
(Vibizmedia – Kolom) Dengan adanya ketidakpastian global serta dinamika kebijakan dalam negeri, dunia usaha perlu melakukan adaptasi strategis guna memastikan pertumbuhan yang berkelanjutan. Meskipun banyak tantangan yang harus dihadapi, peluang tetap ada bagi dunia bisnis yang mampu beradaptasi dengan cepat. Lembaga Penyelidikan Ekonomi dan Masyarakat (LPEM) Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia (FEB UI) telah merilis hasil surveinya terhadap 42 ahli tentang kondisi bisnis dan ekonomi di bawah pemerintahan saat ini. Laporan ini memberikan wawasan penting bagi pelaku bisnis dalam memahami arah kebijakan ekonomi, tantangan operasional, serta peluang strategis yang dapat dimanfaatkan dalam lingkungan ekonomi yang terus berubah.
Kondisi Ekonomi Saat Ini
Sebanyak 55% ahli ekonomi menilai kondisi ekonomi mengalami kemunduran dibandingkan tiga bulan sebelumnya. Sebelas ahli menyatakan bahwa kondisi stagnan, sementara hanya satu ahli yang melihat perbaikan dalam perekonomian. Rata-rata tingkat kepercayaan dalam survei ini berada di angka 7,71 dalam skala 0-10, menunjukkan keyakinan yang cukup tinggi terhadap hasil temuan ini. Faktor utama yang mempengaruhi penurunan kondisi ekonomi mencakup ketidakpastian regulasi, perlambatan konsumsi domestik, serta tekanan dari kondisi ekonomi global yang memengaruhi ekspor dan investasi.
Ekspektasi Pertumbuhan Ekonomi
Sebagian besar ahli, yakni 23 dari 42, memperkirakan pertumbuhan ekonomi akan lebih rendah dalam periode berikutnya. Hanya enam ahli yang tetap optimistis terhadap pertumbuhan ekonomi ke depan. Rata-rata ekspektasi pertumbuhan ekonomi berada di angka -0,36 dengan tingkat kepercayaan 7,36. Hal ini menunjukkan bahwa para ahli masih melihat adanya tantangan struktural yang dapat menghambat pemulihan ekonomi dalam waktu dekat. Jika kebijakan yang lebih efektif tidak diterapkan, maka potensi pertumbuhan ekonomi akan terus terhambat.
Inflasi dan Pergerakan Harga
Sebagian besar ahli menilai tekanan inflasi saat ini stabil atau sedikit menurun dibandingkan periode sebelumnya. Namun, sembilan dari 42 ahli berpendapat bahwa tekanan inflasi meningkat, sementara dua ahli menyatakan inflasi lebih rendah dibandingkan sebelumnya. Rata-rata nilai survei menunjukkan inflasi sedikit menurun dengan skor -0,24 dan tingkat kepercayaan 7,14. Meskipun demikian, adanya kenaikan harga bahan baku dan ketidakpastian global tetap menjadi risiko yang harus diantisipasi oleh pelaku bisnis.
Perkiraan Inflasi ke Depan
Sebanyak 20 ahli memperkirakan inflasi akan meningkat dalam periode berikutnya, sementara delapan ahli menilai inflasi tetap stabil, dan tiga ahli lainnya memperkirakan inflasi akan jauh lebih tinggi. Rata-rata nilai ekspektasi inflasi adalah 0,29 dengan tingkat kepercayaan 6,86, menunjukkan ketidakpastian yang lebih tinggi dibandingkan faktor ekonomi lainnya. Para pelaku bisnis perlu lebih berhati-hati dalam perencanaan harga dan manajemen rantai pasokan guna menghadapi potensi kenaikan inflasi yang dapat berpengaruh terhadap daya beli masyarakat.
Kondisi Pasar Tenaga Kerja
Sebanyak 19 ahli menyatakan pasar tenaga kerja memburuk, sementara sembilan ahli lainnya menyebut situasi jauh lebih buruk dibandingkan sebelumnya. Tiga belas ahli menyebut kondisi tenaga kerja stagnan, sementara hanya satu ahli yang melihat adanya perbaikan. Rata-rata survei berada di angka -0,86 dengan tingkat kepercayaan 7,79, menunjukkan kekhawatiran terhadap penciptaan lapangan kerja berkualitas. Dunia bisnis diharapkan dapat lebih aktif dalam mengembangkan program pelatihan tenaga kerja dan berinvestasi dalam peningkatan keterampilan pekerja guna meningkatkan produktivitas.
Ekspektasi Pasar Tenaga Kerja ke Depan
Sebanyak 14 ahli memperkirakan pasar tenaga kerja akan lebih buruk dalam periode mendatang, dengan tambahan 10 ahli yang menyebut kondisinya akan jauh lebih buruk. Rata-rata nilai ekspektasi pasar tenaga kerja adalah -0,69 dengan tingkat kepercayaan 7,60. Kondisi ini mengindikasikan perlunya kebijakan yang lebih proaktif dari pemerintah dan sektor swasta dalam menciptakan lapangan kerja baru serta memastikan bahwa tenaga kerja memiliki keterampilan yang sesuai dengan kebutuhan industri.
Lingkungan Bisnis Saat Ini
Sebanyak 17 ahli menilai lingkungan bisnis semakin sulit, sementara tujuh ahli menyatakan kondisinya jauh lebih buruk. Lima belas ahli menyatakan situasi bisnis stagnan, dan hanya tiga ahli yang melihat adanya perbaikan. Rata-rata skor survei di -0,67 dengan tingkat kepercayaan 7,48. Ketidakpastian regulasi dan perlambatan konsumsi domestik menjadi faktor utama yang menghambat pertumbuhan bisnis di berbagai sektor.
Ekspektasi Lingkungan Bisnis ke Depan
Sebanyak 17 ahli memperkirakan lingkungan bisnis akan semakin sulit dalam beberapa bulan ke depan, dengan tambahan enam ahli yang memperkirakan kondisi memburuk secara signifikan. Lima ahli menilai kondisi bisnis akan membaik, sementara satu ahli menyebut perbaikan akan lebih signifikan. Rata-rata skor ekspektasi lingkungan bisnis adalah -0,52 dengan tingkat kepercayaan 7,45. Para pelaku usaha perlu lebih fleksibel dalam menyesuaikan strategi bisnis dan mencari peluang di sektor yang lebih tahan terhadap tekanan ekonomi.
Peluang dan Tantangan bagi Dunia Usaha
Meskipun survei menunjukkan banyak tantangan, terdapat peluang bagi dunia usaha yang dapat beradaptasi dengan cepat. Sektor digital, manufaktur ekspor, dan ekonomi hijau memiliki prospek pertumbuhan yang baik. Bisnis yang dapat memanfaatkan teknologi, memperluas pasar, dan mengikuti regulasi yang berkembang akan memiliki daya saing lebih kuat.
Survei LPEM FEB UI memberikan gambaran yang cukup komprehensif mengenai tantangan dan peluang ekonomi dalam 100 hari pertama pemerintahan saat ini. Temuan utama menunjukkan adanya pesimisme di kalangan ahli ekonomi terhadap kondisi ekonomi, pertumbuhan, dan lingkungan bisnis. Namun, laporan ini juga mengindikasikan bahwa masih ada sektor yang menunjukkan ketahanan, seperti digitalisasi dan industri berbasis ekspor.
Dari sudut pandang bisnis, survei ini sangat relevan karena menyoroti faktor-faktor utama yang mempengaruhi dunia usaha, seperti ketidakpastian regulasi, kondisi pasar tenaga kerja, serta ekspektasi terhadap inflasi. Fakta bahwa mayoritas responden menilai lingkungan bisnis semakin sulit menegaskan pentingnya strategi adaptasi dan inovasi bagi perusahaan yang ingin tetap kompetitif.
Yang menarik adalah meskipun banyak indikator ekonomi menunjukkan tren negatif, laporan ini juga mencerminkan peluang bagi bisnis yang mampu beradaptasi, terutama melalui teknologi, diversifikasi pasar, dan kemitraan strategis. Hal ini menunjukkan bahwa dalam situasi yang menantang, strategi bisnis yang cerdas tetap bisa menghasilkan pertumbuhan.
Survei ini menyoroti urgensi bagi pemerintah untuk menerapkan kebijakan ekonomi yang lebih proaktif dan mendukung dunia usaha. Di sisi lain, pelaku bisnis perlu melihat ini sebagai sinyal untuk memperkuat daya saing, memperluas jaringan, dan mengoptimalkan efisiensi operasional agar bisa bertahan dan berkembang dalam situasi ekonomi yang dinamis.
Strategi bisnis yang berfokus pada efisiensi operasional, digitalisasi, serta diversifikasi pasar akan membantu pelaku usaha menghadapi ketidakpastian ekonomi dan memanfaatkan momentum pemulihan. Dengan meningkatkan transparansi regulasi, mempercepat reformasi ekonomi, dan membangun kemitraan yang lebih kuat antara pemerintah dan sektor swasta, dunia usaha di Indonesia dapat menciptakan pertumbuhan yang lebih berkelanjutan. Sementara itu, pemerintah perlu terus mendorong kebijakan yang pro-bisnis serta memastikan adanya stabilitas makroekonomi agar sektor usaha dapat tumbuh dengan lebih baik. Dengan sinergi yang baik antara berbagai pemangku kepentingan, Indonesia dapat menghadapi tantangan ekonomi dengan lebih optimis dan siap menghadapi era kompetisi global yang semakin dinamis.