(Vibizmedia – Jakarta) Indonesia memiliki potensi besar dalam mengembangkan industri alas kaki, termasuk sektor industri kecil dan menengah (IKM). Berdasarkan laporan World Footwear Yearbook 2023, Indonesia menempati posisi lima besar dunia sebagai produsen alas kaki, dengan total produksi sebanyak 807 juta pasang pada 2023. Dari jumlah tersebut, sekitar 445 juta pasang diekspor ke berbagai negara, sementara 362 juta pasang memenuhi kebutuhan pasar domestik. Industri alas kaki juga dianggap memberikan kontribusi signifikan terhadap perekonomian nasional.
Data Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat bahwa industri kulit, barang dari kulit, dan alas kaki menunjukkan pertumbuhan tahunan tertinggi pada triwulan III-2024 sebesar 10,15 persen, meningkat tajam dibandingkan periode yang sama pada 2023 yang mengalami kontraksi 2,96 persen. Pertumbuhan ini tidak hanya berasal dari industri besar, tetapi juga melibatkan kontribusi signifikan dari para pelaku IKM. Oleh karena itu, Kementerian Perindustrian terus berupaya meningkatkan kinerja IKM alas kaki melalui berbagai inisiatif, termasuk peningkatan kualitas produk, pengembangan keahlian pengrajin, dan pembentukan sentra IKM.
Salah satu langkah konkret yang dilakukan adalah pelaksanaan audit teknologi, yang bertujuan mengidentifikasi faktor-faktor kunci yang memengaruhi perkembangan industri. Melalui kajian ekonomi, sosial, dan teknologi, pemerintah berharap dapat merumuskan strategi yang efektif untuk mengembangkan IKM alas kaki. Sebagai bagian dari upaya ini, Balai Besar Standardisasi dan Pelayanan Jasa Industri Kulit, Karet, dan Plastik (BBSPJIKKP) telah menyelesaikan audit teknologi yang berfokus pada proses bisnis sentra IKM alas kaki di Kota Mojokerto.
Hasil audit menunjukkan bahwa industri alas kaki di Mojokerto memiliki potensi besar untuk berkembang berkat keahlian pengrajin lokal dan kekayaan budaya setempat. Namun, beberapa tantangan tetap perlu diatasi, seperti keterbatasan teknologi modern, kesulitan mendapatkan bahan baku berkualitas, minimnya inovasi desain, dan kurangnya pengetahuan tentang manajemen bisnis serta pemasaran.
Kolaborasi antar-pelaku usaha di sentra industri alas kaki dinilai mampu mendorong inovasi dan pengembangan produk yang kompetitif. Sentra ini juga diharapkan dapat memberikan dukungan berupa akses ke sumber daya, pelatihan, dan jaringan pemasaran, sehingga meningkatkan kualitas produk yang dihasilkan.
Dinas Koperasi UKM Perindustrian dan Perdagangan (DinkopUKM Perindag) Kota Mojokerto, yang turut terlibat dalam kajian ini, menyatakan bahwa audit teknologi merupakan bagian dari upaya pemerintah daerah untuk memfasilitasi pertumbuhan industri alas kaki lokal. Hasil kajian ini diharapkan menjadi acuan dalam merancang kebijakan serta program pengembangan industri alas kaki yang lebih terarah, sekaligus sebagai referensi bagi pelaku IKM untuk meningkatkan daya saing produk mereka.
Ke depannya, BBSPJIKKP berkomitmen untuk terus mendukung pengembangan industri alas kaki nasional melalui berbagai program pembinaan dan pendampingan, sementara DinkopUKM Perindag Kota Mojokerto berencana melanjutkan kolaborasi dengan BBSPJIKKP untuk mendorong pertumbuhan positif industri alas kaki di tengah persaingan global.