(Vibizmedia – Economy & Business) Sebagian besar saham AS dan Eropa menguat, sementara dolar merangkak naik, dan bitcoin mempertahankan rekor tertingginya pada Senin (11/11), setelah para traders mengamati peristiwa -peristiwa yang terjadi di AS dan China.
Sementara itu, pasar saham China ditutup bervariasi, dan harga minyak merosot karena rencana terbaru negara itu untuk menstimulasi ekonominya tidak sesuai ekspektasi.
Ketiga indeks saham utama Wall Street berada di zona hijau saat pasar dibuka. “Reli pascapemilu AS pekan lalu belum berhenti,” kata analis Briefing.com Patrick O’Hare.
Saham-saham menguat pekan lalu, di tengah harapan bahwa pemerintahan Donald Trump mendatang, dengan sokongan Kongres AS yang dikuasai Partai Republik, akan mendorong sejumlah kebijakan yang ramah bisnis, termasuk deregulasi dan pemotongan pajak. Hal ini meredakan kekhawatiran pasar akan kemungkinan terjadinya perang dagang.
Namun, O’Hare mengatakan tidak ada perkembangan baru yang mendorong kenaikan tersebut.
“Pada dasarnya, ini adalah pengaruh dari berita ‘lama’ terkait hasil pemilu yang masih mendorong perdagangan karena adanya momentum, dan ada perasaan takut ketinggalan jika (saham) terus naik,” katanya.
Pemangkasan suku bunga AS oleh Federal Reserve (The Fed) juga turut mempertahankan rekor tinggi ini pekan lalu.
Para pejabat The Fed menolak memberikan informasi lebih lanjut hingga proyeksi terbaru dipersiapkan untuk rapat yang dijadwalkan pada bulan Desember, tapi pasar masih berharap The Fed akan menurunkan suku bunga lagi.
“Jika penurunan suku bunga The Fed terus berlanjut seperti yang diharapkan, maka kita dapat melihat sentimen positif lebih lanjut pada saham-saham AS,” kata Daniela Sabin Hathorn, analis pasar senior di Capital.com.
Saham-saham Eropa mencatat kenaikan yang solid pada penutupan pasar.
“Pasar Eropa menikmati awal pekan yang optimis. Ketidakpastian seputar hubungan dagang mereka dengan AS tampaknya telah mereda,” kata Joshua Mahony, analis di pedagang Scope Markets.
Sementara itu, situasi di China tidak terlalu menggembirakan, setelah Beijing pada Jumat (8/11) menyatakan mereka akan meningkatkan plafon utang lokal, tetapi tidak mengumumkan langkah-langkah baru untuk mendorong pertumbuhan ekonomi.
Harapan baru muncul sepanjang pekan lalu, bahwa para pejabat negara itu berencana memberikan stimulus besar-besaran, yang dianggap semakin krusial setelah data yang dirilis pada Minggu (10/11) menunjukkan bahwa inflasi di China melambat bulan lalu dan lebih rendah dari perkiraan.
Otoritas setempat pada akhir September mulai mengeluarkan serangkaian kebijakan yang bertujuan untuk menghidupkan kembali ekonomi China yang lesu sejak dicabutnya aturan ketat untuk memerangi pandemi COVID-19 pada akhir 2022.
Kebijakan-kebijakan tersebut di antaranya adalah pemotongan suku bunga dan pelonggaran langkah-langkah pembelian rumah, karena para pemimpin negara itu berupaya mengatasi krisis besar di sektor properti di sana.
Para pengamat mengatakan ada kekhawatiran mengenai dampak dari tarif yang direncanakan Trump. Menurutnya, pemberlakuan tarif itu akan dikhususkan kepada China, yang memicu spekulasi soal perang dagang lain antara negara-negara berkekuatan ekonomi besar.
Kepala riset perusahaan broker Pepperstone Group Chris Weston mengungkapkan, Beijing mungkin telah mengantisipasi isu tersebut dalam pengumumannya sebelum akhir pekan lalu.
“Banyak pihak yang merasa China menyimpan strateginya saat negosiasi tarif antara Trump dan China terjalin, sehingga mereka dapat merespons dengan cara yang lebih tepat untuk membendung dampak negatif ekonomi yang mungkin terjadi,” katanya.
Ada pula risiko pelemahan pasar saham dan yuan China dalam jangka pendek, tambah Weston.
Di pasar kripto, Bitcoin mencapai level tertingginya sepanjang masa, yaitu di atas $84.000, pada Senin (11/11) karena timbulnya optimisme bahwa Trump akan melonggarkan peraturan seputar mata uang kripto.
“Kami memperkirakan tren bullish ini tidak akan berhenti untuk jangka waktu yang lama—sekitar satu tahun,” kata Stephane Ifrah, dari perusahaan manajemen aset kripto Prancis Coinhouse, kepada kantor berita AFP.
“Menurut saya, kenaikan berikutnya mencapai $100.000,” lanjutnya.
Sumber: voaindonesia.com