Transformasi Digital IKM Otomotif Indonesia: Sinergi Pemerintah, Startup, dan JICA

0
253
Foto: Kemenperin

(Vibizmedia – Jakarta) Kementerian Perindustrian (Kemenperin) terus berupaya meningkatkan daya saing industri kecil dan menengah (IKM) komponen otomotif agar mampu masuk ke rantai pasok industri besar, baik nasional maupun global. Upaya ini dilakukan melalui sinergi lintas pihak, mulai dari akademisi, penyedia bahan baku, hingga lembaga internasional.

Salah satu langkah konkret adalah kolaborasi Direktorat Jenderal Industri Kecil, Menengah, dan Aneka (IKMA) dengan Japan International Cooperation Agency (JICA) melalui kerja sama teknis bertajuk Automotive Industry Development. Proyek ini berfokus pada implementasi digitalisasi di sejumlah IKM komponen otomotif.

Sebanyak delapan proyek digitalisasi berhasil diterapkan pada delapan IKM komponen otomotif dengan dukungan enam startup teknologi sebagai system integrators. Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita menyebut kolaborasi ini sebagai model yang dapat direplikasi lebih luas. “Dengan langkah ini, IKM otomotif diharapkan bisa memperluas jangkauan bisnisnya ke industri nasional maupun pasar global,” ujarnya, Senin (25/8).

Direktur Jenderal IKMA Kemenperin, Reni Yanita, menambahkan bahwa program ini berlangsung selama tiga bulan, dari 22 April hingga 31 Juli 2025. Menurutnya, kemitraan ini menunjukkan sinergi erat antara pemerintah Indonesia dan Jepang dalam mendorong transformasi digital sektor industri. “Kerja sama ini menjadi contoh nyata bagaimana kemitraan internasional bisa mendorong akselerasi IKM menghadapi tantangan global,” jelas Reni.

Ia menekankan, tingkat adopsi teknologi digital di sektor manufaktur IKM di Asia Tenggara masih rendah, yakni di bawah 30 persen, berdasarkan data Asian Development Bank (2022). Kondisi ini menandakan adanya kesenjangan teknologi sekaligus peluang besar untuk mempercepat transformasi digital IKM. Karena itu, Kemenperin berkomitmen melanjutkan kerja sama strategis dengan JICA.

Ke depan, Reni berharap kolaborasi tak hanya terbatas pada sektor otomotif, tetapi juga merambah ke tujuh industri prioritas Making Indonesia 4.0, seperti makanan-minuman, tekstil, kimia, furnitur, elektronik, logam, dan kerajinan. Digitalisasi di sektor-sektor tersebut dinilai penting untuk meningkatkan kualitas produk, efisiensi produksi, serta daya saing internasional.

Selain mendorong IKM, program ini juga memperkuat kapasitas startup teknologi nasional agar mampu tumbuh dari sekadar rintisan menjadi perusahaan berpengalaman dengan solusi berkelanjutan. Reni berharap JICA dapat mendukung transfer teknologi, terutama di bidang otomasi dan robotika.

Direktur IKM Logam, Mesin, Elektronika, dan Alat Angkut Kemenperin, Dini Hanggandari, mengungkapkan hasil digitalisasi telah dipresentasikan pada Dissemination Seminar Project for Increasing International Competitiveness of Automotive Industry pada 19 Agustus 2025. Manfaatnya nyata, mulai dari pembaruan data real time, pelaporan otomatis, pengendalian kualitas berbasis sistem, hingga efisiensi sumber daya.

Delapan IKM yang terlibat meliputi PT Sebastian Jaya Metal, PT Arkha Industries Indonesia, PT Laksana Tekhnik Makmur, PT Eran Plastindo Utama, PT FNF Metalindo Utama, PT Sugi Jaya Utama, PT Itori Kreasindo Perkasa, dan PT Armeta Kreasi Mandiri. Sementara enam system integrators terdiri dari PT Takodam Ciptamandiri Nusantara, PT Sopwer Teknologi Indonesia, Ragdalion Technology, PT MyEco Inovasi Indonesia, PT Stechoq Robotika Indonesia, dan PT Trimitra Nusantara Sakti.

Senior Director Economic Development Department JICA, Okumoto Yasuyo, menyatakan proyek yang dimulai sejak 2022 ini bertujuan memperkuat kolaborasi IKM dengan startup teknologi. Ia berharap digitalisasi dapat membantu IKM mengidentifikasi masalah secara real time, meningkatkan produktivitas, serta menjaga daya saing berkelanjutan. “Ke depan, JICA juga akan memberikan rekomendasi kebijakan untuk mendukung kesinambungan inisiatif ini,” ujarnya.