive, Tapi Enjoy
Iman melanjutkan bahwa di dalam situasi pandemi ini para pemain UMKM mau tidak mau mereka harus cepat belajar untuk bersentuhan dengan platform digital. Mereka harus beralih untuk berjualan secara platform e-commerce di platform marketplace.
“Untuk bisa melakukan itu, mereka perlu paket data lagi. Makanya, impact ke jaringan kami menggulung,”imbuhnya.
“Jadi dengan kondisi percepatan teknologi digital ini maka para pelaku UMKM yang berhubungan dengan produk digital akan definitely survive, bahkan bukan survive, malah enjoy, ” jelasnya.
Ia meyakini bahwa para pelaku UMKM yang mau mengadopsi teknologi digital pasti bisa bertahan di masa pandemi bahkan transaksinya naik tinggi, “… selama keterbukaan digitalisasi ada, para pelaku UMKM itu harusnya survive. Jadinya memang naturenya manusia begitu ya, tidak ada kata menyerah.”
Siap Menggerakkan Perekonomian Indonesia
Dengan optimis Iman menambahkan bahwa IRMA terus melakukan berbagai pengembangan. Salah satunya adalah membuat sebuah fitur yang disebut WARTO , atau Warung Transaksi Online.
Konsep dari WARTO ini adalah sebuah platform Market Place untuk para warung IRMA dimana mereka bisa mendisplay atau menjajakan barang dagangannya selain barang digital.
Selain itu akan dikembangkan sebuah konsep social seller. Ia menjelaskan jika setiap bulannya warung melayani 100-200 pelanggan yang tinggalnya radius 1-2 km, maka jika ada para pengrajin misalnya tenun atau hasil perkebunan, mereka bisa menitipkan untuk dijual di Market Place warung-warung tersebut.
Inilah yang merupakan salah satu misi IRMA untuk turut menggerakkan perekonomian rakyat di Indonesia.
Turut Meningkatkan Inklusi Keuangan Indonesia
Salah satu yang menjadi keyakinan IRMA adalah telah ikut meningkatkan inklusi keuangan Indonesia yang saat ini indeksnya mencapai 76,19 %. Iman menyatakan bahwa angka ini merupakan sebuah pencapaian.
Fintech adalah salah satu upaya meningkatkan inklusi keuangan. Terlebih lagi mengingat bahwa penetrasi pengguna internet di Indonesia sudah mencapai 175,4 juta orang dari kurang lebih 272 juta penduduk.
“Awalnya kalau dilihat selama 4 tahun atau sebelum jamannya e-money ini beredar, angka itu stuck di 23 % , gak ada growth nya, stuck di situ, tapi begitu keluar teman-teman e-money operator dengan program mereka yang massive itu, berkembanglah menjadi level di atas 75% ini, ” pungkasnya.
Bagaimana IRMA berperan meningkatkan inklusi ini? Iman menggambarkan bahwa IRMA telah mengisi celah dimana para pengguna e-money yang kesulitan memindahkan uang cash nya ke dalam saldo uang elektroniknya diberi fasilitas untuk bisa mengisi ulang saldonya melalui jaringan warung pulsa IRMA.
“Jadi semua warung pulsa yang ada di Indonesia sebenarnya sekarang bisa dijadikan tempat untuk mengisi saldo e-money A , e-money B , e-money C, danmau tidak mau itu solusi,” paparnya menjelaskan.
Jadi target market saat ini adalah meraka yang tinggal di pinggiran, yang bisa men-download aplikasi tetapi tidak bisa memindahkan uang fisiknya karena tidak memiliki bank account. Maka mereka bisa ke warung-warung pulsa untuk melakukannya.
“Nah, jaringan warung-warung pulsa itulah yang sebenarnya mengisi celah-celah ini dan kami kira, saya sebagai kelompok pedagang produk digital, saya bisa klaim bahwa partisipasi kita untuk mencapai inclusive financial secara aktif cukup kuat dan agresif, “imbuhnya.
IRMA Sebagai Jaringan Channel
Strategi bisnis IRMA adalah suatu jaringan channel dimana sangat menghargai adanya kolaborasi. Channel ini adalah channel yang aktif dimana stake holdernya adalah mereka yang sudah sangat teredukasi secara digital.
Iman menyatakan bahwa IRMA banyak bekerja dengan partner lain untuk mensinergikan nilai tambah. Ada satu keyakinan untuk membentuk Super App yang menjadi sebuah solusi yang dipakai orang banyak.
Untuk itu ia menyadari tidak bisa dikerjakan sendiri, tapi harus dikerjakan bersama-sama dengan partner-partner lain. IRMA juga tidak merasa ada competitor, tetapi dipandang sebagai pihak yang memiliki visi yang sama.
“Intinya, kita spirit kolaborasi. Kita menyediakan channel yang banyak. Kiita siap untuk bekerja sama, mencakup bidang yang mendistribusikan baik product fisik maupun product digital. Kalau mau dijadikan tempat education center, ada konsepnya. Kalau mau dijadikan tempat untuk hal lainnya, bisa kita pikirkan, ” jelasnya mengenai konsep kolaborasi IRMA.
Optimisme dan Harapan
Semangat Iman merupakan semangat dan optimisme yang patut kita ikuti, seperti apa yang menjadi tegaskan di akhir wawancara, “Optimisme? Harus …, selalu … Dari atas ada hope, harapan dan optimism. Otherwise, ya bahaya. “
Dengan semangat yang sama kita mampu tetap melihat keberhasilan di tengah pandemi.









