(Vibizmedia – commodity) – Harga minyak sawit naik pada awal minggu pertama sudah naik kembali, mengakhiri penurunan pada periode sebelumnya setelah Malaysian Palm Oil Board mengatakan persediaan berkurang.
Pada hari Selasa harga CPO 07 Desember 2021 naik ke tertinggi satu minggu turunnya hasil panen minyaksawit.
Harga minyak sawit Februari 2020 Di Bursa Malaysia Derivatives Exchange naik 181 ringgit atau 3.81% menjadi 4,931 ringgit ($1,165.72) per ton, harga tertinggi sejak 22 Nopember.
Harga CPO di pasar fisik kontrak Desember naik 100 ringgit menjadi 5,380 ringgit per ton.
Setelah pada hari Senin naik 0.6% pada hari Senin, persediaan minyak sawit Malaysia Nopember turun 3.5% dari bulan lalu ke empat bulan terendah 1.77 juta ton menurut survey Reuters hari Senin.
Ekspor minyak sawit Malaysia ke Cina turun karena Cina menghentikan pembelian minyak sawit dan India menaikan pembelian di Oktober dan Nopember
Pada hari Senin 6 Desember, Harga minyak sawit Februari di Bursa Malaysia Derivatives Exchange naik 101 ringgit atau 2.17% menjadi 4,751 ringgit ($1,123.17) per ton setelah naik 3.9% pada sesi sebelumnya.
Laporan MPOB (the Malaysian Palm Oil Board)
- Persediaan minyak sawit pada akhir Nopember turun 3.5% dari bulan lalu ke jumlah terendah empat bulan menjadi 1.77 juta ton, menurut survey reuters
- Produksi naik 1% dari Oktober menjadi 1.74 juta ton, sementara ekspor diperkirakan naik 11.9% menjadi 1.59 juta ton.
- Persediaan bulan Nopember turun dari bulan lalu, berlawanan dengan rata-rata naik 4% selama 10 tahun.
Laporan Persediaan dan Permintaan Nopember akan dilaporkan pada 10 Desember pada hari Jumat.
Harga minyak mentah kembali naik pada hari Senin, karena perkiraan bahwa virus covid varian Omicron memberikan gejala yang ringan, sehingga kekhawatiran berkurang. Kenaikan harga minyak mentah membuat harga minyak sawit kembali naik karena permintaan biodiesel sebagai pengganti bahan bakar akan meningkat.
Review pergerakan pasar minyak sawit selama bulan Nopember, harga minyak sawit mengakhiri bulan Nopember dengan turun 7,04%, turun setelah 2 bulan berturut-turut naik , Harga tertinggi pada bulan Nopember terjadi pada awal Nopember tanggal 3 Nopember setelah itu harga minyak sawit mengalami penurunan terus sampai pada 30 Nopember harga terendah 3 minggu sejak 9 Nopember 2021.
Harga minyak sawit tidak bertahan pada harga tertinggi diatas 5,000 ringgit, karena terpukul karena kekhawatiran akan penularan virus covid varian Omicron yang diperkirakan akan menyebar cepat, membuat harga komoditi turun semua pada akhir bulan walaupun secara tren mereka masih akan naik.
Penyebaran virus covid Varian Omicron sudah ditemukan di Australia, Denmark, Perancis dan Belanda, dan negara-negara tersebut mempertimbangkan untuk memperketat pemeriksaan perjalanan ke luar negeri dan masuk ke negara tersebut.
Jepang sudah menutup perbatasannya untuk orang asing, kemudian Israel juga melakukannya untuk mencegah masuknya virus covid omicron ini.
Sedangkan Dokter-dokter di Afrika selatan setelah memeriksa orang-orang yang sudah terjangkit mengatakan bahwa symtom dari virus ini sangat ringan
Setelah berita dari dokter-dokter dari Afrika maka harga komoditas kembali naik.
Pergerakan harga minyak sawit selama Bulan Nopember :
Harga minyak sawit Januari pada hari Rabu 03 Nopember di Bursa Malaysia Derivatives Exchange naik 2.07% menjadi 5,073 ringgit ($1,221.82) per ton, mencapai harga tertinggi 2 minggu.
Harga minyak sawit Februari pada hari Selasa 30 Nopember di Bursa Malaysia Derivatives Exchange turun 185 ringgit atau 3.81% menjadi 4,672 ringgit ($1,112.38) per ton harga terendah sejak 5 Oktober. Harga minyak sawit turun ke terendah harian sejak 17 September.
Pasar menantikan Laporan Bulanan Persediaan dan Permintaan bulan Nopember pada hari Jumat 10 Desember 2021.
Faktor-faktor yang menggerakan harga minyak sawit pada bulan Nopember:
- Harga minyak mentah terus meningkat dan pada hari Selasa harganya naik sampai 5% di awal Desember.
- Harga minyak kedelai mencapai puncaknya pada bulan Nopember karena persediaan kedelai berkurang, dan permintaan minyak kedelai meningkat di akhir tahun karena harganya lebih murah dan tidak beku pada saat perjalanan pengiriman karena musim dingin
- Pada bulan Nopember produksi dari beberapa perkebunan produksi buah sawit turun dan hujan lebat. Diperkirakan produksi Nopember turun 3.8% menjadi 1.66 juta ton dari bulan lalu. Persediaan turun 2.9% menjadi 1.78 juta ton.
- Faktor yang membuat harga minyak sawit rally di bulan Oktober dan awal Nopember turun di akhir bulan karena virus covid varian Omicron yang ditemukan di Afrika dikhawatirkan akan menyebar ke seluruh dunia, namun kekhawatiran tersebut hanya berlangsung satu minggu saja sehingga harga minyak sawit melonjak kembali, karena ditemukan bahwa gejala penderita hanya ringan saja seperti flu biasa.
Kesimpulan :
- Harga minyak sawit masih bisa naik kembali pada bulan Desember, karena persediaan diperkirakan akan berkurang, produksi masih belum meningkat, karena para pekerja asing belum masuk kembali ke perkebunan.
- Ekspor Malaysia bisa meningkat terutama untuk CPO karena harganya lebih murah dan Indonesia tidak mengekspor CPO. India menginginkan membeli CPO.
- Ekspor minyak sawit olahan Indonesia meningkat terutama ke negara Pakistan.
- Namun yang bisa membuat harga minyak sawit turun adalah terlalu tingginya harga membuat para pembeli beralih ke minyak nabati lainnya sehingga permintaan berkurang.
- Pasar sedang menantikan Laporan bulanan Persediaan dan Permintaan Minyak Sawit dari the Malaysian Palm Oil Board pada tanggal 10 Desember 2021, dan juga Laporan Bulanan Perkiraan Persediaan dan Permintaan WASDE – USDA pada tanggal 9 Desember 2021, yang akan mempengaruhi harga minyak kedelai.
Analisa tehnikal untuk minyak sawit dengan support pertama di 4,740 ringgit kemudian ke 4,680 ringgit sedangkan resistant pertama di 4,930 ringgit kemudian ke 4,950 ringgit.
Loni T / Senior Analyst Vibiz Research Centre Division, Vibiz Consulting