Masa Depan Pertanian: Mengapa Indonesia Membutuhkan Generasi Petani Muda?

0
454
Petani Muda
Ilustrasi petani muda menggunakan teknologi

(Vibizmedia-Kolom) Seiring dengan permintaan yang tidak pernah berhenti akan nutrisi yang perlu kita konsumsi, menjadikan pertanian sebagai salah satu industri yang paling penting di dunia. Berdasarkan current world population worldometers.info, saat ini penduduk dunia sebanyak 8,16 miliar orang. Indonesia sendiri menduduki peringkat keempat dunia terbanyak dengan jumlah 283,7 juta orang. Keadaan ini menjadi perhatian, mengingat, pertanian merupakan sektor krusial di Indonesia, tetapi jumlah petani muda terus menyusut.

Komposisi Petani Berdasarkan Umur
Sumber: BPS, Juli 2023

Dari tabel ini terlihat proporsi petani generasi Z termasuk terendah berada pada kisaran 2,14% dari populasi. Petani muda, merujuk pada generasi muda yang terlibat aktif dalam kegiatan pertanian, umumnya berusia antara 25-44 tahun. Indentik dengan generasi milenial dan generasi Z yang punya karakteristik dan nilai-nilai yang berbeda dengan generasi sebelumnya.

Sementara, petani muda punya peran yang sangat penting dalam masa depan pertanian. Membawa semangat baru, inovasi, dan perspektif yang berbeda dalam mengembangkan sektor pertanian yang lebih modern, efisien, dan berkelanjutan.

Fenomena yang terjadi

Generasi milenial dan generasi Z cenderung tidak mau karena enggan bekerja di panas-panasan, bekerja keras di ladang, dan lain sebagainya. Ditambah lagi, akses informasi di era saat ini yang memungkinkan para milenial dengan efford yang sedikit mendapatkan pekerjaan atau skill dengan pendapatan lebih besar dari bertani.

Para petani dan orang tua generasi muda juga melihat adanya risiko yang sangat besar dari bertani, seperti gagal panen, kelangkaan pupuk, hama tanaman dan cuaca yang tidak pasti. Mayoritas keluarga petani memilih sekolahkan anaknya ke perguruan tinggi agar memperkecil kemungkinan mereka untuk terjun di dunia pertanian.

Meski sering dianggap sebagai sektor tradisional, memenuhi kebutuhan pangan dalam negeri, mampu mengurangi ketergantungan pada produk impor bahkan mampu menjual hasil pertanian ke pasar internasional, sehingga devisa negara dapat dialokasikan untuk sektor lain. Selain itu, produksi pangan yang stabil membantu menjaga inflasi tetap terkendali, menciptakan iklim investasi yang kondusif.

Beberapa produk pertanian, seperti kopi, kakao, kelapa sawit, dan buah-buahan tropis menjadi komoditas ekspor yang penting, menghasilkan devisa bagi negara. Pertanian itu sendiri, menyerap tenaga kerja dalam jumlah besar, terutama di daerah pedesaan sehingga terciptalah lapangan kerja dan juga meningkatkan daya beli masyarakat.

Sebaran Usaha Pertanian Perorangan (UTP) di Indonesia
Sumber: BPS, Juli 2023

Sebaran Usaha Pertanian Perorangan (UTP) di Indonesia berdasarkan tabel ini, jumlah terbanyak lebih dari 1 juta unit ada di Provinsi Sumatera Utara, Jawa Timur, dan Sulawesi Selatan.

Dengan adanya pertanian, suatu negara dapat mencapai ketahanan pangan, yaitu kondisi di mana seluruh penduduk memiliki akses yang cukup atas pangan yang aman, bergizi, dan memadai untuk menjalani kehidupan yang aktif dan sehat.

Ekspor pertanian merupakan salah satu pilar penting dalam meningkatkan devisa negara. Dengan menjual hasil pertanian ke pasar internasional, negara tidak hanya memperoleh pendapatan dalam bentuk mata uang asing, tetapi juga memperkuat posisi tawar di kancah perdagangan global.

Potensi Pertanian Indonesia

Sebaran UTP
Sumber: BPS, Juli 2023

Dari tabel ini, sebaran UTP paling banyak ada terdapat di Provinsi Jawa Timur sebanyak 5,68 juta unit meski turun 8,08%, jika dibandingkan tahun 2013.

Usaha pertanian perorangan (UTP) merupakan tulang punggung sektor pertanian di Indonesia. Petani yang mengelola lahan mereka secara mandiri, baik itu lahan sawah, ladang, atau kebun. Meski skala usahanya relatif kecil, namun kontribusinya terhadap produksi pangan nasional sangat besar.

Pada tahun 2023, Usaha Pertanian Perorangan di Indonesia secara keseluruhan berkontribusi sekitar 12-14% terhadap PDB Indonesia dan menyerap lebih dari 30% tenaga kerja sektor pertanian pada tahun 2023, yang mayoritas petani perorangan, berdasarkan data BPS tahun lalu. Usaha pertanian perorangan juga penting dalam produksi pangan, khususnya komoditas seperti padi, jagung, sayuran, dan buah-buahan.

Meskipun menghadapi berbagai tantangan seperti akses modal dan teknologi, usaha pertanian perorangan tetap menjadi backbone ketahanan pangan nasional. Beberapa produk pertanian yang dihasilkan oleh petani perorangan, seperti kopi, kakao, dan rempah-rempah, berkontribusi terhadap ekspor pertanian Indonesia. Meskipun kontribusi langsung usaha perorangan terhadap total ekspor mungkin tidak sebesar perusahaan besar, produk mereka tetap signifikan dalam rantai pasok global.

Secara keseluruhan, usaha pertanian perorangan tetap menjadi pilar utama dalam ekonomi pedesaan dan memiliki kontribusi penting dalam pertumbuhan ekonomi, ketahanan pangan, dan kesejahteraan sosial di Indonesia.

Ekosistem Petani Muda
Jalan untuk mendorong regenerasi terletak pada revitalisasi status quo ekosistem pertanian saat ini. Revitalisasi sistem harus dibuat ramah terhadap generasi muda; memenuhi tuntutan dan kebutuhan generasi muda saat ini untuk bertahan dan berkembang di dalam sektor pertanian.

Beberapa ciri utama generasi muda saat ini-para Gen Z dan milenial, yakni: work-life balance, generasi digital, dan empati sosial global. Terlahir di tengah gejolak ekonomi, Gen Z dan Milenial mendambakan keamanan dalam karier mereka. Mereka tidak hanya ingin mencapai kepuasan, tetapi juga stabilitas dalam pekerjaan mereka, juga perlu memegang kendali, tidak dibatasi, dan diberikan fleksibilitas untuk memaksimalkan potensi mereka. Dengan kata lain, keseimbangan antara pekerjaan dan kehidupan pribadi atau work-life balance merupakan hal yang penting bagi Gen Z.

Aksi stimulan

Transformasi ekosistem pertanian saat ini, perlu memperhatikan lebih banyak insentif dan kesejahteraan bagi para petani, serta tidak terlalu padat karya dalam prosesnya. Generasi milenial, Gen Z adalah penduduk asli dari era teknologi dan digitalisasi yang berkembang pesat. Penguasaan teknologi telah menjadi suatu keharusan bagi mereka untuk berkembang di dunia saat ini.

Hasilnya tidak hanya membuat pertanian tidak terlalu menuntut fisik, tetapi juga meningkatkan kualitas hasil panen melalui precision farming, metode pertanian yang memanfaatkan teknologi canggih untuk meningkatkan efisiensi dan produktivitas pertanian sehingga produk yang dihasilkan lebih kompetitif di pasar.

Beberapa contoh teknologi yang digunakan dalam precision farming: global positioning system (GPS), sensor tanah dan tanaman, sistem irigasi cerdas, peta hasil panen dan drones dan remote sensing.

Penggunaan teknologi-teknologi ini dalam pertanian presisi tidak hanya meningkatkan produktivitas tetapi juga membantu dalam pengelolaan sumber daya yang lebih berkelanjutan, yang penting untuk menghadapi tantangan pertanian modern dan menarik minat Gen Z dan Milenial untuk terlibat didalamnya.

Dengan kata lain, membangun narasi dan ekosistem mumpuni untuk menjadikan pertanian sebagai pilihan karir yang bonafide, tidak hanya untuk Gen Z, tetapi juga untuk Generasi Alfa yang akan datang dan seterusnya. Kondisi ideal seperti ini hanya dapat dibangun melalui tindakan kolaboratif dan terpadu yang ditujukan untuk secara continue menyesuaikan kondisi ekosistem pertanian dengan tuntutan dan kebutuhan masa depan yang terus berubah.

Penggunaan precision farming atau pertanian presisi memang menjadi salah satu kunci untuk menarik minat generasi Z pada sektor pertanian. Generasi yang akrab dengan teknologi dan inovasi ini, akan melihat pertanian sebagai industri yang modern dan menarik, bukan sekadar pekerjaan tradisional.

Pertanian presisi berpotensi menarik minat generasi Z. Dengan dukungan pemerintah, swasta, dan masyarakat, pertanian presisi dapat menjadi solusi untuk meningkatkan produktivitas, efisiensi, dan keberlanjutan pertanian.

Untuk itu, perlu adanya literasi pertanian sejak dini agar menumbuhkan minat dan kesadaran akan pentingnya sektor pertanian dan mengintegrasikan materi pertanian ke dalam kurikulum sekolah mulai dari tingkat dasar hingga perguruan tinggi.