Review Harga Minyak Sawit Mingguan 31 Mei – 4 Juni 2021

0
301

(Vibizmedia – Commodity) – Harga minyak sawit masih diatas 4,000 ringgit  diakhir minggu ini. Pergerakan harga minyak sawit minggu pertama di bulan Juni dari tanggal 31 Mei – 4 Juni 2021, Harga minyak sawit diakhir minggu masih di atas 4,000 ringgit pada seminggu ini harga minyak sawit naik 3 % .

Volume trading naik 386,895 lot dari 284,060 lot pada minggu lalu, posisi terbuka turun 230,652 kontrak turun dibanding minggu lalu 243,856 kontrak.

Harga CPO di pasar fisik kontrak Juni turun 110 ringgit menjadi 4,250 ringgit per ton.

Pasar menantikan Laporan Bulanan Persediaan dan Permintaan dari MPOB yang akan diumumkan pada tanggal 10 Juni.

Minggu ini harga minyak sawit bergerak karena faktor dari minyak kedelai di Bursa Chicago Board of Trade, dimana cuaca di AS dan Canada diperkirakan akan kering sehingga produksi kedelai berkurang akibatnya persediaan minyak kedelai berkurang.

Harga minyak sawit Malaysia cenderung turun karena ekspor minyak sawit diperkirakan mengalami penurunan pada 2 minggu terakhir karena pandemi covid yang terjadi di India, pembeli minyak nabati terbesar di dunia, dan juga di Eropa pembelian minyak nabati juga mengalami penurunan, ditambah dengan peningkatan produksi sehingga persediaan meningkat.

Pergerakan harga minyak sawit pada minggu ini :

  • Harga minyak sawit Agustus pada penutupan pasar hari Jumat 04 Juni di Bursa Malaysia Derivatives Exchange turun 27 ringgit atau 0.5% menjadi $4,131 ringgit ($1,001.21) per ton, setelah turun 2.3% pada perdagangan pagi.
  • Harga minyak sawit Agustus di Bursa Malaysia Derivatives Exchange pada hari Kamis 03 Juni 2021 naik 58 ringgit atau 1.42% menjadi 4,150 ringgit ($1,007.28) per ton.
  • Harga minyak sawit Agustus pada hari Rabu 02 Juni 2021 di Bursa Malaysia Derivatives Exchange ditutup naik 202 ringgit atau 5.19% menjadi 4,093 ringgit ($992.72) perton mencapai harga tertinggi sejak 20 Mei.
  • Harga minyak sawit Agustus pada penutupan pasar hari Selasa 01 Juni di Bursa Malaysia Derivatives Exchange turun 30 ringgit atau 0.77% menjadi 3,889 ringgit ($942.79) per ton.
  • Harga minyak sawit Agustus pada penutupan pasar hari Senin 31 Mei ditutup turun 91 ringgit atau 2,27% menjadi 3,919 ringgit($950.75) per ton, penurunan yang ke dua selama tiga hari.

Faktor yang menggerakkan harga minyak sawit naik pada minggu :

  • Harga minyak kedelai terus naik karena cuaca kering di ladang kedelai di AS dan di Brazil, sehingga mendorong kenaikan harga dari minyak sawit, namun kenaikan tersebut tertahan karena permintaan dari India dan Cina perubahannya kecil di Kuartal ke 4 tahun 2021 dan kuartal ke 1 2022
  • India, negara importir minyak nabati terbesar di dunia menurunkan pajak impor untuk semua minyak nabati setelah harga minyak goreng mencapai rekor tertingginya pada bulan lalu.
  • Penurunan pajak membuat harga minyak nabati lokal turun dan meningkatkan permintaan, sehingga juga membuat harga minyak sawit naik juga minyak kedelai dan minyak bunga matahari.
  • Ekspor minyak sawit Malaysia naik 1.5% dari bulan April menurut cargo surveyor Intertek Testing Services pada hari Senin.
  • Ekspor turun dari kenaikan pada pertengahan pertama Mei, dan perkiraan produksi menentukan jumlah persediaan akhir pada bulan Mei.
  • Pasar menantikan Laporan Bulanan Persediaan dan Permintaan dari MPOB untuk bulan Mei yang diumumkan tanggal 10 Juni nanti.
  • The Southern Peninsula Palm Oil Millers Association memperkirakan produksi Mei akan turun 3.7% dari bulan sebelumya.
  • Pada hari Senin Indonesia mengumumkan kenaikan harga referensi untuk pajak ekspor di bulan Juni menjadi $1,223.90 per ton.
  • Berarti pajak ekspor untuk minyak sawit di bulan Juni naik $183 per ton,sementara biaya restribusi tidak berubah $255 per ton.
  • Ekspor minyak sawit Malaysia naik 1.6% dari bulan April menjadi 1.42 juta ton turun dari kenaikan 37% pada tanggal 1-10 Mei menurut data Amspec Agri.
  • Harga sawit didorong naik karena hasil yang berkurang karena cuaca buruk dan kekurangan pekerja di bulan Mei dibandingkan bulan April.
  • Harga minyak sawit sempat turun 3.4% setelah Indonesia mengumumkan kenaika harga referensi untuk pajak ekspor di bulan Juni menjadi $1,223.90 per ton.
  • Berarti pajak ekspor untuk minyak sawit di bulan Juni naik $183 per ton,sementara biaya restribusi tidak berubah $255 per ton.
  • Ekspor minyak sawit Malaysia naik 1.6% dari bulan April menjadi 1.42 juta ton turun dari kenaikan 37% pada tanggal 1-10 Mei menurut data Amspec Agri.
  • Harga sawit didorong naik karena hasil yang berkurang karena cuaca buruk dan kekurangan pekerja di bulan Mei dibandingkan bulan April.
  • Import kedelai Cina di bulan April naik 11% dari tahun lalu pada bulan yang sama naik karena adanya pengiriman dari Brazil yang masih tertunda. Cina produsen kedelai terbesar dunia membeli 7.45 juta ton kedelai di bulan April naik dari 6.714 juta ton di tahun lalu, menurut General Administration of Customs data.
  • Hasil panen akan berkurang karena kekurangan pekerja pada saat panen, kekurangan pekerja mempengaruhi hasil panen dan terlebih lagi pada bulan Mei ini.

Kekurangan pekerja :

Industri sawit mengalami kekurangan pekerja karena pandemi Covid-19, sehingga produksi berkurang di Malaysia negara produsen minyak sawit terbesar ke dua di dunia. Diperkirakan industri sawit mengalami kekurangan tenaga kerja sebesar 30%.

Industri sawit berusaha untuk menarik penduduk sekitar untuk memanen sawit, namun 60% mengajukan diri untuk berhenti untuk waktu yang tidak dapat ditentukan.

Pemerintah Malaysia sudah menyetujui untuk kembalinya 32,000 pekerja asing ke ladang sawit tapi pengembalian ini mengalami kendala karena peningkatan kasus virus covid yang baru.

Faktor penggerak penurunan harga minyak sawit

  • Persediaan minyak sawit Malaysia di bulan Mei naik 6.3% pada bulan ini tertinggi 8 bulan menjadi 1.64 Juta ton, produksi naik. Produksi minyak sawit Malaysia, negara produsen terbesar ke dunia di dunia naik 3.4% menjadi 1.58 juta ton, sementara ekspor naik 0.9% menjadi 1.35 juta ton
  • Pemerintah Indonesia mengurangi biaya restribusi yang tinggi selama 5 bulan lalu sehingga mengurangi permintaan. Biaya restribusi sebelumnya sebesar $55 per ton menjadi antara $55 -$255 perton, untuk bulan Juni sebesar $255 yang sudah berjalan 5 bulan berturut-turut.
  •  Konsumsi biodiesel Indonesia turun 8.2% pada empat bulan pertama 2021 dibanding tahun lalu pada periode yang sama, akibat berkurangnya pergerakan transportasi selama pandemi.
  • Program baru yang diberikan pemerintah Malaysia membuat produksi dapat sawit dapat meningkat lagi sehingga pemerintah memperkirakan target ekspor minyak sawit sebesar 75 milyar ringgit pada tahun ini karena program baru yang diberikan.
  • Program tambahan baru tersebut adalah memberikan 20 juta ringgit kepada 65 perusahaan perkebunan sawit yang sustainable (KPSM) dan tambahan 30 juta ringgit untuk mendorong investasi mesin-mesin dan otomatisasi penanaman minyak sawit.
  • Pada hari Selasa di Malaysia dimulai lockdown dua minggu untuk mencegah penyebaran virus covid-19. Pabrik dan jasa penting termasuk ketersediaan pasokan minyak sawit masih bisa berjalan, namun lockdown ini sangat mempengaruhi perekonomian.
  • Perkebunan minyak sawit masih diijinkan untuk dibuka sementara pabrik-pabrik diijinkan berjalan dengan kapasitas yang lebih kecil.
  • Ekspor minyak sawit Malaysia dari 1-31 Mei 2021 turun 1.2% dari bulan lalu menjadi 1,395, 791 metrik ton, menurut cargo surveyor SGS (Malaysia) Bhd. Pada hari Selasa.
  • Program ini untuk mendorong pembelian mesin dan mekanisasi di industri komoditas, pemerintah menginginkan KPSM terlibat didalam hal ini supaya dapat meningkatkan pendapatan.
  • Harga minyak kedelai turun pada hari Rabu ke harga terendah satu bulan, karena turun hujan di ladang kedelai di AS. Harga minyak kedelai pada perdagangan pasar Asia siang hari turun 0.3%.
  • Perkiraan pasar bahwa produksi pada bulan Juni, Juli sampai September akan meningkat.
  • Harga minyak sawit terdorong turun karena turunnya harga minyak kedelai di Chicago Board of Trading (CBOT) karena turunnya harga minyak mentah sehingga harga produk energi menurun.
  • Produksi minyak sawit di bulan Mei juga diperkirakan akan menurun karena lockdown di Malaysia, yang akan menyebabkan harga minyak sawit meningkat namun kemungkinan kenaikan harga akan dibatasi oleh kenaikan inflasi di AS dan Cina.
  • Perkiraan ekspor minyak sawit Malaysia dari 1 sampai 20 Mei naik 16% dari bulan lalu pada periode yang sama, menurut AmSpec Agri Malaysia ternyata tidak terjadi karena pada hari Jumat laporan ekspor menurun ke kenaikan 4.6% karena terjadi penurunan permintaan dari negara pembeli terbesar India, Cina dan Uni Eropa.
  • Harga minyak sawit turun karena turunnya harga minyak kedelai di Chicago Board of Trade (CBOT) karena progress penanaman kedelai yang lebih cepat dari rata-rata.
  • Persediaan akhir dari minyak sawit diperkirakan akan naik pada bulan Mei karena ekspor yang menurun sementara produksi bertambah.
  • Malaysia menetapkan pajak ekspor pada bulan Juni masih tetap 8% namun harga referensinya naik menjadi 4,627.40 ringgit per ton menurut the Malaysian Palm Oil Board (MPOB).
  • India pembeli terbesar minyak sawit di dunia, menurunkan pembeliannya karena pandemi covid.
  • Impor minyak sawit dari Uni Eropa di 2020/21 turun menjadi 4.61 juta ton dari 5.07 juta ton pada tahun lalu menurut European Commission pada hari Senin.
  • Persediaan minyak sawit Malaysia naik 7.1% dari bulan lalu mencapai tertinggi 5 bulan menjadi 1.55 juta ton karena peningkatan dari produksi.
  • Data MPOB bahwa konsumsi domestik sebesar 50,000 ton sangat sedikit dibanding perkiraan pasar sebesar 240,000 – 362,000 ton.
  • Impor minyak sawit India akan berkurang di bulan Mei dan Juni karena di beberapa negara bagian di India menutup hotel dan restoran untuk mencegah berjangkitnya virus Corona. India adalah negara pengimpor minyak nabati terbesar di dunia.
  • Penyebaran virus corona di India, negara importir minyak sawit terbesar di dunia mencapai 20 juta pada hari Selasa sehingga permintaan minyak sawit dari negara ini berkurang.
  • Uni Eropa pembeli terbesar ke tiga dari minyak sawit Malaysia mengimpor 4.23 juta ton di 2020/21 turun 4.55 juta ton dari tahun lalu, menurut European Commission.
  • Sementara data di Indonesia negara produsen minyak sawit terbesar di dunia persediaan pada bulan Februari sebesar 4.04 juta ton menurut Indonesian Palm Oil Association (GAPKI ) pada hari Jumat.

Kesimpulan :

Pada minggu pertama di awal Juni harga minyak sawit masih mengalami penurunan karena laporan persediaan diperkirakan akan meningkat akibat naiknya produksi dan berkurangnya ekspor. Kepastian dari persediaan dan permintaan minyak sawit dinantikan pedagang dari Laporan Persediaan dan permintaan bulanan yang akan diumumkan pada hari Kamis 10 Juni nanti.

Kecendrungan naiknya harga minyak sawit karena mengikuti kenaikan minyak kedelai dimana pengaruh persediaan minyak kedelai global diperkirakan turun karena cuaca kering di AS sedangkan permintaan minyak nabati menurun karena turunnya harga minyak mentah akibat pandemi covid yang berlangsung di beberapa negara membuat lockdown berlangsung kembali dan menurunnya pertumbuhan ekonomi yang dapat membawa penurunan permintaan akan komoditas.

Pemerintah Malaysia memberlakukan lockdown penuh, sejak hari Selasa hal ini dapat mengurangi produksi minyak sawit di Malaysia dan juga permintaan biodiesel atau bensin juga menurun, karena tidak ada pergerakan.

Sementara ekspor akan berkurang karena pembeli terbesar India masih dilanda pandemi covid sehingga tidak melakukan ekspor minyak sawit, dan juga dari Eropa permintaan menurun.

Analisa tehnikal untuk minyak sawit support pertama di 3,970 ringgit dan berikut ke 3,850 ringgit sedangkan resistant pertama di 4,200 ringgit dan berikut ke 4,320 ringgit.

Loni T / Senior Analyst Vibiz Research Centre Division, Vibiz Consulting

Editor : Asido.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here