(Vibizmedia – Commodity) – Harga minyak sawit masih mengalami kenaikan terus pada minggu lalu, karena ekspor Malaysia masih meningkat dan juga turunnya pajak impor India.
Untuk Indonesia turunnya pajak impor India dan biaya restribusi dan pajak ekspor membuat permintaan akan minyak sawit Indonesia meningkat dari India.
Pada hari Senin kembali terjadi kenaikan harga minyak sawit sehingga harganya pada hari Senin di Bursa Malaysia Derivatives Exchange ditutup naik 95 ringgit atau 2.51% menjadi 3,884 ringgit ($935,00) per ton mencapai harga tertinggi sejak 10 Juni.
Sementara itu melihat pergerakan harga minyak sawit minggu pertama di bulan Juli dari tanggal 28 Juni – 2 Juli 2021, Kenaikan harga pada seminggu ini sebesar 7.6 % harga minyak sawit mengalami kenaikan karena diperkirakan India akan menaikkan impor minyak sawitnya setelah menurunkan pajak impornya.
Volume transaksi 49,807 lot dan volume terbuka 233,852 kontrak.
Harga CPO di pasar fisik pada bulan Juli naik 80 ringgit menjadi 3,980 ringgit per ton.
Data perkiraan Pasar minyak sawit bulan Juni:
- Persediaan minyak sawit Malaysia diperkirakan naik untuk 4 bulan berturut-turut, persediaan naik 7.5% dari akhir Mei menjadi 1.69 juta ton, perkiraan dari 7 pemilik perkebunan sawit yang dikumpulkan oleh Reuters.
- Hasil panen naik 7 % dari bulan lalu menjadi 1.68 juta ton, kenaikan 4 bulan berturut-turut dan mencapai jumlah tertinggi sejak Oktober tahun lalu.
Ekspor juga meningkat dari bulan lalu naik 10% menjadi 1.39 juta ton. - Di bulan Juli ini produksi masih meningkat walaupun kekurangan pekerja karena pandemi covid.
- Permintaan dari India diperkirakan akan meningkat dari setelah India menurunkan pajak import untuk CPO dan produk minyak nabati lain sehingga menarik importir India untuk membeli minyak sawit kembali.
- Indonesia juga sudah menurunkan biaya restribusi ekspor dan pajak ekspor di bulan Juli sehingga harga minyak sawit Indonesia dapat bersaing dengan Malaysia.
Pasar menantikan Laporan Persediaan dan Permintaan dari The Malaysian Palm Oil Board yang akan diumumkan pada Senin 12 Juli 2021.
Pergerakan harga minyak sawit pada seminggu lalu :
- Harga minyak sawit September pada hari Jumat 2 Juli 2021 di Bursa Malaysia Derivatives exchange naik 79 ringgit (2.129%) menjadi 3,789 ringgit per ton
- Harga minyak sawit September pada hari Kamis 1 Juli 2021 di Bursa Malaysia Derivatives Exchange naik 115 ringgit atau 3.20% menjadi 3,714 ringgit ($893.54) per ton.
- Harga minyak sawit September pada penutupan pasar hari Rabu 30 Juni 2021 di Burasa Malaysia Derivatives Exchange naik 44 ringgit atau 1.24% menjadi 3,597 ringgit ($866.75) per ton, harga penutupan tertinggi sejak 11 Juni.
- Harga minyak sawit September pada penutupan pasar hari Selasa 29 Juni 2021 naik 46 ringgit atau 1.3% menjadi 3,552 ringgit ($855.90) per ton.
- Harga minyak sawit September pada hari Senin 28 Juni 2021 di Bursa Malaysia Derivatives Exchange ditutup turun 19 ringgit atau 0.54% menjadi 3,501 ringgit ($845.04) per ton. Pada perdagangan pagi harga sempat turun 2.8%.
Faktor yang menggerakkan harga minyak sawit di Bulan Juni:
- India pada hari Rabu, 30 Juni 2021 menyatakan telah membebaskan untuk import minyak sawit olahan selama enam bulan.
- Pada awal minggu pajak impor dari minyak sawit India diturunkan 41.25%. Indonesia juga menurunkan harga referensi dari Crude Palm Oil menjadi $1,094.15 per ton pada hari Rabu.
- Pada minggu lalu harga naik 2.8% kenaikan pertama dalam 3 minggu.
- The Southern Peninsula Palm Oil Millers Association memperkirakan produksi selama 1 -25 Juni naik 6% dari bulan sebelumnya, turun dari kenaikan 13% pada 1 -20 Juni.
- Kantor Berita “Bernama “ melaporkan bahwa Pemerintah Malaysia diperkirakan akan melanjutkan lockdown setelah hari Senin untuk mencegah penyebaran virus Covid-19, berita ini akan membuat konsumsi minyak nabati berkurang.
- Pada minggu lalu, the US Supreme Court memberi kemudahan bagi kilang minyak kecil untuk tidak melakukan undang-undang yang mengharuskan mereka untuk memadukan etanol atau biofuel ke dalam produk mereka, sehingga hal ini membuat produsen biofuel kecewa.
- Para trader menantikan laporan ekspor 1 -30 Juni pada hari Rabu, diperkirakan pengiriman naik 6.5% dari bulan lalu, sementara laporan ekspor pada minggu lalu menunjukkan peningkatan ekspor Malaysia dari 1-25 Juni naik 3.35% dari bulan lalu menjadi 1.14 juta dari 1.10 juta ton pada 1- 25 Mei menurut Intertek Testing Services dan ekpor Malaysia dari 1 -25 Juni naik 6.03% dari bulan lalu menjadi 1.17 juta ton dari 1.1 juta ton pada bulan Mei menurut Amspecs Malaysia.
- Biaya restribusi ekspor minyak sawit Indonesia yang baru berlaku mulai 2 Juli demikian diumumkan Estate Crop Fund Agency pada hari Selasa turun dari $255 per ton menjadi $175 per ton. Penurunan biaya restribusi tidak akan mengganggu bahwa pemerintah Indonesia tetap akan mendukung mandat dari penggunaan biodiesel.
- Harga minyak sawit akan ada di range 3,500-3,800 ringgit per ton dalam 3 bulan ke depan karena peningkatan produksi hanya meningkat sementara ekspor diperkirakan akan meningkat menurut the Malaysian Palm Oil Council (MPOC).
- Permintaan meningkat untuk pengiriman pada bulan Juni dan juga Juli terutama untuk CPO dan Olein, peningkatan permintaan membuat harga minyak sawit naik.
- Harga minyak sawit sempat naik karena Cina akan meningkatkan import pada kuartal ke 4 di 2021 dan kuartal ke 1 2022, didahului dengan perkiraan akan naiknya permintaan pada kuartal ke 3 tahun ini.
- Pajak ekspor Malaysia, negara produsen minyak sawit ke dua di dunia tetap 8% pada bulan Juli.
- Kekhawatiran kekurangan pekerja yang bisa menggerakan naiknya harga:
Harga minyak sawit diharapkan akan naik karena produksi minyak sawit Malaysia diperkirakan akan turun dan kekurangan pekerja akibat lockdown selama pandemi covid di Malaysia. - Pandemi covid -19 yang berlangsung di Malaysia membuat berkurangnya pekerja di ladang sawit di Malaysia sehingga mengurangi produksi dari minyak sawit.
- Di Malaysia sudah melewati dua minggu pertama lockdown sejak 2 Juni dan lockdown tersebut akan diperpanjang sampai akhir Juni, dimana industri yang tidak penting akan ditutup, sehingga penerimaan pekerja asing ditunda karena pandemi covid gelombang ke tiga ini.
- Hal ini membuat perkebunan sawit kekurangan tenaga kerja sehingga produksi bisa berkurang antara 20 – 30% dari 40% area perkebunan sawit menurut Chief the Malaysian Palm Oil Association. Produksi berkurang terutama untuk perkebunan sawit yang kecil.
- Produksi tahun ini diperkirakan berkurang terutama pada tahun dimana panen dimulai sejak Juli dan seterusnya sehingga pada semester kedua perkiraan produksi sawit akan berkurang melanjutkan penurunan dari semester satu dimana produksi Januari – Mei lebih kecil 6 % dari tahun lalu.
- Para pekerja diperkebunan sawit Malaysia 70% adalah pekerja asing.
- Produksi sawit Malaysia diperkirakan turun menjadi 19 juta ton tahun ini, dibawah tahun 2020 sebesar 19.14 juta ton, sebelum pandemi produksi bisa mencapai 40 juta ton.
- Padahal pemerintah Malaysia sudah menyetujui penggunaan 32,000 pekerja asing namun hal ini tidak bisa dilakukan karena pandemi covid-19.
- Kerugian yang terjadi bagi petani sebesar 1 milyar ringgit (USD243 juta) perbulan pada tahun lalu karena kurangnya produksi, pada tahun ini diperkirakan bisa kekurangan 1.2 – 1.5 milyar ringgit per bulan karena naiknya harga minyak sawit dan kekurangan pekerja.
- Pajak ekspor Malaysia, negara produsen minyak sawit ke dua di dunia tetap 8% pada bulan Juli.
Kesimpulan :
Pengharapan akan kenaikan ekspor ke India meningkat lagi sehingga membuat harga minyak sawit akan naik lagi pada minggu ke 2 bulan Juli, tetapi halangan yang terjadi adalah pengurangan penggunaan minyak sawit untuk biodiesel dan konsumsi sendiri selama lockdown juga berkurang. Pergerakan harga minyak sawit juga akan mengikuti pergerakan harga minyak nabati saingannya, yaitu minyak kedelai dan juga pergerakan dari harga minyak mentah.
Analisa tehnikal untuk minyak sawit support pertama di 3,570 ringgit dan berikut ke 3,450 ringgit sedangkan resistant pertama di 3, 900 ringgit dan berikut ke 3,950 ringgit.
Loni T / Senior Analyst Vibiz Research Centre Division, Vibiz Consulting
Editor : Asido.